Kargo Pakai Dana Rp 492 M untuk Perkuat Bisnis Selama Pandemi Corona
Startup di bidang logistik, Kargo Technologies, baru saja mendapat pendanaan seri A sebesar US$ 31 juta atau sekitar Rp 492 miliar. Perusahaan bakal menggunakan dana itu untuk tetap bersaing selama pandemi corona.
Melalui pendanaan itu, modal perusahaan naik menjadi US$ 38,6 juta atau sekitar Rp 613 miliar. CEO Kargo Tiger Fang mengatakan perusahaan awalnya berencana untuk menggunakan dana tersebut untuk promosi selama Ramadan.
Pengiriman barang selama Ramadan hingga Idul Fitri biasanya melonjak hingga tiga kali lipat. Volume pengiriman barang pun membengkak secara signifikan selama periode tersebut.
Namun, pandemi corona membuat rencana tersebut berubah. Pemerintah telah menginstruksikan agar masyarakat tinggal di rumah.
Selain itu, permintaan terhadap transportasi barang menurun. Sebab, pengiriman barang impor dan ekspor, atau dari hotel dan restoran, semakin sedikit. Pengemudi truk pun kehilangan pekerjaan.
“Banyak mitra angkutan truk kami merupakan perusahaan kecil. Fokus terbesar kami yaitu memastikan bahwa semua orang selamat. Itulah sebabnya kami memberi bantuan US$ 1 juta (atau sekitar Rp 15,8 miliar) untuk mendukung pengemudi truk kami, ”ujar Fang dikutip dari KrAsia, Selasa (21/4).
(Baca: Coca Cola Amatil Suntik Dana Startup Indonesia Kargo Technologies)
Lebih lanjut, Fang menyebut, dana bantuan Kargo dan inisiatif serupa akan menjadi sangat penting untuk memastikan adanya bantuan selama masa kritis ini. Dia pun menyatakan semua karyawan Kargo berkontribusi memberi bantuan dari gaji mereka.
Beberapa staf senior bahkan menerima pemotongan gaji hingga 75%. Sedangkan Fang menyumbangkan seluruh gajinya selama 12 bulan ke depan. Perusahaan pun menyambut semua organisasi yang membutuhkan mitra logistik untuk berkomunikasi melalui portal dana bantuannya.
Selain itu, ia melanjutkan, Kargo telah memangkas fasilitas di tempat kerja untuk efisiensi biaya. "Kami sangat beruntung karena kami sekarang memiliki lebih dari US$ 30 juta di rekening bank kami, tetapi kami tidak ingin menganggap remeh krisis ini dan kami perlu menabung," ujar Fang.
Startup yang didirikan pada 2018 itu telah mencatat lebih dari 5 ribu pengiriman barang dengan 10 ribu perusahaan angkutan terdaftar yang memiliki sekitar 50 ribu truk. Sebagian besar bisnis Kargo berasal dari perusahaan fast-moving consumer goods (FMCG) seperti Coca-Cola, Unilever, dan Mayora.
Namun perusahaan juga melayani bisnis kecil dan bekerja dengan perusahaan logistik besar seperti DHL." Sebanyak 50.000 truk setara kurang dari 1% dari semua truk di Indonesia. Sehingga pasar dan peluang masih terbuka lebar, dan kami ingin memiliki jaringan truk terbesar di negara ini," ujar mantan karyawan Uber dan Lazada itu.
Fang mengatakan Kargo juga menjajaki lini bisnis lainnya. Perusahaan itu menawarkan pinjaman kemitraan dengan mengandeng lembaga keuangan.
Lini bisnis itu untuk membantu pengangkut dan pengemudi yang pendapatannya turun selama pandemi. "Itu merupakan sesuatu yang kami mulai sangat cepat, dan kami jelas ingin bekerja dengan mitra yang tepat, termasuk perusahaan yang dapat membantu kami menilai risiko kredit," ujar Fang.
Ke depan, Fang melanjutkan, Kargo ingin memperluas bisnisnya ke luar Indonesia dan menjadi mitra global bagi pelanggannya. Apalagi perusahaan mampu mencatat arus kas positif meskipun volume pengiriman telah turun karena pandemi.
Perusahaan pun optimis akan mencapai tingkat operasional yang berkelanjutan dalam waktu dekat.“Dengan masa krisis ini, kami akan melihat perusahaan mana yang memiliki model bisnis, operasi, dan eksekusi yang tepat. Ini merupakan ujian nyata bagi kita semua, dan Kargo lebih fokus untuk memastikan pasokan tidak terganggu, ”ujar Fang.
Akhir Maret 2020, Kargo mendapat pendanaan dari modal ventura Coca Cola Amatil, Amatil X, dengan nominal yang tidak disebutkan. Perusahaan logistik itu bakal menggunakan pendanaan untuk meningkatkan teknologi yang mampu mendorong produktivitas operasi Coca Cola Amatil dan mitra lainnya.
Bagi Kargo, kemitraan itu akan memberi akses bagi perusahaan ke seluruh operasi Coca Cola di berbagai negara. Dengan begitu, ada potensi ekspansi bisnis yang lebih luas.
(Baca: Mantan CEO Uber Investasi Rp 106 M di Perusahaan Logistik RI)