BEI: Indeks Berbasis ESG Catat Imbal Hasil Lebih Tinggi Dibanding Konvensional

Image title
25 April 2025, 19:37
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis Bursa Efek Indonesia (BEI) Ignatius Denny Wicaksono dalam diskusi Katadata Sustainable Action for The Future Economy (SAFE) 2024 dengan tema \"Strengthening Indonesia\'s Carbon Market\" di Grand Ballroom Kempinski,
Katadata/Lambok Hutabarat
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis Bursa Efek Indonesia (BEI) Ignatius Denny Wicaksono dalam diskusi Katadata Sustainable Action for The Future Economy (SAFE) 2024 dengan tema \"Strengthening Indonesia\'s Carbon Market\" di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Rabu (7/8).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai emiten yang masuk dalam jajaran indeks berbasis Environmental, Social, Governance (ESG) dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan keuntungan untuk investor.

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 Bursa Efek Indonesia (BEI), Ignatius Denny Wicaksono, mengatakan lima indeks tersebut mencatatkan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan indeks konvensional seperti LQ45 dan IDX30.

Sebagaimana diketahui, lima indeks berbasis lingkungan atau ESG diantaranya, Sri-KEHATI, IDXESGL, ESGQEHATI, ESGSKEHATI, dan IDXLQ45LCL.

“Ini membuktikan mempertimbangkan aset ESG dalam portofolio tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan tetapi juga memberikan keuntungan finansial,” ujar Denny dalam Executive Forum"Kesiapan Dana Swasta Indonesia Dalam Pembiayaan Iklim" di Jakarta, Jumat (25/4).

 Denny mengatakan pertumbuhan dana kelolaan atau asset under management (AUM) produk berbasis ESG juga melonjak tajam dari Rp 42 miliar pada 2016 menjadi Rp 7,5 triliun sampai dengan April 2025. Selain itu, jumlah investor yang menggunakan indeks ESG sebagai acuan juga terus bertambah seiring meningkatnya jumlah manajer investasi yang mematuhi standar internasional terkait keberlanjutan.

Adapun peningkatan tersebut terlihat dari jumlah pada 2009 yang hanya satu manajer investasi menjadi 25 manajer investasi sampai dengan 2024.

“Kalau dulu cuma ada 1 di 2009, sekarang 25,” ujarnya.

 Denny melanjutkan tingkat keterbukaan emiten melalui laporan keberlanjutan mengalami peningkatan yang signifikan. Pada 2020, hanya sekitar 18 persen emiten yang menyampaikan keterbukaan melalui laporan berkelanjutan/

"Namun pada tahun 2023, angkanya melonjak hingga mencapai sekitar 90 persen,” ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...