CREA: RUPTL Terbaru Melemahkan Ambisi untuk Energi Bersih

Hari Widowati
12 Juni 2025, 11:41
RUPTL, PLN, energi bersih
ANTARA FOTO/Arnas Padda/agr
Foto udara kincir angin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap Parepare, Sulawesi Selatan, Rabu (22/1/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Analisis Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) terhadap pasokan listrik Indonesia dalam Rencana Umum Perencanaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 menunjukkan penambahan tenaga listrik batu bara dan gas yang mencapai 16,6 Gigawatt (GW).

CREA menilai RUPTL ini justru berisiko mengarahkan jaringan listrik nasional lebih bergantung pada bahan bakar fosil. Visi Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan penggunaan energi fosil secara bertahap pada 2040 sama sekali tidak tercermin dalam rencana ini.

Analis CREA Katherine Hasan mengungkapkan RUPTL 2025-2034 menunjukkan ada peningkatan signifikan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) pada 2034 sebesar 40% dari realisasi 2024 sebesar 286 Terrawatt hour (TWh).

"Dibandingkan dengan sasaran dalam RUPTL sebelumnya, pembangkitan listrik berbahan bakar fosil naik sekitar 10% lebih tinggi pada 2030 menjadi 367 TWh dari 333 TWh, dan tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan dalam waktu dekat," kata Katherine dalam laporan CREA "RUPTL Terbaru Mengejar Pertumbuhan Penggunaan Bahan Bakar Fosil, Melemahkan Ambisi untuk Energi Bersih"yang dirilis Kamis (12/6).

RUPTL terbaru mengusulkan tambahan 16,6 GW tenaga fosil baru hingga 2034, sehingga memperdalam ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil. Di sisi lain, target energi terbarukan malah diturunkan dari RUPTL 2021-2030 yang sebesar 20,9 GW menjadi 17 GW.

"Dengan tercatatnya 1,6 GW yang terealisasi sejak 2021, RUPTL baru menurunkan target energi terbarukan sebesar 2,3 GW," kata tim analis CREA.

Target Energi Bersih dalam RUPTL Terbaru Lebih Rendah dari Aspirasi CIPP JETP

CREA juga menyoroti target energi bersih dalam RUPTL baru yang lebih rendah dari aspirasi yang tercantum dalam Rencana Investasi dan Kebijakan Komprehensif Kemitraan Transisi Energi yang Adil atau Just Energy Transition Partnership (JETP CIPP) yang dirilis 2023. RUPTL menargetkan 10,6 GW energi surya dan angin pada 2030, angka ini hanya 40% dari 24,3 GW yang diuraikan dalam JETP CIPP.

"Usulan penghentian bertahap penggunaan batu bara dalam dokumen JETP CIPP, yang dimulai pada tahun 2025, tidak diadopsi sama sekali," ujar tim analis CREA.

RUPTL yang baru meningkatkan porsi PLTG sebesar 10,3 GW hingga 2034, melampaui target JETP CIPP lebih dari dua kali lipat. Tim analis CREA menilai penambahan bahan bakar gas ini berisiko menyebabkan prospek pasokan yang tidak pasti dan mahal.

"Ini bertentangan dengan visi Presiden Prabowo terhadap swasembada energi dan keekonomian yang efisien," kata tim analis CREA.

Untuk mencapai visi Presiden Prabowo untuk masa depan bebas fosil dan mandiri pada 2040, menurut CREA diperlukan perubahan substansial dalam rencana jangka pendek RUPTL oleh PLN. Hal ini mencakup peta jalan penghentian penggunaan batu bara yang jelas, akselerasi dalam pembangunan dan penyebaran proyek energi terbarukan terutama pada 2025-2029, serta menjaga akuntabilitas PLN dalam pelaksanaan RUPTL ini.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...