Bos IBC: 45% Bahan Baku Baterai Kendaraan Listrik dari RI, tapi Diolah di Cina

Tia Dwitiani Komalasari
18 Februari 2025, 10:00
Presiden Director Indonesia Batteryy Corporation Toto Nugroho menjadi pembicara dalam sesi diskusi State-Owned Enterprises (SOE) International Conference di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Selasa (18/10/2022). Diskusi itu membahas Komitmen
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/foc.
Presiden Director Indonesia Batteryy Corporation Toto Nugroho menjadi pembicara dalam sesi diskusi State-Owned Enterprises (SOE) International Conference di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Selasa (18/10/2022). Diskusi itu membahas Komitmen BUMN terhadap Net Zero Emission.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugroho, menyampaikan bahwa hampir 40–45 persen bahan baku baterai kendaraan listrik (EV) di dunia berasal dari Indonesia.

“Secara garis besar, itu kemungkinan hampir 40–45 persen kendaraan EV, mobil EV yang ada di dunia, asal (bahan baku) baterainya sebenarnya dari Indonesia,” kata Toto dalam rapat dengar pendapat (RDP) terkait perkembangan industri baterai EV Indonesia dengan Komisi XII di Senayan, Jakarta, Senin (18/2).

Toto menyampaikan bahwa dari Indonesia, material untuk membuat baterai EV tersebut dikirim ke Cina. Setelah dikirim ke Cina, bahan baku tersebut lantas diolah untuk menjadi baterai EV lalu didistribusikan ke Amerika Serikat maupun ke Eropa.

“Jadi, sebenarnya, sumbernya ada di Indonesia, tetapi proses hilirisasinya tidak terjadi keseluruhannya di Indonesia. Saya rasa, ini suatu hal yang sangat strategis buat Indonesia,” ucap Toto.

Saat ini, perang dagang antara Amerika Serikat dengan China mengakibatkan Cina agresif untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi baterai kendaraan listrik (EV). Toto menjelaskan bahwa agresivitas China berusaha masuk ke Indonesia disebabkan oleh pemerintah Amerika Serikat yang memberikan tarif cukup signifikan terhadap produk-produk yang datang dari Cina.

Untuk menghindari tarif tersebut, Cina berupaya untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi baterai kendaraan listrik (EV) maupun baterai storage ke Amerika Serikat.

“Jadi contohnya, kalau dari Cina, itu tarifnya ke Amerika Serikat hampir 40 persen untuk baterainya, tapi kalau di Indonesia, kemungkinan hanya 10 persen,” ucap dia.

Menurut Toto, keunggulan tersebutlah yang dimiliki oleh Indonesia untuk menjadi basis produksi baterai, bukan hanya untuk Indonesia, melainkan untuk kebutuhan global termasuk Amerika Serikat.

“Ini suatu keunggulan yang kita dapatkan kalau kita menjadi basis produksi baterai,” kata dia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...