Kemenparekraf: Indonesia Berpeluang Punya Startup Setara Alipay

Desy Setyowati
23 Januari 2020, 16:54
Kemenparekraf: Indonesia Berpeluang Punya Startup Setara Alipay
Katadata/cindy mutia annur
Managing Director Digitarata Nicole Yap dan Deputi Akses Permodalan Kemenparekraf Fadjar Hutomo di Jakarta, Kamis (23/1).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny Plate ingin mencetak startup berstatus hectocorn selama ia menjabat periode 2019-2024. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menilai, Indonesia berpeluang punya startup skala Ant Financial (Alipay).

Hectocorn merupakan sebutan bagi perusahaan rintisan bervaluasi lebih dari US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.400 triliun. Berdasarkan data Hurun Research Institute, valuasi Alipay sekitar US$ 150 miliar.

Di Indonesia, baru Gojek yang berstatus decacorn atau valuasi melebihi US$ 10 miliar. Sedangkan yang berstatus unicorn atau valuasi lebih dari US$ 1 miliar ada empat yaitu Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO.

“Kita punya potensi (mencetak hectocorn). Tetapi harus mulai dari perjalanan paling pendeknya seperti pembinaan. Kita harus punya cita-cita yang tinggi,” kata Deputi Akses Permodalan Kemenparekraf Fadjar Hutomo di Jakarta, Kamis (23/1).

(Baca: Johnny Plate Jadi Menkominfo, Ingin Cetak Lebih Banyak Unicorn)

Selain itu, menurut dia pasar di Indonesia sangat potensial. Hal itu terlihat dari banyaknya persoalan di masyarakat yang perlu dibuat solusinya oleh startup. “Banyak yang bisa di-addressed. Bicara Gojek misalnya, ruang pertumbuhannya bisa ke mana-mana (sektornya),’ kata dia.

Ia mencontohkan, masyarakat masih menghadapi persoalan terkait pendidikan, kesehatan, dan energi. Dari ketiga bidang itu saja, potensinya sangat besar. “Sederhana saja. Kalau Indonesia tidak punya potensi sebesar itu, uang investor asing kan masuk ke sini,” katanya.

Berdasarkan riset Google, Temasek dan Bain, potensi ekonomi digital di Indonesia sekitar Rp 1.800triliun hingga 2025. “Saya pikir itu potensi yang sangat besar,” katanya.

(Baca: Riset Google: Investasi ke Startup RI Rp 23,8 T, Terbesar di Regional)

Meski begitu, ia mengakui bahwa startup Tanah Air menghadapi beberapa tantangan. Pertama, sumber daya manusia (SDM) yang ahli digital minim. Kedua, pembinaan.

Terakhir, permodalan. “Sukses rate startup hanya 10%. Ini ada kaitannya dengan akses permodalan,” kata Fadjar.

Pada Oktober 2019 lalu, Johnny Plate mengungkapkan ambisinya mencetak lebih banyak unicorn dan decacorn, bahkan hectocorn selama masa jabatannya. "Kalau bisa kita punya startup dengan skala US$ 100 miliar (hectocorn)," ujar dia di sela-sela acara Serah Terima Jabatan (Sertijab) di kantor Kominfo, Rabu (23/10/2019) lalu.

Johnny berencana membuat berbagai terobosan selama masa jabatannya. Di antaranya, dengan mendorong lahirnya startup-startup bervaluasi tinggi.

Ia optimistis target tersebut bisa tercapai. Sebab menurutnya, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan startup. "Jadi jangan takut dengan (target) itu. Kita harus mempunyai gagasan yang besar karena kita punya potensi yang besar," ujarnya.

(Baca: Dari Unicorn, Decacorn, hingga Hectocorn)

Reporter: Cindy Mutia Annur

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...