Alat Uji PCR Covid-19 Buatan Indonesia Siap Diproduksi Massal
Proyek pengembangan alat uji (test kit) Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) untuk mendiagnosis Covid-19 memasuki tahap persiapan produksi massal di PT Bio Farma (Persero). Perusahaan modal ventura East Ventures ikut mendukung proyek ini lewat gerakan Indonesia Pasti Bisa.
Pengembangan dan produksi alat uji RT-PCR buatan Indonesia tersebut merupakan salah satu proyek dari Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC19). Tim ini dibentuk oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Alat uji RT-PCR atau dikenal sebagai qPCR merupakan golden standard dalam mendiagnosis infeksi virus corona. Teknologi ini digunakan untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 dengan memeriksa sampel genetika yang diambil dari rongga hidung atau mulut pasien (swab).
Bio Farma akan memproduksi alat uji RT-PCR tersebut berdasarkan prototipe desain yang dikembangkan oleh TFRIC19. Startup bioteknologi yang bergerak di bidang genetika, Nusantics terlibat dalam pengembangan prototipe ini.
(Baca: East Ventures Himpun Rp 10 M untuk Produksi 100 Ribu Alat Uji Covid-19)
Nusantics merupakan salah satu startup yang mendapat pendanaan dari East Ventures. Perusahaan modal ventura ini memaksimalkan ekosistemnya untuk mendukung pengembangan prototipe alat uji PCR yang dikerjakan oleh Nusantics.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menyampaikan, perusahaannya siap memproduksi massal alat uji RT-PCR. Saat ini, kapasitas terpasang di pabrik Bio Farma di Bandung mencapai 15 ribu alat uji, yang dikemas dalam 600 kotak per hari
“Prototipe akan kami terima dalam waktu dekat ini dari Nusantics. Kemudian, Bio Farma akan memproduksi secara massal dalam jumlah besar, memanfaatkan fasilitas produksi yang ada di Bio Farma termasuk proses serta pengujian (quality control), packaging, dan distribusi,” kata Basyir dalam siaran pers, Senin (20/4).
(Baca: East Ventures Kumpulkan Donasi Rp 7 M untuk Produksi Alat Tes Corona)
Perusahaan akan menggunakan fasilitas produksi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi di bidang biomolekuler. “Jadi bisa dikatakan alat ini 100% produksi dalam negeri, oleh putra-putri bangsa Indonesia,” ujar dia.
Bio Farma akan menanggung biaya proses produksi alat uji dan menyediakan SDM yang dibutuhkan. Dana yang digalang lewat gerakan Indonesia Pasti Bisa akan digunakan untuk memenuhi seluruh bahan baku produksi yang terdiri dari primer, probe, dan mastermix.
Selain itu, sebagian dana donasi akan dipakai untuk mendukung Bio Farma dalam proses distribusi alat uji dari pabrik ke pengguna. “Pada saat proyek ini dimulai, ada banyak detail tahapan dan proses yang belum terpetakan dengan jelas. Namun, kami yakin Indonesia pasti bisa membangun alat uji lokal,” ujar Co-founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.
(Baca: East Ventures Investasi di Startup Riset Mikrobioma, Nusantics)
Sebanyak Rp 5 miliar dari donasi yang digalang lewat Indonesia Pasti Bisa sudah disalurkan untuk pembelian bahan baku untuk memproduksi 50 ribu alat uji. Semua bahan baku diperkirakan telah tersedia di pabrik Bio Farma dalam dua hingga tiga pekan ke depan.
“Setelah pembuatan seluruh 100 ribu alat uji itu selesai, kami dengan percaya diri bisa menyatakan bahwa kemampuan lokal, talenta dan proses dalam negeri terbukti mampu merespons kebutuhan Indonesia dengan sigap,” kata Wilson.
Kepala BPPT Hammam Riza menambahkan, instansinya melalui TFRIC19 terus mendukung penuh dalam percepatan produksi alat uji PCR ini. BPPT berkoordinasi dengan Badan Litbangkes dan Lembaga Biologi Molecular Eijkman untuk mendapatkan akses sampel RNA Covid-19 Indonesia.
Sampel tersebut dibutuhkan untuk keperluan validasi produk, melengkapi desain dan prototipe alat uji PCR yang dikembangkan oleh tim Nusantics. “Kami juga makin yakin produk tes kit PCR dalam negeri segera terwujud setelah PT Bio Farma menyatakan kesediaan dan kesiapannya,” ujar Riza.
(Baca: Pengusaha RI Kembangkan Alat Uji untuk Deteksi Covid-19 dalam 10 Menit)
Disclaimer: East Ventures merupakan salah satu investor Katadata.