Kronologi Kabar Grab Akan Akuisisi GoTo Gojek, dan Masuknya Danantara


Kabar Grab akan mengambil alih GoTo Gojek Tokopedia kembali berhembus setelah perusahaan asal Singapura itu berencana menerbitkan obligasi konversi US$ 1,25 miliar atau Rp 20,35 triliun yang bisa ditukar menjadi saham. Bagaimana awal mula isu ini berhembus?
Grab dan Danantara membantah kabar terkait diskusi pembahasan pengambilalihan saham GoTo. Akan tetapi, Grab berencana menerbitkan obligasi konversi US$ 1,25 miliar atau Rp 20,35 triliun yang bisa ditukar menjadi saham. Hal ini disebut-sebut untuk mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia.
Kabar Grab akan mengambil alih saham Gojek sudah berhembus sejak awal pandemi corona. Bahkan sumber Financial Times yang merupakan investor Grab menyampaikan pada Maret 2020, upaya menyatukan keduanya intens dibahas sejak 2018.
Ia menyampaikan rencana merger Grab dan Gojek kabarnya merupakan ide investor SoftBank, Elliot Management Corp.
Danantara dan Grab Bantah Kabar Akan Beli Saham GoTo
Isu Grab akan mengambil alih saham GoTo Gojek Tokopedia berhembus lagi pada awal tahun ini. Pada Mei, perusahaan asal Singapura itu dikabarkan bakal mencapai kesepakatan untuk mengambil alih saham GoTo pada kuartal II atau April – Juni.
Dua sumber Reuters menyampaikan Grab telah merekrut penasihat untuk menangani kesepakatan yang diusulkan. Salah satu sumber menyampaikan kesepakatan Grab dan GoTo Gojek Tokopedia ini akan tunduk pada ketentuan seperti pembiayaan, yang sedang didiskusikan Grab dengan bank.
Kedua perusahaan kemudian membantah rumor tersebut. Namun isu ini kembali hangat setelah muncul kabar Danantara bakal berpartisipasi dalam kesepakatan.
Sumber Reuters menyampaikan lembaga pengelola investasi itu menjajaki kemungkinan investasi dalam kesepakatan merger antara GoTo dan Grab, untuk mengantisipasi dominasi perusahaan asal Singapura ini atas sektor teknologi dalam negeri.
Danantara disebut dalam tahap awal pembicaraan dengan GoTo untuk memperoleh saham minoritas dalam entitas gabungan yang melibatkan Grab. Menurut sumber, Grab menargetkan kesepakatan tercapai pada kuartal II, dengan valuasi GoTo sekitar US$ 7 miliar atau Rp 114 triliun (kurs Rp 16.270 per US$).
Managing Director Investment Danantara Stefanus Ade Hadiwidjaja menyatakan belum ada pembicaraan terkait pembelian saham GOTO. Namun, Danantara pada prinsipnya selalu terbuka terhadap peluang investasi untuk memperkuat sektor strategis dan meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional.
"Setiap keputusan investasi dilakukan secara selektif, melalui kajian yang menyeluruh, dengan menerapkan prinsip manajemen risiko yang baik, serta mempertimbangkan potensi imbal hasil yang berkelanjutan bagi negara," ujar Stefanus dalam keterangan pers, Senin (9/6).
Grab Holdings Ltd juga menyatakan tidak sedang menjalin pembicaraan untuk mengakuisisi PT Goto Gojek Tokopedia Tbk saat ini. Perusahaan belum menandatangani perjanjian definitif terkait akuisisi GoTo.
“Indonesia terus menjadi negara yang penting dalam menjalankan misi kami karena kami terus melayani para pelanggan, mitra pengemudi dan mitra merchant di Indonesia,” kata Grab dalam dalam keterangan pers, dikutip Bloomberg, Selasa (10/6).
Grab dan GoTo Gojek Disebut Tunda Diskusi soal Penggabungan
Sumber Bloomberg melaporkan GoTo Gojek Tokopedia dan Grab telah menjalin komunikasi selama beberapa bulan terakhir dan membuat kemajuan dalam struktur kesepakatan. Namun pembicaraan melambat setelah KPPU atau Komisi Pengawas Persaingan Usaha mulai mengkaji potensi dampak penggabungan kedua perusahaan, jika benar terjadi.
Ketua KPPU M Fanshurullah Asa menyatakan pada akhir Mei (23/5), bahwa instansi tengah mengawasi kabar rencana penggabungan GoTo Gojek Tokopedia dan Grab. Ia menegaskan KPPU tidak dapat melakukan penilaian atas transaksi merger dan akuisisi yang akan atau sedang terjadi.
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, sistem pengawasan merger di Indonesia bersifat mandatory post-merger notification atau pemberitahuan wajib setelah transaksi.
Dengan demikian, KPPU baru bisa melakukan penilaian terhadap dampak penggabungan GoTo Gojek Tokopedia dan Grab, jika keduanya sudah merger maupun akuisisi dan melakukan notifikasi alias pemberitahuan maksimal 30 hari sejak transaksi efektif.
“Selama transaksi merger Grab dan GoTo masih bersifat spekulatif, KPPU belum dapat memberikan penilaian terhadap merger yang diestimasikan Rp 114 triliun tersebut. Namun demikian, konsultasi sukarela tetap dapat diajukan oleh para pihak,” kata Fanshurullah Asa dalam keterangan pers, Rabu (21/5).
Sebagai langkah preventif, KPPU mulai melakukan penelitian mandiri untuk mengidentifikasi potensi dampak penggabungan GoTo Gojek Tokopedia dan Grab. Selain itu, merumuskan opsi penyesuaian kebijakan yang dapat diambil apabila merger ini benar-benar terealisasi.
Jika transaksi dinotifikasikan, KPPU sebagaimana Peraturan KPPU Nomor 3 Tahun 2023 dapat melakukan penilaian hingga ke penilaian menyeluruh yang mencakup berbagai analisis, antara lain hambatan masuk pasar, potensi perilaku anti persaingan, efisiensi, kebijakan peningkatan daya saing dan penguatan industri nasional, pengembangan teknologi dan inovasi, dan perlindungan UMKM.
KPPU juga mengimbau para pihak melakukan self-assessment atau penilaian mandiri. “Ini untuk memastikan transaksi mereka tidak berpotensi menciptakan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Jika terbukti melanggar, KPPU berwenang menjatuhkan tindakan administratif hingga penetapan pembatalan transaksi merger tersebut,” kata dia.
Alasan Grab Dikabarkan Mau Akuisisi GoTo Gojek
Kabar Grab akan mengambil alih saham Gojek sudah berhembus sejak 2020. Sumber The Information menyampaikan kedua perusahaan berdiskusi terkait konsolidasi guna meminimalkan kerugian. Saat itu, Gojek belum merger dengan Tokopedia.
Saat itu, Gojek belum bergabung dengan Tokopedia dan membentuk entitas baru bernama GoTo Gojek Tokopedia.
“Perusahaan mencoba untuk membendung kerugian yang disebabkan oleh pertarungan mahal untuk merebut pangsa pasar,” demikian dikutip dari The Information, pada Februari 2020.
Kabar itu berhembus setelah Grab mendapat pendanaan 80 miliar yen atau Rp 9,8 triliun dari bank terbesar di Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group atau MUFG, serta Nadiem Makarim yang mundur dari posisi CEO Gojek pada Oktober 2019.
Saat itu, valuasi Grab disebut-sebut mencapai US$ 14 miliar atau Rp 194,6 triliun, sementara Gojek US$ 9 miliar atau Rp 125,1 triliun.
Sumber Financial Times pada Maret 2020 menyebutkan, hal-hal yang dibahas oleh pemegang saham yakni kedua perusahaan akan menggabungkan semua operasi atau Grab hanya mengakuisisi bisnis Gojek di Indonesia.
Pada Oktober 2022, sumber Bloomberg mengatakan CEO Grab Anthony Tan memilih untuk mengakuisisi pasar yang lebih sempit. Dengan begitu, perusahaan memiliki kendali yang lebih besar.
“Ini memungkinkannya menjalankan bisnis di Indonesia sebagai anak perusahaan Grab,” demikian kata sumber Bloomberg. Namun, ia tidak memerinci pasar yang dimaksud.
Sementara itu, pemegang saham Gojek mendorong kombinasi di seluruh Asia Tenggara. “Ini karena mereka akan berakhir dengan lebih banyak bisnis yang digabungkan,” demikian kata sumber.
Pemegang saham Grab dan Gojek membujuk SoftBank untuk mendukung merger kedua perusahaan. Perusahaan investasi multinasional asal Jepang ini berinvestasi di kedua startup bernuansa hijau itu.
SoftBank saat itu tertekan karena gagalnya penawaran saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) startup berbagi kantor WeWork pada 2019. WeWork akhirnya mendekati kebangkrutan, dan kesulitan membayar utang.
Pendiri SoftBank Masayoshi Son mengunjungi Jakarta pada awal 2019 untuk membahas investasi di bidang teknologi dan pengembangan unicorn di Indonesia, serta rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara alias IKN.
Sumber menyampaikan, Son menyadari bahwa Gojek merupakan lawan tangguh Grab, sehingga mendukung pembicaraan untuk konsolidasi. “Stres akibat Covid-19 dan kekhawatiran atas model bisnis berbagi tumpangan secara global menekan perusahaan untuk menyetujui kesepakatan,” demikian dikutip dari Financial Times, pada Maret 2020.
Selain SoftBank, Grab dan Gojek memiliki investor yang sama yakni raksasa korporasi asal Jepang Mitsubishi. Berdasarkan data Crunchbase, Mitsubishi UFJ Financial Group menyuntikan modal di Grab, sementara Mitsubishi Corporations, Mitsubishi Motors, Mitsubishi UFJ Financial Group, dan Visa berinvestasi di Gojek.
Kabar Grab bakal mengakuisisi Gojek berhembus lagi pada awal 2024. Salah satu sumber Bloomberg menyatakan, salah satu opsi potensial dari merger yakni Grab yang berbasis di Singapura mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia dengan menggunakan uang tunai, saham, atau kombinasi keduanya.
Menurut sumber, GoTo Gojek Tokopedia lebih terbuka untuk melakukan kesepakatan, setelah Patrick Walujo mengambil alih posisi chief executive officer alias CEO pada 2023.
Melalui merger, Grab akan berfokus di Singapura dan beberapa pasar lainnya. Sementara itu, GoTo tetap mempertahankan pasar di Tanah Air.
Isu merger itu beberapa kali muncul pada 2024. Pada tahun yang sama, Gojek menutup bisnis di Vietnam pada September 2024.
Awal tahun ini, isu merger di antara keduanya semakin intens. Bloomberg melaporkan Grab telah memulai uji tuntas atau due diligence untuk mengambil alih GoTo Gojek Tokopedia.
Uji tuntas adalah proses investigasi, audit, atau peninjauan yang dilakukan secara menyeluruh terhadap suatu perusahaan atau individu untuk mengonfirmasi fakta dan detail terkait sebelum membuat keputusan bisnis atau investasi, dikutip dari laman OCBC.
Proses due diligence biasanya dilakukan dalam berbagai situasi bisnis, seperti investasi skala besar, merger, akuisisi, atau restrukturisasi perusahaan. Kegiatan ini membantu dalam mengidentifikasi potensi risiko dan peluang yang mungkin tidak terlihat pada penilaian awal, sehingga pihak yang terlibat dapat membuat keputusan yang lebih tepat.
"Grab telah mengevaluasi akun, kontrak, dan operasional GoTo Gojek Tokopedia," kata sumber Bloomberg, pada Maret (18/3). "Grab, GoTo Gojek Tokopedia dan pemegang saham telah menilai potensi struktur dan nilai kesepakatan."
Grab Dikabarkan Cari Pinjaman Rp 33 Triliun untuk Akuisisi GoTo
Grab pada Maret 2025 dikabarkan mencari pinjaman hingga US$ 2 miliar atau Rp 33,2 triliun (kurs Rp 16.580 per US$) untuk mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia, menurut laporan Bloomberg.
Sumber Bloomberg menyampaikan pinjaman yang disebut business bridging loan tersebut dapat memiliki tenor sekitar 12 bulan. “Pembicaraan Grab dengan bank masih tahap awal,” demikian dikutip dari Reuters, pada Maret (26/3).
Business bridging loan merupakan salah satu jenis pinjaman komersial. Ini adalah solusi keuangan jangka pendek untuk bisnis dalam berbagai skala, menurut laman British Business Bank.
Grab Akan Terbitkan Obligasi Rp 20 Triliun, Disebut untuk Akuisisi GoTo
Bloomberg melaporkan, Grab berencana menerbitkan obligasi konversi US$ 1,25 miliar atau Rp 20,35 triliun yang bisa ditukar menjadi saham. Surat utang ini akan jatuh tempo pada 15 Juni 2030.
Menurut syarat perjanjian yang dilihat Bloomberg, obligasi konversi itu bakal menyediakan kupon hingga 0,5% per tahun dan dibayarkan setiap enam bulan. Premi konversi sekitar 35% hingga 40% dari harga penutupan saham pada Selasa (10/6).
Morgan Stanley, HSBC Holdings Plc, dan JPMorgan Chase & Co bertindak sebagai koordinator global bersama dalam transaksi ini.
Penawaran itu merupakan transaksi obligasi konversi terbesar di Asia yang berdenominasi dolar Amerika Serikat sejak transaksi Ping An US$ 3,5 miliar pada Juli 2024, dan yang terbesar oleh perusahaan non-Cina sejak penerbitan obligasi konversi US$ 1,7 miliar oleh produsen cip Korea, SK Hynix Inc pada 2023.
Grab mengatakan berencana melakukan buyback saham. Perusahaan memiliki sisa US$ 274 juta dalam program buyback saham per akhir Maret.
"Ada kemungkinan yang semakin besar terkait kesepakatan Grab dan GoTo," kata analis di Aletheia Capital Nirgunan Tiruchelvam, dikutip dari Bloomberg, Selasa (10/6). "Grab tampaknya sedang menyiapkan pendanaan untuk itu."
Kesepakatan untuk menggabungkan keduanya dikabarkan akan tuntas pada kuartal II 2025. Jika jadi, Grab dan GoTo Gojek Tokopedia bakal menguasai pangsa pasar transportasi online hampir 90% di Singapura dan lebih dari 91% di Indonesia, menurut data Euromonitor International.