Daftar Perusahaan Asing Bangun Pusat Data di Indonesia, Terbaru UEA Rp37 Triliun


Perusahaan asing berbondong-bondong membangun pusat data di Indonesia. Yang terbaru, perusahaan infrastruktur digital global yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab atau UEA EDGNEX Data Centers by DAMAC, mengumumkan investasi US$ 2,3 miliar atau Rp 37,5 triliun (kurs Rp16.319 per US$).
EDGNEX Data Centers by DAMAC akan membangun pusat data berbasis kecerdasan buatan atau AI di Jakarta. Perusahaan yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab ini mengumumkan proyek ini merupakan pusat data kedua EDGNEX di Indonesia dan menjadi salah satu pengembangan khusus AI terbesar di Asia Tenggara, dengan kapasitas tambahan 144 megawatt (MW).
Ada 141 data center yang beroperasi di berbagai wilayah, sehingga menjadikan Indonesia peringkat ke-13 secara global menurut Data Center Map.
Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah terbanyak nasional, yakni 83 unit per 15 Januari 2025. Posisinya disusul Batam sembilan, Surabaya delapan, Bandung tujuh, Denpasar dan Bogor masing-masing empat, serta Makassar tiga pusat data.
Berikut daftar perusahaan asing yang membangun data center di Indonesia:
1. Amazon Web Services (AWS)
Perusahaan berbasis di Amerika Serikat resmi meluncurkan Amazon Web Service (AWS) Region di Jakarta pada 2021. Kementerian Komunikasi dan Digital atau Komdigi kemudian memperpanjang kerja sama dengan AWS.
Sejak 2021, AWS menginvestasikan US$ 5 miliar atau Rp 81,05 triliun dengan rencana pengembangan jangka panjang hingga 2036. Investasi ini mencakup pembangunan pusat data AWS di Indonesia, yang diklaim sebagai salah satu investasi terbesar mereka secara global.
Meski demikian, AWS belum memerinci besaran kapasitas dan lokasi tepatnya pembangunan pusat data tersebut.
Selain investasi infrastruktur, AWS berkomitmen mendukung pengembangan talenta digital melalui program pelatihan cloud computing dan sertifikasi bagi tenaga kerja Indonesia. Langkah ini bertujuan memastikan terciptanya SDM kompeten dalam menghadapi persaingan di era digital.
2. Microsoft
Microsoft meresmikan Indonesia Central Cloud Region, kluster data center pertama di Indonesia pada 27 Mei. Ini merupakan bagian dari investasi US 1,7 miliar atau Rp 28 triliun (kurs Rp16.473 per US$) yang diumumkan CEO Satya Nadella pada April 2024.
“Indonesia Central Cloud Region tidak hanya memberdayakan individu dan organisasi untuk menciptakan, mengembangkan, dan memperluas skala dari dunia ke Indonesia, tetapi yang lebih penting, dari Indonesia ke dunia,” kata Dharma dalam acara Microsoft AI Tour di Jakarta Selatan, pada Mei (27/5).
Indonesia Central itu akan menjadi bagian dari jaringan global Microsoft yang memiliki lebih dari 60 cloud region. Cloud Region Indonesia Central mencakup tiga availability zones. Setiap zona terdiri dari sekumpulan pusat data yang cukup berdekatan untuk memastikan koneksi latensi rendah, tetapi cukup jauh untuk mengurangi risiko gangguan akibat pemadaman listrik maupun bencana lokal.
3. Tencent Cloud
Unit bisnis raksasa teknologi Cina Tencent yakni Tencent Cloud mengumumkan rencana pembangunan pusat data ketiga di Indonesia, dengan komitmen investasi US$ 500 juta atau Rp 8,1 triliun (kurs Rp16.325 per US$)
"Pusat data ketiga itu akan dibangun tahun ini,” kata Vice President of Tencent Cloud International dan Managing Director of Southeast Asia Jimmy Chen usai gelaran acara Tencent Cloud Day, pada Mei.
Namun, Jimmy tidak memerinci lokasi pusat data Tencent ketiga di Indonesia tersebut. "Dengan alasan privasi dan keamanan pusat data, kami tidak mengungkapkan lokasi, tetapi yang pasti ada di Indonesia,” kata dia.
Pusat data baru itu akan menjadi bagian dari jaringan global Tencent yang mencakup lebih dari 50 zona ketersediaan di 21 wilayah.
4. Equinix
Perusahaan infrastruktur digital Equinix, membangun pusat data pertama di Jakarta, JK1 Data Center, melalui kemitraan dengan PT Astra International. Investasi pusat data tersebut mencapai US$ 74 juta atau setara Rp 1,2 triliun (kurs Rp16.533 per US$).
“Capex investasi kami untuk pasar pertama ini sekitar US$ 38 juta. Secara total untuk JK1 ini sekitar US$ 74 juta,” kata Presiden Direktur Utama Equinix Indonesia, Haris Izmee, dalam konferensi pers, di Jakarta Selatan, pada Mei (15/5).
Pusat data ini akan memiliki kapasitas 1.600 cabinets dan dibangun dengan prinsip keberlanjutan, termasuk penggunaan teknologi seperti Cooling Array dan pendingin cair (liquid cooling), untuk pengelolaan panas yang bagi beban kerja komputasi berkinerja tinggi, termasuk AI.
5. Digital Realty
Platform infrastruktur digital, Bersama Digital Infastructure Asia (BDIA), mengumumkan pembentukan perusahaan patungan dengan penyedia solusi data center global Digital Realty, menjadi Digital Realty Bersama. Kemitraan strategis ini dimiliki secara seimbang 50:50 dengan tujuan mengembangkan dan mengoperasikan pusat data di seluruh Indonesia.
Perusahaan joint venture ini membuka akses Digital Realty ke pusat data yang sebelumnya dimiliki BDIA, serta sebaliknya membuka akses terhadap jaringan pusat data global Digital Realty. Jaringan ini mencakup lebih dari 300 fasilitas di lebih dari 50 kota di 25 negara.
Perusahaan ini kemudian akan mengoperasikan kampus data center di Jakarta yang telah dibangun sebelumnya, termasuk CGK 11 yang baru diluncurkan di Jakarta Pusat serta CGK 10 di Jakarta Barat. CGK 11 dibuka dengan kapasitas 5 MW dan direncanakan akan dikembangkan hingga 32 MW.
6. Zenlayer
Perusahaan yang berbasis di Amerika ini memiliki 13 pusat data tersebar di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Medan, Surabaya, dan Semarang. Jaringan ini ditujukan untuk mempercepat layanan edge computing dengan latensi rendah, mendukung sektor gaming, video streaming, dan IoT.
Pusat data yang dimiliki Zenlayer di Indonesia adalah sebagai berikut:
- SRG1 (Semarang)
- JKT1 (Jaktim)
- JKT2 (Jaksel)
- JKT3 (Tangsel)
- JKT4 (Jaksel)
- JKT5 (Jakpus)
- JKT7 (Cikarang)
- JKT11 (Jaksel)
- JKT15 (Jaksel)
- JKT17 (Jaksel)
- JKT20 (Jaksel)
- KNO1 (Medan)
- SUB1 (Surabaya)
7. NTT Communications
Perusahaan data center dari Jepang memperluas operasional di Indonesia dengan membangun tiga fasilitas besar: JKT2 dengan kapasitas 9,3 MW, JKT2 Annex kapasitas 12 MW, dan JKT3 di Jakarta dengan kapasitas 45MW.
Melansir dari laman resmi, fasilitas JKT2 Annex akan mendukung kebutuhan hyperscaler dan perusahaan besar sebagai bagian dari pengembangan ekonomi digital. Proyek ini termasuk dalam rencana investasi global NTT DATA senilai lebih dari US$ 10 miliar untuk pengembangan pusat data di seluruh dunia selama 2023 – 2027.
8. BDx (Big Data Exchange)
Perusahaan BDx asal Hong Kong, memasuki pasar data center di Indonesia lewat aliansi dengan Indosat Ooredoo Hutchison dan Lintasarta. BDx Indonesia memperluas jaringannya di pasar Indonesia dengan mengakuisisi dan memodernisasi colocation dan lokasi tepi operator netral utama di luar Jakarta.
Total nilai investasi yang dialokasikan US$ 150 juta. BDx membangun enam pusat data yang mayoritas berlokasi di Jakarta, yakni CGK1, CGK2, CGK3, dan CGK3A yang berlokasi di Jakarta, CGK4 di Jatiluhur, serta CGK5 di Karawang.
9. ST Telemedia Global Data Centres (STT GDC)
Perusahaan asal Singapura sedang membangun kompleks pusat data STT Jakarta 1 hingga 4 di Cikarang, Bekasi. Masing-masing pusat data memiliki kapasitas antara 18 MW hingga 32 MW. Fasilitas ini dirancang untuk memenuhi permintaan enterprise cloud dan penyedia layanan teknologi.
10. Alibaba Cloud
Unit cloud computing dari Alibaba Group asal Cina, Alibaba Cloud, telah membangun tiga pusat data di Indonesia. Meskipun detail kapasitas tidak dipublikasikan, pusat data ini melayani sektor e-commerce, fintech, dan startup yang membutuhkan solusi cloud lokal berstandar internasional.
11. DayOne
Perusahaan asal Singapura, DayOne, membangun kampus data center berkapasitas 75 MW di Nongsa Digital Park, Batam. Proyek ini didanai oleh fasilitas pinjaman senilai Rp 6,7 triliun dari bank-bank besar Singapura seperti DBS dan UOB. Fasilitas ini ditargetkan menjadi hub digital regional dengan konektivitas internasional.
Sebelumnya, pengembang pusat data di Asia Pasifik ini telah mendapatkan pinjaman untuk mengembangkan kampus di Indonesia. Melansir dari Data Center Dynamics, Bank Singapura DBS dan UOB pada awal Juni mengumumkan bahwa mereka bersama-sama memberikan fasilitas pinjaman US$ 412,1 juta kepada DayOne untuk membiayai pengembangan kampus pusat data baru di Batam, Indonesia.
12. LG CNS / KIRA dan Sinar Mas SM+
Sinar Mas bersama dengan Korea Invesment Real Asset Management (KIRA) membentuk perusahaan patungan untuk membangun pusat data di tengah kota Jakarta Rp 4,6 triliun.
Proyek ini dikembangkan lewat kerja sama Sinar Mas dengan LG CNS Co. Ltd. (LG CNS). Proyek perdana antara Sinar Mas dan LG CNS ini bakal membangun data center berbasis AI di Indonesia.
Pusat data ini sedang dalam tahap pembangunan dan diproyeksikan akan selesai pada pertengahan 2026.
13. Princeton Digital Group (PDG)
Princeton Digital Group (PDG) telah mengumumkan pengembangan greenfield di Indonesia dengan total nilai investasi $150 juta.
Tercatat, perusahaan asal Singapura ini mengoperasikan tiga pusat data di Indonesia JC1, JC2, dan JC3, dengan masing-masing berkapasitas sebesar 22 MW + 3 MW, dan 35 MW.
PDG menargetkan total kapasitas hingga 35 MW untuk mendukung kebutuhan enterprise dan hyperscaler.
14. Digital Edge
Sejak didirikan pada 2020, Digital Edge tercatat telah membangun dan mengoperasikan 21 data center di berbagai negara Asia, dengan kapasitas total sebesar 500 MW.
Menurut laman resminya, di Indonesia Digital Edge mengoperasikan dua pusat data utama di Jakarta Selatan: EDGE1 (6 MW) yang sudah aktif sejak 2021, dan EDGE2 (23 MW) yang direncanakan rampung pada 2024.
Perusahaan ini menargetkan layanan colocation berperforma tinggi dan infrastruktur ramah lingkungan.
15. EDGNEX Data Centers by DAMAC
Perusahaan yang berbasis di Dubai ini mengumumkan investasi US$ 2,3 miliar atau Rp 37,5 triliun (kurs Rp16.319 per US$) untuk membangun pusat data di Jakarta. Proyek ini menjadi salah satu pengembangan khusus AI terbesar di Asia Tenggara, dengan kapasitas tambahan sebesar 144 MW.
Setelah menyelesaikan proses akuisisi lahan pada Maret, proyek itu memasuki tahap awal konstruksi. Fase pertama ditargetkan mulai beroperasi pada Desember 2026.
Pusat data tersebut akan menggunakan rak AI berdensitas tinggi dan ditargetkan memiliki Power Usage Effectiveness (PUE) sebesar 1,32, untuk meningkatkan efisiensi energi sesuai standar keberlanjutan global EDGNEX.