Menteri Kominfo Anyar Pilih Fokus Meminimalkan Startup Bangkrut
Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny Gerard Plate enggan menyebutkan target unicorn ataupun decacorn selama 2019-2024. Ia memilih berfokus menciptakan iklim bisnis yang sehat untuk startup, supaya tidak banyak yang bangkrut atau ‘mati’.
Karena itu, ia akan berdiskusi dengan pelaku usaha guna mengetahui potensi dan persoalan yang dihadapi di bidang bisnis digital. “Yang realistis itu berapa (startup-nya), itu yang kami bantu. Kami tidak ingin bangun startup, lalu mati,” kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (28/10).
Secara umum, menurutnya potensi bisnis digital di Tanah Air sangat besar. Laporan Google, Temasek dan Bain pun memperkirakan, nilai ekonomi berbasis digital di Asia Tenggara mencapai US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.418,7 triliun tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebesar 40% atau Rp 40 miliar (Rp 567,9 triliun) berasal dari Indonesia.
Karena itu, ia bakal berfokus mendorong pertumbuhan perusahaan rintisan lewat 'Gerakan 1.000 Startup', yang merupakan program lanjutan dari menteri sebelumnya, Rudiantara. Ia berharap, program meningkatkan daya saing startup.
(Baca: Johnny Plate Jadi Menkominfo, Ingin Cetak Lebih Banyak Unicorn)
Ia ingin mendorong iklim usaha yang memungkinkan perusahaan rintisan tumbuh berkelanjutan. Apalagi, ia mencatat ada beberapa tantangan yang dihadapi pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. "Kami tidak dalam situasi (pemerintahan) yang ideal. Kami juga harus rasional," katanya.
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) bahkan empat kali merevisi pertumbuhan ekonomi global. "Sekarang proyeksinya hanya 3%,” kata dia. Padahal pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,3%.
Untuk mencapai target tersebut, menurutnya pemerintah perlu kebijakan khusus untuk mengembangkan startup. "Jadi, harus jeli melihat startup mana saja yang bisa melakukan (bisnisnya) dengan baik. Saya sebagai Menteri Kominfo bakal mendukung dan memfasilitasi mereka," katanya.
(Baca: Adu Cepat Dua Startup Menjadi Unicorn)
Johnny ingin perusahaan rintisan di Indonesia berkembang dengan baik. Dengan begitu, mereka bisa mengambil peluang dari besarnya bonus demograsi yang tengah dialami saat ini. “Lewat dari 2030, kita akan memasuki usia aging-age-nation (penduduk usia tua),” kata dia.
Karena itu, ia mendorong generasi muda untuk menciptakan inovasi baru. Sebab, Indonesia diproyeksi hanya mampu menyediakan 104 juta dari total kebutuhan 113 juta talenta digital pada 2030.
"Indonesia kekurangan 9 juta digital talent, baik jumlah maupun kualitasnya. Oleh karena itu, kami bakal memastikan berbagai program pendidikan, literasi, maupun vokasional untuk memastikan kita punya digital skill technology dan man power,” katanya.
Ia menilai perlu ada operator asing untuk memberi pelatihan terkait keahlian-keahlian baru yang dibutuhkan. "Kami ingin unicorn dan decacorn tambah banyak, serta harus ada banyak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas," kata dia.
(Baca: Asosiasi Fintech Berharap Menteri Baru Tak Menghambat Inovasi)