Komitmen Pembiayaan Hijau SMI Capai Rp 31,2 Triliun


PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) mencatat pembiayaan proyek pembangunan hijau telah mencapai 20,4% dari keseluruhan portofolio pembiayaan perseroan hingga Juni 2025. Nilai total komitmen SMI untuk pembiayaan hijau tersebut mencapai Rp 31,2 triliun.
"Kami secara berkelanjutan memaksimalisasi pembiayaan kepada sektor-sektor yang kami sebut climate related, atau sektor-sektor yang mendukung energi baru dan terbarukan," ujar Direktur Utama PT SMI Reynaldi Hermansjah, di Jakarta, Rabu (23/7).
Ia mengatakan, pertumbuhan pembiayaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara relatif stagnan. Sejak beberapa tahun lalu, SMI tidak lagi membiayai proyek PLTU.
Hingga Juni 2025, total nilai proyek SMI secara akumulatif mencapai Rp 1.181 triliun. Modal disetor perusahaan mencapai Rp 30,52 triliun dan komitmen pembiayaan proyek aktif sebesar Rp 247,43 triliun.
"Berdasarkan perhitungan ekonometri, kami memberikan multiplier effect keekonomian sebesar sepuluh kali," kata Reynaldi.
Pembiayaan yang disalurkan SMI mencakup berbagai skema, termasuk pembiayaan syariah dengan outstanding Rp 11,14 triliun, investasi atau penyertaan modal Rp 4,16 triliun, dan penerusan pinjaman kepada anak perusahaan sebesar Rp 5,6 triliun.
Selain itu, SMI memberikan pembiayaan kepada pemerintah daerah dengan nilai outstanding Rp 18,9 triliun dan pembiayaan kepada badan usaha Rp 54,3 triliun.
Lima Sektor Jadi Fokus Pembiayaan SMI
Reynaldi menyebutkan ada lima sektor utama pembiayaan dan investasi PT SMI berdasarkan nilai komitmen sepanjang semester I 2025. Sektor jalan dan jalan tol menjadi sektor teratas dengan nilai komitmen Rp 40,98 triliun atau 26,85% dari total pembiayaan SMI.
Pembiayaan multi-sektor di urutan kedua dengan komitmen senilai Rp 34,27 triliun atau 22,45%. Sektor energi baru dan terbarukan di posisi ketiga dengan komitmen sejumlah Rp 25,77 triliun atau 16,89% dari total pembiayaan perseroan. Sektor ketenagalistrikan di urutan keempat dengan nilai komitmen Rp 13,93 triliun atau 9,13%. Adapun sektor transportasi di urutan kelima dengan nilai komitmen pembiayaan Rp 3,46 triliun atau 2,27%.
“Sebaran komitmen kami cukup merata, di mana memang masih saat ini yang terbesar adalah Pulau Jawa, kemudian Sumatera, diikuti oleh Sulawesi, Bali Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Maluku, dan Papua,” tutur Reynaldi Hermansjah.