Grab dan GoTo Gojek Disebut Akan Jadi Raksasa Ojol jika Bergabung


Isu Grab akan mengambil alih saham GoTo Gojek Tokopedia kembali berhembus setelah perusahaan berencana menerbitkan obligasi konversi US$ 1,25 miliar atau Rp 20,35 triliun yang bisa ditukar menjadi saham. Apa dampak jika kedua perusahaan penyedia layanan taksi online dan ojol ini bergabung?
Grab dan Danantara membantah kabar terkait diskusi pembahasan pengambilalihan saham GoTo. Akan tetapi, Grab berencana menerbitkan obligasi konversi US$ 1,25 miliar atau Rp 20,35 triliun yang bisa ditukar menjadi saham. Hal ini disebut-sebut untuk mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia.
Asia Pacific Insight Manager Euromonitor David Zhang menyampaikan dalam laporan pada Februari, gabungan Grab dan GoTo Gojek Tokopedia akan semakin mengonsolidasikan pasar transportasi taksi online dan ojol di Asia Tenggara.
“Penggabungan ini bakal menciptakan raksasa dengan pangsa pasar sekitar 85% dari total nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) se-Asia Tenggara US$ 8 miliar,” demikian dikutip dari Euromonitor, pada Februari.
Sementara itu, jika merujuk pada laporan Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk ‘e-Conomy SEA 2024’, GMV taksi online dan ojol diperkirakan US$ 9 miliar atau Rp 142 triliun (kurs Rp 15.732 per US$) tahun lalu. Proyeksi transaksinya sebagai berikut:
- 2022: US$ 8 miliar
- 2023: US$ 7 miliar
- 2024: US$ 9 miliar
- 2030: US$ 20 miliar
“Dominasi pasar yang meningkat akan memberikan daya tawar yang kuat terhadap para pemasok, termasuk perusahaan otomotif dalam hal pengadaan untuk mitra pengemudi,” demikian dikutip.
Produsen Jepang, terutama Toyota dan Honda, serta asal Malaysia, seperti Peruda dan Proton, harus menawarkan lebih banyak diskon untuk mempertahankan kemitraan mereka. Demikian pula, penantang kendaraan listrik, termasuk VinFast dan BYD, harus memberikan penawaran yang lebih menarik untuk mendorong pertumbuhan, yang juga akan membantu Grab dan GoTo beralih ke electric vehicle untuk mempromosikan isu keberlanjutan.
Namun demikian, David menilai gabungan GoTo Gojek Tokopedia dan Grab, jika terjadi, tetap akan menghadapi sejumlah tantangan dalam bersaing dengan raksasa lain seperti Didi dan Uber.
"Dengan kesenjangan pangsa yang signifikan dengan raksasa yang lebih besar, termasuk Didi dan Uber, tidak akan ada perubahan dalam peringkat perusahaan secara global dan di Asia Pasifik,” demikian dikutip.
Ia mencatat tingkat pertumbuhan rata-rata atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) Grab 4% selama 2019 – 2024. Akan sulit bagi perusahaan asal Singapura ini mencapai pangsa pasar 85% melalui pertumbuhan organik atau tanpa merger maupun akuisisi.
Sementara itu, GoTo Gojek Tokopedia mencatatkan penurunan nilai rata-rata tahunan 13% selama 2019 – 2024. Hal ini karena persaingan dengan Grab dan pemulihan yang lamban dari pandemi Covid-19 di Indonesia.
Di Singapura, GoTo harus menawarkan diskon rutin untuk mempertahankan basis pelanggan dan mempertahankan transaksi bulanan, karena persaingan dari Grab.
Dikutip dari Bloomberg, Grab membukukan kenaikan pendapatan 6,3% menjadi US$ 643 juta untuk bisnis di Indonesia pada 2024 atau menjadi wilayah operasional perusahaan dengan pertumbuhan paling lambat di Asia Tenggara.
Dengan posisi Grab yang sudah dominan di pasar Asia Tenggara, entitas gabungan dengan GoTo Gojek Tokopedia akan menguasai lebih dari 91% pangsa pasar di Indonesia dan hampir 90% di Singapura.
Berdasarkan data Statista per Agustus 2024, Gojek menguasai pasar 50% di Indonesia per Januari 2023 dan Grab 54% pada 2022. Menurut data Measurable AI, kedua perusahaan diperkirakan menguasai masing-masing 50% pasar per Januari 2023.
Hasil survei INDEF atau Institute for Development of Economics and Finance terhadap 2.304 responden untuk berbagi rumpangan (ride hailing) dan 1.152 terkait logistik pada akhir 2022.
Responden berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi alias Jabodetabek, Bandung, Palembang, Bali, Yogyakarta, dan Balikpapan. Khusus untuk logistik yakni di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya.
Tingkat kesalahan dari hasil survei atau margin of error 5%. Survei digelar secara online pada Agustus - September. Hasil survei INDEF pada 2022 tersebut sebagai berikut:
- Transportasi online: Gojek (82%), Grab (53%), Maxim (19,6%), InDrive (4,9%)
- Logistik online: Gojek (64%), Grab (42%), ShopeeXpress (28%), Lalamove (18,7%), AnterAja (10,9%), NinjaXpress (7,8%), dan Deliveree (5,4%)
Alasan layanan taksi dan ojek online Gojek lebih dipilih sebagai berikut:
Sedangkan alasan konsumen lebih memlih layanan logistik GoSend Gojek sebagai berikut:
Dari sisi layanan pesan-antar makanan, Grab memimpin pasar di Indonesia pada 2024 menurut data Momentum Works. Berikut rinciannya:
- Grab: 47% (US$ 2,54 miliar atau Rp 41,8 triliun, kurs Rp 16.480 per US$)
- Gojek: 35% (US$ 1,89 miliar atau Rp 31,1 triliun)
- ShopeeFood: 18% (US$ 970 juta atau Rp 16 triliun)
Begitu juga di Singapura. Datanya sebagai berikut:
- Grab: 65% (US$ 1,69 miliar atau Rp 27,9 triliun)
- Foodpanda: 27% (US$ 700 juta atau Rp 11,5 triliun)
- Deliveroo: 8% (US$ 210 juta atau Rp 3,5 triliun)
Grab masih memimpin nilai transaksi pesan-antar makanan lewat GrabFood se-Asia Tenggara. Rinciannya sebagai berikut:
- Grab: US$ 10,4 miliar atau Rp 171,4 triliun
- Foodpanda: US$ 2,7 miliar atau Rp 44,5 triliun
- ShopeeFood: US$ 2,3 miliar atau Rp 37,9 triliun
- Gojek: US$ 1,9 miliar atau Rp 31,3 triliun
- LINE MAN: US$ 1,7 miliar atau Rp 28 triliun
- Deliveroo: US$ 280 juta atau Rp 4,6 triliun
- Robinhood: US$ 180 juta atau Rp 2,9 triliun
- BeFood: US$ 100 juta atau Rp 1,6 triliun
Menurut David, Grab memiliki keahlian yang kuat dalam produk taksi online, pinjaman online, serta asuransi terkait, khususnya di Singapura dan Malaysia. Sebaliknya, akar GoTo di Indonesia, tempat ojol tersebar luas, menunjukkan pengalaman signifikan dalam layanan kendaraan roda dua, termasuk kemitraan dengan Gogoro dalam hal motor listrik.
Keahlian GoTo dalam hal e-commerce dengan adanya Tokopedia yang sudah bergabung dengan TikTok, dipadukan dengan jaringan pengemudi regional Grab untuk pengiriman barang maupun makanan, akan menjadi ancaman besar bagi Shopee dan Lazada.
Selain itu, kemungkinan akan ada aliansi bank digital regional yang dibentuk antara usaha patungan bank digital GxS milik Grab di Singapura dan Malaysia, dan Bank Jago di Indonesia yang mendapatkan suntikan dana dari Gojek.
Ekosistem digital regional akan menguntungkan aliansi bank digital dalam hal penggabungan dan penggunaan pelanggan, memfasilitasi transaksi lintas-negara, terutama untuk UMKM, menantang petahana regional, termasuk OCBC, dan ANEXT Bank.
Dengan besarnya pangsa pasar tersebut, Grab dikabarkan memulai uji tuntas untuk mengambil alih GoTo Gojek Tokopedia. Uji tuntas adalah proses investigasi, audit, atau peninjauan yang dilakukan secara menyeluruh terhadap suatu perusahaan atau individu untuk mengonfirmasi fakta dan detail terkait sebelum membuat keputusan bisnis atau investasi, dikutip dari laman OCBC.
Proses due diligence itu biasanya dilakukan dalam berbagai situasi bisnis, seperti investasi skala besar, merger, akuisisi, atau restrukturisasi perusahaan. Kegiatan ini membantu dalam mengidentifikasi potensi risiko dan peluang yang mungkin tidak terlihat pada penilaian awal, sehingga pihak yang terlibat dapat membuat keputusan yang lebih tepat.
Sumber menyampaikan, Grab telah mengevaluasi akun, kontrak, dan operasional GoTo Gojek Tokopedia. Keduanya dikabarkan telah membuat kemajuan dalam struktur kesepakatan. Namun pembicaraan melambat setelah KPPU atau Komisi Pengawas Persaingan Usaha mulai mengkaji potensi dampak penggabungan kedua perusahaan, jika benar terjadi.
Namun Bloomberg melaporkan, Grab berencana menerbitkan obligasi konversi US$ 1,25 miliar atau Rp 20,35 triliun yang bisa ditukar menjadi saham. Surat utang ini akan jatuh tempo pada 15 Juni 2030. Hal ini disebut-sebut untuk mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia.
Kesepakatan untuk menggabungkan keduanya dikabarkan akan tuntas pada kuartal II 2025. Jika kesepakatan merger ini terwujud, valuasi kedua perusahaan ini ditaksir akan mencapai US$ 20 miliar atau Rp 312 triliun (kurs Rp 15.630 per US$).
"Sinergi GoTo Gojek Tokopedia dan Grab di berbagai industri akan menjadi ancaman bagi para pelaku usaha lama, yang harus menganalisis dampak spesifik, serta merancang strategi guna mempertahankan posisi mereka atau membangun kemitraan. Jika kesepakatan ini diblokir, Grab dan GoTo perlu memikirkan kembali dan mengevaluasi strategi diversifikasi, termasuk ekspansi ke pasar lain, seperti ekspansi Didi ke Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika," demikian dikutip dari Euromonitor.