Rolls-Royce akan Bangun Pembangkit Nuklir Modular Pertama di Inggris


Produsen mesin pesawat dan solusi energi asal Inggris, Rolls-Royce, mendapatkan dukungan dari pemerintah Inggris untuk membangun reaktor nuklir modular kecil (small modular reactor/SMR) pertama di negara tersebut.
Pengumuman ini menyusul proses seleksi selama dua tahun dan menegaskan kembali dukungan Inggris terhadap tenaga nuklir. Inggris berjanji untuk menginvestasikan £14,2 miliar atau Rp 311,23 triliun (kurs Rp 21.920 per poundsterling) untuk membangun pembangkit listrik Sizewell C yang besar di Inggris timur.
Menteri Energi Inggris Ed Miliband mengatakan rencana untuk membangun reaktor modular kecil (SMR) pertama di negara itu akan menciptakan ribuan pekerjaan, mendukung ekonomi daerah, dan memperkuat keamanan energi.
"Kita mengakhiri status quo tanpa nuklir sebagai bagian dari Rencana Perubahan kita dan memasuki era keemasan nuklir dengan program pembangunan terbesar dalam satu generasi," kata Miliband, seperti dikutip CNBC, Selasa (10/6).
Pemerintah Inggris mengatakan rencana tersebut dapat mendukung hingga 3.000 pekerjaan dan memberi daya yang setara dengan 3 juta rumah setelah SMR terhubung ke jaringan listrik pada pertengahan tahun 2030-an.
Rolls Royce menyambut baik keputusan dari perusahaan energi milik negara Inggris, Great British Energy - Nuclear, untuk membangun tiga unit SMR. Perusahaan mengatakan hal ini merupakan tonggak sejarah yang sangat signifikan bagi bisnis dan Rolls-Royce SMR.
“Ini adalah suara kepercayaan pada kemampuan nuklir unik kami, yang akan diakui oleh pemerintah di seluruh dunia,” kata CEO Rolls-Royce, Tufan Erginbilgic, dalam sebuah pernyataan tertulis.
Saham Rolls Royce naik lebih dari 2% setelah berita tersebut, mencetak rekor tertinggi dalam 52 minggu terakhir.
Pemerintah Inggris mengatakan pihaknya bermaksud untuk menandatangani kontrak dengan Rolls-Royce SMR dan mengalokasikan lokasi akhir tahun ini, tergantung pada persetujuan peraturan.
Sumber Energi Nuklir yang Lebih Murah
SMR menjanjikan jejak yang lebih kecil dan ringan daripada pembangkit listrik tradisional. Hal ini berpotensi membuatnya lebih murah dan lebih cepat untuk dibangun ketika sepenuhnya dikomersialkan.
Amazon dan Google sama-sama menandatangani perjanjian tahun lalu untuk mengembangkan SMR di AS. Kedua raksasa teknologi itu beralih ke nuklir untuk memenuhi permintaan energi yang meningkat dari pusat data.
Para pendukung berpendapat tenaga nuklir yang rendah karbon berpotensi memainkan peran penting dalam membantu negara-negara menghasilkan listrik dan memangkas emisi, serta mengurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil.
Namun, beberapa kelompok lingkungan memperingatkan industri nuklir adalah gangguan yang mahal dan berbahaya terhadap energi alternatif yang lebih murah dan bersih.