Bisnis Anjlok akibat Pandemi Corona, UMKM Bisa Ubah Strategi Usaha
Riset dari startup penyedia layanan kasir digital Moka mengungkapkan, pendapatan UMKM sektor kuliner, ritel fesyen, dan layanan kecantikan turun lebih dari 30% selama pandemi virus corona. Penurunan ini seiring perubahan perilaku konsumen yang cenderung mengandalkan layanan online terutama dengan kebijakan pemerintah untuk bekerja dan belajar di rumah.
Data Analysts Moka Hutami Nadya mengatakan dampak negatif pandemi dirasakan paling signifikan oleh UMKM yang masih menjalankan usahanya secara offline. "Di semua sektor mengalami penurunan, dampak paling besar di toko offline," kata dia dalam konferensi video pada Rabu (15/4).
Sektor kuliner mengalami penurunan pendapatan harian mencapai 37%. Sektor ritel fesyen turun 35%, sedangkan layanan kecantikan anjlok 43%. "Order makan langsung di restoran menurun," kata dia.
Sebelum pandemi, order langsung di restoran bisa mencapai 80% dari total orderan. Namun turun menjadi 60% selama pandemi. Di sisi lain, data Moka menunjukkan penggunaan jasa layanan antar makanan meningkat hingga 30%.
(Baca: MPR Targetkan Donasi Rp 1 Miliar untuk Ojol dan UMKM Terdampak Corona)
Menurut Hutami, UMKM di sektor kuliner harus cermat memperhatikan tren untuk bisa bertahan di tengah pandemi. Salah satunya, tren masyarakat yang memilih memasak di rumah. "UMKM kuliner dapat mengubah bisnis dengan menyediakan bahan baku makanan siap masak menggunakan opsi jasa pengantaran untuk mendukung social distancing," kata dia.
Lalu pada sektor ritel fesyen, penurunan terjadi karena UMKM di sektor ritel belum bisa memaksimalkan layanan online. Untuk mendorong transaksi, UMKM dapat mendorong penjualan online.
Sementara pada bisinis layanan kecantikan, Moka menyarakan agar UMKM bisa mengubah layanan jasa menjadi produk yang bisa digunakan oleh konsumen di rumah.
Sejalan dengan riset dari Moka, riset dari SurveySensum menunjukkan penurunan drastis akitivitas konsumen di luar rumah selama pandemi corona.
"Sekitar 90% konsumen merasa kehidupan sehari-harinya terganggu sejak merebaknya covid-19," kata CEO SurveySensum Rajiv Lamba dalam siaran pers pada Rabu (15/4).
(Baca: Terdampak Covid-19, Pemerintah Bebaskan Pajak UMKM selama 6 Bulan)
Dari total konsumen yang disurvei, 76% konsumen mengurangi frekuensi pergi ke pusat perbelanjaan. Sebanyak 73% konsumen juga tidak berlibur sejak darurat COVID-19. Aktivitas lain yang lebih jarang dilakukan konsumen yaitu berkumpul dengan teman-teman mereka serta makan di luar rumah.
Aktivitas konsumen yang lebih banyak di rumah, menurut dia, sebenarnya dapat menjadi kesempatan bagi industri digital untuk berkembang lebih cepat. Konsumen kini lebih terbuka dengan dunia digital dan aktifitas online.
Pandemi corona juga membuat produk melalui pembelian online yang menjadi incaran konsumen beralih menjadi kebutuhan pokok dan produk kesehatan. Rajiv menyarankan pelaku usaha untuk semakin mengoptimalkan keberadaan produknya di pasar online.
"Fokus meningkatkan pertumbuhan penjualan online mutlak harus dilakukan mengingat konsumen pun mulai terbuka dengan pilihan berbelanja online," kata Rajiv.