Sukses Jual 3.100 Menara, Saham Indosat Melonjak 20% dalam 2 Hari
Harga saham PT Indosat Tbk (ISAT) terus menanjak. Harga sahamnya tercatat telah naik lebih dari 7% pada perdagangan hari ini ke posisi Rp 3.260, melanjutkan kenaikan 13,43% pada perdagangan kemarin. Lonjakan harga saham terjadi setelah Indosat mengumumkan pemenang tender penjualan 3.100 menara telekomunikasi miliknya.
Pada sesi pertama perdagangan hari ini, harga saham Indosat ditutup melonjak 4,61% ke posisi Rp 3.180. Sebanyak 24,45 juta saham Indosat diperdagangkan, dengan nilai transaksi Rp 76,84 miliar. Investor asing terpantau jadi incaran investor asing. Investor asing membukukan pembelian bersih saham Indosat sebesar Rp 19,16 miliar di pasar reguler.
Harga saham Indosat terus melanjutkan kenaikan pada sesi kedua perdagangan. Saat berita ini ditulis, harga saham Indosat tercatat melonjak 7,24% ke posisi Rp 3.260. Dengan demikian, sepanjang dua hari perdagangan, saham Indosat telah melonjak lebih dari 20%.
Indosat mengumumkan sebanyak 2.100 menara dilepas ke PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), sedangkan 1.000 menara dilepas ke PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Dari penjualan menara tersebut, Indosat bakal mengantongi dana segar sekitar Rp 6,39 triliun.
(Baca: Indosat Lepas 3.100 Menara ke Anak Usaha Telkom dan TOWR)
Penandatanganan Perjanjian Jual-Beli (Sales and Purchase Agreement/SPA) dengan Miratel dan Protelindo telah dilakukan kemarin, dan detailnya dipublikasikan dalam keterbukaan informasi pada hari ini.
Analis Kresna Sekuritas Etta Rusdiana Putra mengatakan, kenaikan saham Indosat memang dipengaruhi oleh sentimen penjualan menara. "Ada harapan jaringan Indosat jadi lebih baik pasca-penjualan tower," kata dia pada Selasa (15/10).
Setelah transaksi penjualan rampung, Indosat bakal menyewa kembali menara tersebut selama 10 tahun dari masing-masing pembeli. Pembayaran akan dilakukan seluruhnya dalam bentuk tunai pada saat penyelesaian transaksi. Pembayaran dijadwalkan paling lambat pada 16 Desember 2019, tergantung syarat penutupan transaksi.
Selain itu, Indosat bakal meminta persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 21 November 2019.
(Baca: Internet Lambat meski Ada Palapa Ring, Jokowi Janjikan 4 Ribu BTS Baru)
Adapun Mitratel merupakan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom dengan kepemilikan saham 99,99%. Sedangkan Protelindo merupakan anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dengan kepemilikan saham 99,99%.
Namun, saham Telkom pada penutupan perdagangan sesi pertama bergerak terkoreksi tipis 0,48% menjadi berada di harga Rp 4.170 per saham. Sahamnya diperdagangkan dengan volume 23,22 juta saham, dengan nilai Rp 96,9 miliar, dan frekuensi 3.991 kali. Investor asing membukukan penjualan bersih saham Rp 2,28 miliar di pasar reguler.
Senada, saham Sarana Menara Nusantara juga ditutup terkoreksi 0,76% mejadi Rp 650 per saham pada penutupan sesi pertama. Volume transaksinya sebanyak 29,39 juta saham, dengan nilai Rp 19,41 miliar, dan dengan frekuensi sebanyak 1.052 kali. Namun, investor asing tercatat membukukan pembelian bersih saham Sebesar Rp 2,4 miliar di pasar reguler.
Menurut Analis Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial pembelian menara oleh kedua perusahaan semestinya tidak banyak berdampak negatif ke keuangan perusahaan. Pembelian tersebut hanya akan sedikit mempengaruhi kas. Namun, dia percaya kedua perusahaan bisa meningkatkan kinerja ke depannya.
Sedangkan untuk Indosat, penjualan ini dinilai memiliki efek positif untuk mengurangi tingkat utang perusahaan karena Indosat bakal mengantongi hasil penjualan menara hingga Rp 6 triliun. "Yang mana, tingkat utangnya (Indosat) paling tinggi dibanding EXCL dan TLKM. Selain mengurangi tingkat utang, juga meningkatkan likuiditas perseroan," kata Janson.
Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2019, liabilitas Indosat berada di posisi Rp 44,08 triliun, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 41 triliun. Liabilitas tersebut terdiri dari liabilitas jangka pendek senilai Rp 20,33 triliun dan liabilitas jangka panjang senilai Rp 23,75 triliun. Sedangkan ekuitas perusahaan pada periode tersebut sebesar Rp 11,77 triliun.
Sepanjang semester 1 2019, Indosat masih mencatatkan kerugian meskipun jumlahnya mengecil. Rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar Rp 331,8 miliar, lebih rendah 52,1% dibandingkan kerugian periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 693,7 miliar.
Keberhasilan Indosat memperbaiki kinerjanya pada enam bulan pertama tahun ini adalah berkat naiknya pendapatan usaha sebesar 11% menjadi Rp 12,2 triliun. Pendapatan tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan dari penjualan data.