Praktik Sasi di Papua, Kearifan Lokal dalam Konservasi Laut

Hari Widowati
11 Juni 2025, 08:04
Papua, konservasi laut, Konservasi Indonesia
Konservasi Indonesia/Nikka Gunadharma
Konservasi Indonesia (KI) bersama para penggerak Sasi di Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) meluncurkan buku \"Papua dan Sasi: Tradisi Luhur untuk Kehidupan\" di Sorong, Selasa (10/6).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sasi atau praktik larangan sementara terhadap aktivitas panen hasil laut atau hutan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia Timur, termasuk Papua, menjadi warisan pengelolaan alam yang berkelanjutan. Sasi adalah kearifan lokal yang bertujuan memberikan kesempatan kepada ekosistem untuk melakukan regenerasi.

Sasi adalah bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang disepakati sebagai sumpah dan hukum tradisional, sehingga wajib ditaati. Hal ini terungkap dalam peluncuran buku elektronik berjudul "Papua dan Sasi: Tradisi Leluhur untuk Kehidupan" di Papua, pada Selasa (10/6).

Buku yang disusun oleh Konservasi Indonesia (KI) bersama para penggerak Sasi di Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) dan mitra-mitra pembangunan sejak 2024. Buku ini mengungkap penerapan Sasi secara menyeluruh, mulai dari prosesi ritual buka dan tutup Sasi, pendataan hasil Sasi, hingga pemanfaatan hasilnya dengan cermat.

Meity Ursula Mongdon, Direktur Strategi Konservasi Papua Konservasi Indonesia, mengatakan buku ini adalah bentuk dokumentasi kolaboratif yang lahir dari semangat kemitraan dan penghormatan terhadap pengetahuan lokal.

"Banyak pihak telah mendampingi praktik Sasi di BLKB. Dengan semangat kolaborasi, Konservasi Indonesia mendokumentasikan seluruh upaya tersebut agar menjadi pengetahuan dan pembelajaran bersama," kata Meity, Selasa (10/6). Ia menyebut buku tersebut sebagai bentuk penghargaan terhadap pengetahuan lokal dan kontribusi terhadap konservasi berbasis masyarakat adat.

Absalom Solossa, Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (P2KP) Papua Barat Daya, mengatakan dokumentasi ini menjadi tonggak penting dalam menjaga identitas budaya dan ekologi Papua.

"Kehadiran buku ini berkontribusi signifikan terhadap upaya pelestarian tradisi dan budaya masyarakat adat Papua," ujarnya. Absalom berharap buku ini menjadi inspirasi bagi masyararakat adat saat ini dan generasi mendatang untuk terus menghidupkan tradisi sasi sebagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam dengan bijak.

Salah satu penggerak jejaring sasi dari Kampung Ugar di Kaimana, Achmad Biaruma, mengungkapkan kebanggaannya karena warisan leluhur kini tercatat secara tertulis dan bisa menjadi rujukan kaum muda yang akan melanjutkan tradisi ini.

“Dulu, kami hanya mewariskan tradisi ini secara lisan. Saya bangga terlibat dalam penulisan buku ini. Ini adalah ikhtiar untuk melestarikan budaya nenek moyang sekaligus memastikan agar kearifan lokal ini tidak hilang dan bisa dilanjutkan oleh generasi muda di kampung, supaya periuk makan kita semua tetap terjaga,” tutur Achmad.

Lokalatih Jejaring Sasi

Peluncuran buku Papua dan Sasi ini juga menjadi momen yang istimewa karena diumumkan pada pembukaan lokalatih Jejaring Sasi yang akan diadakan hingga 12 Juni mendatang. Kegiatan ini akan mempertemukan para pelaku sasi di BLKB Papua.

Pertemuan ini melibatkan lebih dari 40 peserta yang berasal dari pesisir Kabupaten Sorong, Raja Ampat, Kepulauan Yapen, Teluk Wondama, Tambrauw, Fakfak, dan Kaimana.

Data Konservasi Indonesia per tahun 2025 menunjukkan terdapat 72 lokasi Sasi, dengan luasan 75.691 hektare yang membentang di tiga provinsi yang menjadi bagian BLKB. Sebanyak 63 lokasi Sasi berada di dalam kawasan konservasi perairan.

BLKB adalah wilayah pesisir dan laut dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, yang menjadi rumah bagi lebih dari 1.700 spesies ikan karang, dan sekitar 75% spesies terumbu karang dunia. Lebih dari 5,2 juta hektare laut di BLKB adalah kawasan dilindungi, dan berkontribusi terhadap lebih dari 20% total kawasan konservasi perairan di seluruh Indonesia.

Penggerak utama jejaring sasi BLKB sekaligus Raja Kumisi dari Kaimana, Mohammad Nasir Aituarauw, mengatakan pertemuan kali ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pada akhir tahun 2023 saat Jejaring Sasi dikukuhkan.

“Dalam pertemuan kali ini, kami berusaha untuk memperkuat jejaring Sasi menuju organisasi yang memiliki tujuan yang solid, yang bisa membantu meningkatkan nilai ekonomi dari hasil-hasil Sasi, tanpa mengurangi upaya kami untuk melindungi alam,” sebut Nasir.

Buku elektronik ”Papua dan Sasi: Tradisi Leluhur untuk Kehidupan” dapat dibaca melalui situs web Konservasi Indonesia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...