Media Asing Kembali Soroti Potensi Grab dan GoTo Gojek Merger, Singgung Shopee


Media asing The Economist kembali menyoroti potensi Grab dan GoTo Gojek Tokopedia merger, kendati kedua perusahaan menyatakan tidak ada diskusi terkait hal ini. Alasannya, persaingan dengan induk Shopee, Sea Ltd semakin ketat.
Nilai pasar Grab US$ 23 miliar tahun ini dan GoTo Gojek Tokopedia US$ 4 miliar. Sementara itu, induk Shopee, Sea Ltd bernilai US$ 92 miliar.
Grab, yang awalnya bergerak di bidang transportasi daring kemudian berkembang menjadi layanan pesan-antar makanan, pembayaran digital, dan lainnya, mengalami penurunan nilai pasar dari US$ 40 miliar ketika terdaftar pada Desember 2021 menjadi hanya seperempatnya setahun kemudian.
Nilai GoTo, yang terbentuk dari merger antara Gojek dan Tokopedia pada Mei 2021, turun tiga perempat pada tahun setelah tercatat di bursa dengan nilai US$ 28 miliar pada April 2022.
Penyaluran pinjaman Sea Ltd melalui bisnis SeaMoney yang berubah nama menjadi Monee mencapai US$ 6 miliar. Nilainya jauh lebih besar ketimbang Grab dan GoTo Gojek Tokopedia.
Perusahaan konsultan Singapura Momentum Works menyebutkan Grab dan GoTo Gojek Tokopedia memanfaatkan kondisi pelaporan kredit yang buruk di sebagian besar Asia Tenggara, terutama Indonesia.
Data transaksi yang dikumpulkan dari mitra pengemudi, penumpang, pedagang, dan pengguna dompet elektronik Grab dan GoTo Gojek Tokopedia masing-masing, digabungkan dengan data pihak ketiga, bisa untuk membangun profil kredit.
Pada kuartal pertama 2025, Grab dan GoTo Gojek Tokopedia memegang portofolio pinjaman konsumen masing-masing US$ 566 juta dan US$ 349 juta atau Rp 5,7 triliun. Portofolio ini lebih kecil jika dibandingkan dengan bank konvensional, tetapi tumbuh pesat.
Pinjaman Grab tumbuh 50% secara tahunan alias year-on-year (yoy) pada kuartal pertama, sementara GoTo meningkat lebih dari dua kali lipat. Fintech kini menyumbang 10% pendapatan Grab dan 29% pendapatan GoTo.
GoTo Gojek Tokopedia ingin meningkatkan portofolio pinjamannya menjadi Rp 8 triliun tahun depan. Grab juga merencanakan ekspansi besar-besaran di sektor fintech pada 2026.
“Akan tetapi, platform e-commerce Sea Ltd yakni Shopee, memberikan data yang jauh lebih banyak daripada GoTo Gojek Tokopedia dan Grab,” kata CEO Momentum Works Jianggan Li dikutip dari The Economist, Jumat (25/7).
ShopeeFood Jadi Pesaing Kuat GrabFood dan GoFood
Nilai transaksi bruto atau Gross Merchandise Value (GMV) ShopeeFood diperkirakan mengalahkan GoFood Gojek pada 2024. Namun ini menghitung transaksi Shopee Food di empat negara dan GoFood di dua negara di Asia Tenggara.
Merujuk pada data Momentum Works, ShopeeFood hadir di Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Malaysia dengan total transaksi alias GMV US$ 2,34 miliar atau Rp 38,6 triliun. Sementara itu, GoFood Gojek hanya di Indonesia dan Vietnam, dengan total US$ 1,91 miliar atau Rp 31,43 trilliun.
Jika membandingkan data tersebut, GoFood Gojek sudah kalah dari ShopeeFood milik Sea Ltd. Akan tetapi, jika hanya membandingkan transaksi di Indonesia dan Vietnam, GoFood Gojek masih unggul tipis dibandingkan ShopeeFood Rp 30 triliun.
GrabFood milik Grab masih memimpin dengan transaksi US$ 10,4 miliar atau Rp 171,4 triliun di enam negara tahun lalu.
“Pertumbuhan GMV ShopeeFood lebih dari 50% sepanjang tahun lalu. Sebagian besar pertumbuhan berasal dari Indonesia, di mana S ShopeeFood diperkirakan memiliki pangsa pasar 18%, dan Vietnam, pasar pengiriman makanan dengan pertumbuhan tercepat yakni 26% yoy, di mana ShopeeFood membuntuti Grab dengan ketat,” demikian dikutip dari laporan Momentum Works pada Februari.
Indikasi Potensi Grab dan GoTo Gojek Merger
The Economist menyoroti langkah Grab menerbitkan obligasi konversi US$ 1,5 miliar atau Rp 24,5 triliun (kurs Rp 16.300 per US$). Salah satu penggunannya yakni potensi akuisisi.
Kedua perusahaan dengan gigih membantah laporan terbaru tentang kesepakatan yang akan datang. Namun, bulan lalu, Grab memicu spekulasi dengan menerbitkan obligasi konversi senilai $1,5 miliar, yang penggunaannya "mungkin mencakup akuisisi potensial".
“Akan ada logika komersial yang kuat di balik penggabungan ini. Setelah berhasil menyingkirkan pesaing-pesaing asing seperti Uber dari semua pasar utama Asia Tenggara lainnya, Grab masih menghadapi persaingan ketat dari GoTo di Indonesia,” demikian dikutip dari The Economist.
Sementara itu, GoTo, yang pernah berkompetisi di lima pasar, kini telah kembali ke wilayah asalnya.
Kedua perusahaan membagi pasar transportasi online Indonesia menjadi sekitar setengahnya, dengan harga Grab yang secara konsisten lebih rendah, menurut studi terbaru oleh Bahana Sekuritas.
Petinggi Grab Bahas soal Potensi Konsolidasi
Presiden sekaligus COO Grab Alex Hungate menyampaikan bisnis on-demand, termasuk taksi online, ojol, pengiriman makanan, memiliki margin keuntungan yang tipis. Konsolidasi dinilai bisa menjadi cara untuk mendorong efisiensi.
“Kami melihat konsolidasi atau menjadi lebih besar, bukan untuk mendominasi, melainkan untuk membuat model bisnis yang marginnya tipis, seperti pengantaran makanan dan transportasi online, menjadi lebih efisien,” kata Alex dalam acara Tech In Asia: Asia Economic Summit 2025 pada sesi bertajuk ‘Growth in uncertain times: Grab’s playbook for resilience and impact’ di Jakarta, pada Juni (26/6).
“Karena bisnis ini memiliki margin keuntungan yang rendah, kami memerlukan skala besar agar tetap sehat dan menguntungkan bagi semua pihak di dalam ekosistem,” Alex menambahkan.
Ia menjelaskan bahwa biaya pengantaran makanan, ojol hingga taksi online harus sangat rendah. “Jadi, mari hadapi kenyataan bahwa bisnis dengan biaya yang rendah ini supaya produktif dan layak bagi semua orang yang terlibat. Yang kami cari yakni efisiensi dan kemampuan untuk mempertahankan ekosistem yang sehat,” ujar dia.
Alex menyampaikan salah satu rencana penggunaan dana hasil penerbitan obligasi konversi US$ 1,5 miliar yakni mengkaji peluang akuisisi. “Merger dan akuisisi menjadi peluang bagi kami untuk menggunakannya (dana), guna meningkatkan produktivitas setiap orang di platform,” ujarnya.
Ketika ditanya mengenai sektor atau bisnis apa yang paling menarik bagi Grab untuk tempat investasi atau akuisisi, Alex menjawab perusahaan selalu berupaya mempercepat pertumbuhan platform dengan flywheel.
Dalam istilah startup, flywheel adalah model bisnis atau strategi pemasaran yang berfokus pada pertumbuhan berkelanjutan, dengan menjadi pelanggan sebagai pusat perhatian. Konsep ini menekankan pada siklus pengalaman pelanggan yang positif, untuk mendorong pertumbuhan bisnis secara organik.
“Kami selalu berupaya mempercepat pertumbuhan platform (flywheel). Caranya dengan menambah layanan baru untuk merchant atau penjual di platform kami,” kata Alex.
Ia memberikan contoh layanan pemesanan makanan di tempat alias dine-in maupun pengiriman makanan. Selain itu, pengembangan sistem penjualan online agar lebih cepat dan efisien.
Alex juga menyinggung soal layanan keuangan. “Ini juga menjadi peluang besar. Sekitar 65% masyarakat Asia Tenggara belum memiliki akses ke layanan perbankan atau minim informasi soal kredit,” ujar dia.
“Jika kami bisa memberikan solusi keuangan yang transparan dan inklusif, ini akan membantu penjual dan pengguna kami tumbuh bersama. Penambahan layanan ini akan menarik lebih banyak pengguna, menciptakan lebih banyak pekerjaan, dan membuat mitra Grab semakin produktif,” Alex menambahkan.
Tantangan Merger GoTo Gojek dan Grab
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mengatakan pemerintah ingin GoTo Gojek Tokopedia dimiliki mayoritas oleh orang Indonesia. Hal ini menanggapi kabar Grab mengkaji untuk mengakuisisi pesaingnya itu.
Politikus Partai Gerindra itu tidak memerinci bagaimana GoTo Gojek Tokopedia dapat dimiliki mayoritas oleh orang Indonesia.
Dikutip dari Reuters pada Juni (20/6), saham GoTo dimiliki oleh investor asing 73,90%, termasuk SoftBank Group Jepang dan Taobao Holding, unit dari Alibaba Group Cina, menurut laporan tahunan 2024. Sisanya dimiliki oleh investor Indonesia.
SVF GT Subco (Singapore) Pte Ltd milik SoftBank dan Taobao merupakan dua pemegang saham teratas GoTo, masing-masing memegang 7,65% dan 7,43% saham, menurut laporan tersebut.
Dasco juga tidak mengomentari persyaratan apa pun yang telah ditetapkan pemerintah untuk potensi penggabungan kedua perusahaan berbagi tumpangan alias ride hailing tersebut.
Wakil Menteri Ketenagakerjaan Indonesia Immanuel Ebenezer mengatakan ia tidak memiliki informasi apa pun tentang persyaratan yang ditetapkan atas potensi penggabungan Grab dan GoTo Gojek Tokopedia.
Kabar Grab mengkaji akuisisi Gojek sudah berhembus sejak 2020. Isunya kembali muncul pada 2024 dan awal tahun ini. Bloomberg bahkan sempat melaporkan penggabungan kedua perusahaan ditargetkan selesai pada Kuartal II atau April - Juni.
Namun yang terbaru, Grab Holdings Ltd menyatakan tidak sedang menjalin pembicaraan untuk mengakuisisi PT Goto Gojek Tokopedia Tbk saat ini. Perusahaan belum menandatangani perjanjian definitif terkait akuisisi GoTo.
“Indonesia terus menjadi negara yang penting dalam menjalankan misi kami karena kami terus melayani para pelanggan, mitra pengemudi dan mitra merchant di Indonesia,” kata Grab dalam dalam keterangan pers, dikutip Bloomberg, pada Juni (10/6).
Tiga sumber Reuters mengatakan Grab dan GoTo kini membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyepakati kesepakatan setelah pemerintah Indonesia mengajukan sejumlah persyaratan agar rencana itu dapat terlaksana.
"Pemerintah Indonesia sedang mengkaji bagaimana potensi penggabungan tersebut akan berdampak terhadap kesejahteraan kerja dan persaingan pasar di ekonomi terbesar dan terpadat di Asia Tenggara," kata dua sumber yang mengetahui pembahasan tersebut, dikutip dari Reuters, pada Juni (20/6).
Pemerintah juga menginginkan entitas hasil penggabungan tersebut menjamin lebih banyak manfaat, seperti biaya dan bonus yang lebih baik bagi mitra pengemudi, kata salah satu sumber, yang tidak ingin disebutkan namanya karena pembicaraan kesepakatan itu bersifat rahasia.
Namun The Economist menyampaikan, jika Grab dan GoTo Gojek Tokopedia bergabung, maka akan menciptakan raksasa teknologi di Asia Tenggara yang menguasai sekitar empat perlima layanan taksi online dan ojol, serta dua pertiga layanan pesan-antar makanan di Asia Tenggara. Namun, nilainya tetap berada di induk Shopee, Sea Ltd.