Bos Lippo dan Tokopedia Nilai Kasus WeWork Tak Berdampak di Indonesia
Tokopedia dan investor OVO, Lippo Group, menilai kasus WeWork tidak berdampak pada startup Indonesia. Terutama terhadap minat investor berinvestasi di perusahaan teknologi Tanah Air.
Direktur Grup Lippo John Riady mengatakan gagalnya penjualan saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) WeWork dan dampaknya terhadap sentimen pasar tidak berpengaruh pada keberlanjutan dan kelangsungan startup di Tanah Air. Apalagi Gojek, Grab, Tokopedia, OVO dan perusahaan teknologi lainnya telah merubah cara bekerja, makan, bermainan, dan cara bayar masyarakat Indonesia.
Biarpun begitu, John menyebut valuasi dalam industri apapun merupakan subjek untuk menggerakan psikologi pasar. Dalam beberap tahun terakhir, pasar telah bergerak cukup jauh. "Insiden tersebut (WeWork) akan menyadarkan pasar," kata John seperti dikutip dari DealStreetAsia, Kamis (23/1).
Meskipun investor menarik diri, dia mengatakan perusahaan yang memiliki bisnis model yang pasti dan mampu menciptakan nilai tetap bisa meningkatkan modal. Dia mencontohkan perusahaan teknologi di bidang edukasi, Ruangguru, yang baru-baru ini mendapatkan pendanaan sebesar US$ 150 miliar dari investor yang dipimpin General Atlantic.
"Salah satu contohnya portofolio kami di Ruangguru, biarpun dalam masa yang sulit, kami bisa mendapatkan beberapa penawaran dan memutuskan mengambil tawaran General Atlantic. Ketika melihat Ruangguru sebagai contoh, kami akan berpikir bahwa WeWork tidak berdampak pada pasar," katanya. Selain OVO dan Ruangguru, Lippo Grup menanamkan modal di perusahaan teknologi lainnya seperti Zilingo, Sociolla, dan Grab.
(Baca: Grup Lippo Pertimbangkan Jual Saham OVO Lewat IPO)
Sependapat dengan John, Presiden Tokopedia Patrick Cao mengatakan menurunnya keuangan WeWork tidak berpengaruh terhadap perusahaan. Meskipun perusahaannya juga mendapat investasi dari SoftBank, yang merupakan investor WeWork.
"Banyak hal yang telah dibicarakan oleh pers mengenai keuntungan, kami telah menerapkan, sebenarnya, dari awal tahun lalu,” kata Patrick. Nikkei Asian Review mencatat Tokopedia sempat menargetkan bisa mencapai titik impas (break even point) pada 2021.
Sebelumnya, WeWork batal melantai di bursa saham karena valuasi WeWork disebut-sebut turun dari US$ 47 miliar menjadi US$ 10 miliar. SoftBank yang merupakan investor perusahaan tersebut diperkirakan bakal rugi jika valuasi WeWork turun hingga ke level US$ 10 miliar.
Hasilnya, Softbank merugi untuk pertama kalinya dalam 14 tahun terakhir pada akhir September 2019. Reuters mencatat perusahaan asal Jepang tersebut rugi hingga US$ 6,5 miliar atau setara Rp 91 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar) secara kuartalan karena berinvestasi di startup transportasi dan WeWork.
(Baca: Dikabarkan Galang Pendanaan Rp 20,4 T, Tokopedia Hampir Jadi Decacorn)