Indeks Daya Saing Digital Indonesia Naik, Kenaikan di Banten Lampaui Jakarta


Indeks daya saing digital Indonesia naik tipis dari 38,1 tahun lalu menjadi 38,8 pada 2025. Banten menjadi provinsi di jajaran 10 teratas dengan kenaikan tertinggi, karena menggenjot program studi di bidang digital.
Perusahaan modal ventura East Ventures meluncurkan East Ventures – Digital Competitiveness Index atau EV-DCI 2025. Ini merupakan edisi keenam sejak pertama kali diluncurkan pada 2020.
Laporan riset EV-DCI 2025 merupakan pemetaan daya saing digital Indonesia dengan tema ‘Mendorong inovasi dan kecerdasan buatan untuk meningkatkan daya saing digital Indonesia’. EV-DCI 2025 menyajikan data daya saing digital di 38 provinsi dan 157 kota/kabupaten di Indonesia.
“Di antara 10 provinsi teratas, Banten mengalami peningkatan kinerja yang paling signifikan,” demikian dikutip dari laporan EV-DCI 2025, Selasa (27/5).
Jumlah dosen program studi terkait digitalisasi meningkat, seiring bertambahnya kebutuhan tenaga kerja yang kompeten di bidang ini. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi atau Kemendiktisaintek, ada 166 program studi terkait digitalisasi di Provinsi Banten pada 2024 atau meningkat 49,6% dibandingkan tahun sebelumnya alias year on year (yoy).
Berikut daftar indeks daya saing digital berdasarkan provinsi pada 2025:
Secara umum, seluruh skor sub-indeks meningkat dengan peningkatan terbesar terjadi pada sub-indeks Output, yaitu 3,3 poin. Dengan rincian sebagai berikut:
- Input: dari 38,9 menjadi 40,4
- Output: dari 32,5 menjadi 35,8
- Penunjang: dari 44,3 menjadi 45,9
Sub-indeks Input EV-DCI mencerminkan kesiapan ekonomi digital dari aspek sumber daya manusia atau SDM, penggunaan teknologi digital, dan pengeluaran terkait teknologi. Dengan rincian sebagai berikut:
- SDM: naik dari 18,8 menjadi 25,6
- Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi atau TIK: naik dari 58 menjadi 59,7
- Pengeluaran untuk TIK: turun dari 40,7 menjadi 38,3
Sub-indeks Output mengukur perkembangan digitalisasi terhadap ekonomi, tingkat kewirausahaan, produktivitas, dan kondisi ketenagakerjaan di sektor digital di wilayah Indonesia. Rinciannya sebagai berikut:
- Perekonomian: naik dari 24,8 menjadi 27,3
- Kewirausahaan dan produktivitas: naik dari 34,8 menjadi 36,5
- Ketenagakerjaan: naik dari 40,4 menjadi 44,6
Sub-indeks Penunjang mengukur aspek pendukung perkembangan ekonomi digital daerah seperti infrastruktur, keuangan, serta kapasitas pemerintah daerah. Rinciannya sebagai berikut:
- Infrastruktur: naik dari 62,2 menjadi 67,1
- Keuangan: naik dari 23 menjadi 24,4
- Regulasi dan kapasitas Pemda: naik dari 47,1 menjadi 50
Selisih skor EV-DCI 2025 antara provinsi tertinggi yakni DKI Jakarta 78,4 dan terendah yaitu Papua Pegunungan 21,6 sebesar 56,9. Perbedaan ini lebih kecil dari tahun sebelumnya 60,4.
Rata-rata peningkatan skor pada kelompok provinsi peringkat 11 sampai 38 juga lebih tinggi dibandingkan kelompok 10 teratas. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi-provinsi yang sebelumnya tertinggal mulai mengejar pencapaian provinsi digital unggulan, memperkuat arah pembangunan ekonomi digital yang lebih inklusif dan merata secara nasional.