Kemenhut Tegaskan Perlunya Pembaruan SOP Keselamatan di Kawasan Konservasi

Ajeng Dwita Ayuningtyas
2 Juli 2025, 15:19
Kemenhut, konservasi, Gunung Rinjani
ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/rwa.
Porter membawa perlengkapan para pendaki menuju pelawangan Sembalun Gunung Rinjani, Sembalun, Lombok Timur, NTB, Sabtu (29/7/2023).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bersama Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) berkomitmen untuk mengevaluasi serta memperkuat prosedur standar operasional di seluruh kawasan konservasi pasca tragedi meninggalnya pendaki Brasil di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Upaya ini dilakukan termasuk di jalur-jalur pendakian gunung di Indonesia. 

Menurut Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, kawasan konservasi bukan hanya untuk menjaga kelestarian alam, tetapi juga menjadi ruang untuk menikmati keindahan alam Indonesia.

“Karena itu, SOP di seluruh kawasan konservasi harus terus kita perbaiki dan perketat,” tutur Menteri Raja Juli Antoni.

Pertemuan Raja Juli dengan Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, pada Senin (30/6), juga membahas upaya untuk memasang papan penanda keselamatan di titik-titik rawan, peningkatan jumlah dan jarak posko pengamanan, serta pemanfaatan teknologi seperti Radio Frequency Identification (RFID) atau Emergency Locator Transmitter (ELT) untuk mempermudah pendeteksian pada kondisi darurat.

“Kami akan melibatkan lebih banyak unsur relawan dan masyarakat sekitar, termasuk porter lokal yang memiliki kemampuan fisik luar biasa, untuk dilatih dan dipersiapkan sebagai bagian dari potensi SAR,” jelas Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii.

Pertemuan tersebut juga menyetujui Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kemenhut dan Basarnas terkait penanganan keadaan darurat di kawasan konservasi. Edukasi masyarakat perihal kesiapan dan tanggung jawab dalam beraktivitas di kawasan konservasi menjadi salah satu upaya sinergi mereka.

Tragedi Pendaki Brasil Jadi Pengingat Penting

Penanganan darurat pada kecelakaan tragis yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani, menunjukkan masih ada celah pada prosedur, sarana prasarana, maupun edukasi masyarakat perihal aktivitas di kawasan konservasi, terutama jalur pendakian.

Kecelakaan tersebut menjadi pengingat pentingnya peningkatan standar keselamatan di seluruh kawasan konservasi.

Kemenhut juga akan meningkatkan sertifikasi bagi pemandu wisata dan pendaki, serta menyusun sistem klasifikasi tingkat bahaya jalur pendakian. Dengan sistem klasifikasi ini, pendaki akan diarahkan sesuai tingkat pengalaman dan kesiapan mereka.

Menhut Raja Juli Antoni mengapresiasi dan memberi penghargaan pada tim gabungan yang melakukan evakuasi pada kecelakaan tragis tersebut.

"Saya secara tulus, dari lubuk hati yang paling dalam, saya atas nama pribadi dan juga Kementerian Kehutanan, mengucapkan terima kasih," ucap Menhut Raja Juli Antoni.

Setelah ditutup sejak 24 Juni 2025, jalur pendakian Gunung Rinjani dari Pelawangan 4 (Sembalun), kembali dibuka pada 28 Juni 2025. Keputusan ini diambil usai berakhirnya pelaksanaan kegiatan operasi SAR di Cemara Nunggal.

Pengelola Rinjani National Park mengingatkan para pengunjung untuk mengutamakan keselamatan selama aktivitas pendakian, mematuhi SOP pendakian yang berlaku, dan melakukan pendakian dari jalur resmi.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...