Daftar Aplikasi Ojol yang Pernah Ada di Indonesia, Selain Grab Gojek dan Maxim


Layanan ojek online menjadi bagian penting dalam sistem transportasi Indonesia. Meski kini pasar didominasi oleh dua raksasa ride-hailing Gojek dan Grab, sejumlah aplikasi ojol lain sempat hadir meramaikan industri ini.
Sampai saat ini, selain Gojek dan Grab, terdapat aplikasi lain yang masih bertahan di tengah persaingan industri aplikasi ojek online alias ojol.
Daftar aplikasi ojol yang bertahan melawan Gojek dan Grab di Indonesia di antaranya:
1. inDrive
Startup asal Rusia yang berbasis di Amerika, inDrive beroperasi di lebih dari 70 kota di Indonesia dan beroperasi di 46 negara secara global.
Berdasarkan laman resmi, inDrive masuk Indonesia pada 2019 di Medan dan Manado. Startup ojol ini kemudian berekspansi ke Jakarta.
inDrive menerapkan biaya bagi hasil 10% atau di bawah batas ketentuan 15%. Konsumen juga bisa menawar tarif ojol maupun taksi online.
“Ini sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai atau PPN,” kata Business Development Manager InDrive Indonesia Georgy Malkov kepada Katadata.co.id, pada 2023. Selain itu, inDrive tidak mengenakan biaya lain kepada mitra pengemudi taksi dan ojek online alias ojol.
2. Maxim
Maxim berdiri pada 2003 di Rusia. Maxim hadir di Indonesia sejak 2018. Maxim mengenakan biaya layanan kepada mitra pengemudi taksi dan ojek online alias ojol yang lebih rendah ketimbang Gojek dan Grab yakni 5% - 15%.
Besaran komisi ini diungkapkan oleh director Development Maxim Indonesia Dirhamsyah. “Jadi, besaran potongan tersebutlah yang akan kita ambil dari driver per order,” katanya kepada Katadata.co.id, pada Desember 2024 lalu.
3. Nujek
Nujek atau Nusantara Ojek merupakan startup ojol lokal yang berdiri sejak 2018. Nujek menyediakan layanan transportasi online, pengiriman barang, pesan antar makanan, belanja kebutuhan sehari-hari dan penyedia jasa profesional secara on demand melalui aplikasi.
Layanan yang disediakan oleh Nujek:
nu-RIDE atau ojol: layanan antar-jemput penumpang dengan kapasitas satu orang
nu-TAXI alias taksi online: layanan antar-jemput penumpang dengan kapasitas satu sampai empat orang
nu-FAST atau pengantaran barang dengan dimensi maksimal 30x30x30 dan berat paling besar 30 kg
nu-CARGO alias layanan pengantaran barang dengan dimensi maksimal 100x90x90 dan berat paling besar 150 kg
nu-FOOD : layanan pesan antar makanan dan minuman
nu-MART : layanan belanja kebutuhan harian
nu-SERV : layanan jasa profesional dan rental yang dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dan kebutuhan
Dikutip dari laman resmi, NUjek yang dikelola oleh PBNU berencana meluncurkan fitur nu-STAY. Namun belum ada keterangan mengenai layanan ini.
4. Zendo
Zendo dikelola oleh Serikat Usaha Muhammadiyah atau SUMU. Platform ojek online atau ojol ini sudah tersedia di lebih dari 70 kota.
Dilansir dari situs resmi, Zendo menawarkan berbagai layanan transportasi dan kebutuhan harian yang dapat diakses melalui aplikasi maupun WhatsApp.
Layanan Zendo sebagai berikut:
Zendo Bike: Layanan transportasi motor untuk perjalanan singkat
Zendo Car: Transportasi mobil yang cocok untuk perjalanan keluarga dan bisnis
Zendo Delivery: Layanan pengiriman barang yang aman dan cepat
Zendo Food: Pesan-antar makanan dari berbagai restoran
Zendo Shopping: Layanan belanja kebutuhan harian
Zendo telah menggandeng lebih dari 700 mitra pengemudi dan 2.000 mitra layanan. Jumlah pengguna aktif melampaui 100 ribu orang.
Daftar Aplikasi Ojol yang Tutup di Indonesia
Selain yang bertahan dan masih beroperasi hingga saat ini, terdapat sejumlah aplikasi ojol yang pernah ada di Indonesia namun berujung tutup. Berikut merupakan daftar aplikasi ojol yang telah tutup melawan persaingan dengan Gojek dan Grab di Indonesia:
1. Uber
Uber sempat menjajal pasar Asia Tenggara sebelum akhirnya hengkang pada Maret 2018. Saat itu, Grab yang merupakan pesaing Gojek mengakuisisi seluruh operasional Uber di kawasan ini.
2. TopJek
TopJek dikenal menawarkan tarif murah tanpa promo. Salah satu fitur unggulannya adalah Chatroom, fitur komunikasi yang saat itu belum dimiliki oleh kompetitor. Selain itu, TopJek membatasi jumlah mitra pengemudi hanya sebanyak 10 ribu orang.
3. Ojek Argo
Ojek Argo sudah tidak aktif sejak 2017 dengan alasan yang tidak diketahui. Keunggulan dari aplikasi ini adalah pengguna tidak perlu mendaftar atau membuat akun—cukup dengan mengunduh aplikasinya.
4. Call Jack
Call Jack merupakan aplikasi ojol asal Yogyakarta yang didirikan pada 9 Desember 2010. Aplikasi ini menjadi salah satu pelopor layanan transportasi online lokal di daerah.
5. OjekKoe
OjekKoe berawal dari tugas akhir Katon Muchtar, pendirinya. Aplikasi ini hanya memungut tarif Rp 2.500 per hari untuk layanan antar penumpang. Pada tahun 2016, OjekKoe mulai menyediakan layanan tambahan seperti pesan-antar makanan, belanja, dan pengiriman instan. Sebelum tutup, aplikasi ini sempat memiliki sekitar 500 mitra pengemudi.
6. LadyJek
LadyJek menghadirkan layanan unik dengan hanya menggunakan pengemudi perempuan. Layanan ini sempat memiliki hampir 3.300 mitra, namun akhirnya bangkrut karena keterbatasan modal.
7. Ojesy
Didirikan pada Maret 2015 oleh Evilita Adriani dan Reza Zamir di Surabaya, Ojesy merupakan singkatan dari Ojek Syar’i Surabaya. Aplikasi ini menyasar pasar perempuan dan anak-anak, termasuk non-Muslim dan anak laki-laki di bawah usia 8 tahun.
8. Blujek
Blujek disebut sebagai salah satu pesaing besar Gojek dan Grab. Dengan identitas warna biru, aplikasi ini sempat memiliki jumlah armada yang cukup besar sebelum akhirnya tak lagi terdengar gaungnya.