Erick Thohir Ungkap Banyak BUMN Terpukul Corona: Utang Naik, Kas Minus
Menteri Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) Eric Thohir menyatakan, pandemi virus corona telah berimbas terhadap operasional dan bisnis sejumlah perusahaan pelat merah di berbagai sektor. Hal tersebut diungkapkannya dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR RI.
Erick menyatakan, beberapa BUMN yang usahanya mulai terimbas corona antara lain dialami oleh sejumlah perusahaan bank yang tergabung dalam Himbara (Himpunan Bank Milik Negara).
Beberapa anggota Himbara tersebut di antaranya, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
(Baca: Sebanyak 51 Anak Usaha Milik Garuda, Pertamina & Telkom akan Dipangkas)
Akibat pandemi Covid-19 yang telah terjadi sebulan lebih di Indonesia, hal ini diprediksi bakal menimbulkan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan.
“Pasti ada peningkatan NPL pada Himbara,” kata Erick dalam Raker secara virtual dengan Komisi VI, Jumat (3/4).
Tak hanya bank, Erick menyatakan BUMN lain dua sektor energi ikut terdampak. Perusahaan tersebut adalah PT Pertamina (persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Terlebih, jika rupiah terus melemah terhadap dolar AS. PLN akan merasakan dampak, lantaran memiliki surat utang atau bond senilai Rp 530 triliun. Sebagian besar bond tersebut berbentuk dolar AS.
Sedangkan, PT Pertamina tekanan dolar dirasakan karena perseroan harus membeli minyak impor dalam mata uang dolar. Sementara itu, Pertamina menjual minyaknya ke pasar dalam negeri menggunakan rupiah.
“Karena itu, beberapa hari ini kita rapat dengan direksi PT Pertamina memastikan cash flow mereka jangan sampai kurang,” ujarnya.
(Baca: Erick Thohir: Pemerintah Ubah Skema Subsidi Energi, Tak Lagi oleh BUMN)
Lebih lanjut, dia juga menyinggung dampak corona yang sangat memukul sektor pariwisata. Karenanya beberapa BUMN terkait tengah mengalami masa sulit akibat pandemi Covid-19.
Sehingga, beberapa BUMN terkait jasa penerbangan dan trasportasi sepertiPT Angkasa Pura, Garuda Indonesia, Kereta Api Indonesia (KAI), Angkutan Sungai Darat Penyebrangan (ASDP), PT Pelni maupun Pelindo, kemungkinan pertumbuhan kinerja akan turun tajam tahun ini.
Adapun dari sisi utang luar negeri, PT Garuda Indonesia Tbk merupakan perusahaan pelat merah yang situasinya paling mengkhawatirkan. Sebab, emiten berkode GIAA tersebut memiliki utang jatuh tempo US$ 500 juta yang akan jatuh tempo.
Ditambah, industri penerbangan saat ini sedang lesu akibat terhentinya beberapa penerbangan ke luar negeri. “Jadi, cashflow Garuda juga negatif,” jelasnya.
Senasib dengan Garuda, BUMN pangan seperti Bulog juga menurutnya menghadapi tekanan utang jangka pendek. Ditambah Bulog memiliki keterbatasan kas, akibat penumpukan inventori.
“Kita sudah bicara dengan Bulog dan Mensos. Sekarang inventori akan digelontorkan sebagai Bansos kepada rakyat,” kata Erick.
(Baca: Erick Pastikan Proyek Kereta Cepat Tak Bakal Ditunda akibat Corona)
Adapun, bagi BUMN Karya yang memiliki utang jangka pendek kepada bank-bank BUMN, tenor pinjaman akan diperpanjang atau diubah menjadi pinjaman jangka panjang.
Opsi terseut juga menurutnya sudah dia bicarakan bersama Menteri Keuangan , Sri Mulyani Indrawati. "Utang-utang jangka pendek dijadikan jangka panjang. Sehingga Program Pemerintah tetap jalan,” ujarnya.