Google dan 3 Startup Global Berbagi Kiat Jadi Unicorn hingga Ekspansi

Image title
9 Oktober 2019, 19:26
Google dan tiga startup skala global berbagi kiat untuk menjadi unicorn dan sukses dalam ekspansi
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, pameran startup teknologi dan inovasi industri anak negeri di Hall B JCC, Jakarta, pada Kamis (3/10). Google dan tiga startup skala global berbagi kiat untuk menjadi unicorn dan sukses dalam ekspansi.

Indonesia merupakan negara kelima dengan jumlah startup terbanyak di dunia, yakni 2.124 berdasarkan data Startup Ranking. Google dan tiga startup skala global, Luno, Antler, dan Pathao pun berbagi kiat sukses untuk meningkatkan valuasi atau menjadi unicorn hingga ekspansi.

Head of Startup Programs Asia for Google Cloud John Fitzpatrick mengatakan, startup perlu melakukan empat hal utama supaya bisa tumbuh berkelanjutan dan meningkatkan skala bisnis. Pertama, memaksimalkan peluang. “Banyak peluang yang muncul di sekitar kita, itu tidak boleh terlewat,” kata dia dalam acara Tech In Asia Conference, Jakarta, Rabu (9/10).

Kedua, fokus memperkuat tim dan merencanakan strategis bisnis jangka panjang. Hal ini penting untuk memastikan usaha tumbuh berkelanjutan. Ketiga, fokus pada hal-hal yang penting.

Terakhir, membangun pola pikir yang terbuka terhadap ide-ide menarik. "Ide itu bisa datang kapanpun dan di manapun. Jadi, kita harus terbuka pada pada berbagai budaya yang ada di suatu tempat," katanya.

(Baca: Menyusul OVO, Rudiantara Bocorkan 2 Startup Berpeluang Jadi Unicorn)

Selain itu, memperluas pasar merupakan bagian penting lainnya bagi startup untuk meningkatkan usaha. Head of Asia Luno Vijay Ayyar mengatakan, perusahaan harus mempelajari kondisi pasar terlebih dulu sebelum masuk.

"Kami tidak bisa ekspansi jika tidak melihat kondisinya terlebih dulu. Ini penting untuk memastikan bahwa produk dan layanan kami dapat diterima oleh masyarakat di sana," kata Vijay.

Hal senada disampaikan oleh Co-Founder sekaligus CEO Pathao Hussain Elius. Survei lokasi bukan hanya untuk mengetahui selera pasar, tetapi juga memahami regulasi setempat. “Beroperasi dengan cara yang benar adalah kuncinya," kata dia.

Selain survei lapangan, Co-founder sekaligus Managing Partner Antler Jussi Salovaara menilai startup perlu melakukan uji coba di wilayah yang dituju. "Penting untuk mengetahui umpan balik dari masyarakat setempat. Apakah produk perusahaan dapat diterima dengan baik atau tidak," katanya.

(Baca: Riset Google: Investasi ke Startup RI Rp 23,8 T, Terbesar di Regional)

Hal lain yang menjadi perhatian sebagian startup adalah valuasi. Tingginya valuasi, salah satunya mencerminkan pendanaan yang diterima startup.

Di Indonesia misalnya, ada satu startup bervaluasi lebih dari US$ 10 miliar atau decacorn, yakni Gojek. Lalu, terdapat empat unicorn atau memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar yaitu Tokopedia, Traveloka, Bukalapak dan OVO.

Co-Founder sekaligus Managing Partner Asia Partners Nicholas A Nash menilai, pemerintah berperan penting dalam mendorong terciptanya lebih banyak unicorn. Pertama, perlunya infrastruktur yang mendukung perkembangan ekonomi digital.

Layanan internet yang stabil dan terjangkau misalnya, menjadi penting supaya ada lebih banyak pengguna yang memanfaatkan layanan berbasis digital. “Pemanfaatan ponsel seluler dan internet sangat penting,” kata Nicholas.

Selain itu, pemerintah perlu memaksimalkan pendidikan lintas negara untuk mengembangkan talenta digital. Terakhir, membuat kebijakan yang mendorong masuknya investasi.

(Baca: Jadi Investor di 3 Unicorn, Sequoia Sediakan Rp 28 Miliar per Startup)

Reporter: Cindy Mutia Annur

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...