Bos Grab Ungkap Startup dan Bisnis yang Menarik Dimodali atau Diakuisisi


Grab menerbitkan obligasi konversi US$ 1,5 miliar atau Rp 24,5 triliun (kurs Rp 16.300 per US$), salah satunya untuk mengkaji akuisisi potensial. Presiden sekaligus COO Grab Alex Hungate mengungkapkan potensi mengakuisisi startup lain.
Ketika ditanya mengenai sektor atau bisnis apa yang paling menarik bagi Grab untuk tempat investasi atau akuisisi, Alex menjawab perusahaan selalu berupaya mempercepat pertumbuhan platform dengan flywheel.
Dalam istilah startup, flywheel adalah model bisnis atau strategi pemasaran yang berfokus pada pertumbuhan berkelanjutan, dengan menjadi pelanggan sebagai pusat perhatian. Konsep ini menekankan pada siklus pengalaman pelanggan yang positif, untuk mendorong pertumbuhan bisnis secara organik.
“Kami selalu berupaya mempercepat pertumbuhan platform (flywheel). Caranya dengan menambah layanan baru untuk merchant atau penjual di platform kami,” kata Alex dalam acara Tech In Asia: Asia Economic Summit 2025 pada sesi bertajuk ‘Growth in uncertain times: Grab’s playbook for resilience and impact’ di Jakarta, Kamis (26/6).
Ia memberikan contoh layanan pemesanan makanan di tempat alias dine-in maupun pengiriman makanan. Selain itu, pengembangan sistem penjualan online agar lebih cepat dan efisien.
Alex juga menyinggung soal layanan keuangan. “Ini juga menjadi peluang besar. Sekitar 65% masyarakat Asia Tenggara belum memiliki akses ke layanan perbankan atau minim informasi soal kredit,” ujar dia.
“Jika kami bisa memberikan solusi keuangan yang transparan dan inklusif, ini akan membantu penjual dan pengguna kami tumbuh bersama. Penambahan layanan ini akan menarik lebih banyak pengguna, menciptakan lebih banyak pekerjaan, dan membuat mitra Grab semakin produktif,” Alex menambahkan.
Ia menjelaskan, konsolidasi baik lewat kerja sama atau mengakuisisi startup lain, bukan bertujuan untuk mendominasi. “Ini membuat model bisnis yang marginnya tipis, seperti transportasi online dan pesan-antar makanan, menjadi lebih efisien. Karena bisnis ini memiliki margin keuntungan yang rendah, kami memerlukan skala besar agar tetap sehat dan menguntungkan bagi semua pihak di dalam ekosistem,” ujar dia.
Grab Kaji Akuisisi Startup Setelah Raih Rp 24 Triliun
Dalam siaran pers, Grab menyampaikan dana bersih dari penawaran obligasi konversi akan digunakan untuk:
- Keperluan umum perusahaan
- Mengoptimalkan fleksibilitas strategis, yang dapat mencakup akuisisi potensial, sambil terus mempertahankan standar tinggi untuk transaksi tersebut
- Sebagai bagian dari program kembali saham alias buyback US$ 500 juta, Grab berencana membeli kembali saham biasa Kelas A US$ 273,5 juta dari sejumlah pemegang obligasi melalui transaksi di luar pasar, menggunakan harga penutupan US$ 4,68 per lembar.
CFO Grab Peter Oey melalui akun LinkedIn mengatakan kas likuid perusahaan akan meningkat menjadi US$ 8,7 miliar setelah transaksi obligasi konversi selesai. Hal ini meningkatkan fleksibilitas strategis korporasi untuk mengembangkan bisnis secara organik.
“Selain itu, mengejar peluang anorganik secara selektif, sambil mempertahankan standar tinggi untuk transaksi tersebut,” kata Peter Oey melalui akun LinkedIn, Kamis (12/6).
Kas likuid Grab tersebut di atas perkiraan angka penawaran untuk mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia US$ 7 miliar, sebagaimana laporan Bloomberg. Analis kemudian memperkirakan kesepakatan antara kedua perusahaan segera terwujud.
"Ada kemungkinan yang semakin besar terkait kesepakatan Grab dan GoTo," kata analis di Aletheia Capital Nirgunan Tiruchelvam, dikutip dari Bloomberg, Selasa (10/6). "Grab tampaknya sedang menyiapkan pendanaan untuk itu."
Akan tetapi, Grab menyatakan tidak sedang menjalin pembicaraan untuk mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia saat ini. Hal ini mengisyaratkan pembahasan dihentikan atau setidaknya ditunda.
Mengutip laporan Bloomberg, Grab belum menandatangani perjanjian definitif terkait akuisisi GoTo. “Indonesia terus menjadi negara yang penting dalam menjalankan misi kami karena kami terus melayani para pelanggan, mitra pengemudi dan mitra merchant di Indonesia,” kata Grab dalam keterangan tertulis, dikutip dari Bloomberg, Selasa (10/6).
Bloomberg melaporkan bahwa nilai transaksi US$ 7 miliar menyiratkan premi +64% pada harga Rp 100 per lembar dibandingkan harga saham GoTo pada Februari Rp 61 per lembar. Harga saham GOTO hari ini (13/6) Rp 64 per lembar.
Sementara itu, sumber Bloomberg melaporkan, skenario yang kabarnya dibahas oleh kedua perusahaan yakni GoTo menjual bisnis Gojek di Singapura atau mengambil alih operasional taksi online, ojol maupun pesan-antar makanan Grab di Indonesia.
Yang belum pasti yakni bisnis keuangan GoTo, GoTo Financial, apakah akan dimasukan sebagai bagian dari kesepakatan atau dipisahkan sebagai unit baru.
Akan tetapi, Grab membantah adanya diskusi terkait pembahasan untuk mengambil alih GoTo Gojek Tokopedia saat ini. Menurut Bloomberg News, kedua perusahaan sempat ada kemajuan saat menyusun struktur kesepakatan, tetapi muncul kekhawatiran soal potensi dampak regulasi, termasuk risiko monopoli.