Mochtar Riady Ungkap Kesuksesan OVO dari Kegagalan MatahariMall.com

Image title
29 November 2019, 06:05
Grup Lippo, Mochtar Riady, OVO, mataharimall.com
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Pendiri Lippo Group Mochtar Riady memberikan paparan dalam acara Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan tema "Indonesia Digital Conference (IDC) 2019", di Ballroom Djakarta Theater Jakarta (28/11/2019).

Pendiri dan pemilik Grup Lippo Mochtar Riady memaparkan kisah suksesnya membangun fintech pembayaran OVO yang  mengambil pelajaran dari kegagalan bisnis e-commerce MatahariMall.com. Mochtar mengatakan, kesuksesan OVO merupakan hal yang tak dilakukan di MatahariMall, yakni berbisnis dengan menentukan segmentasi pasar dengan jelas dan memulainya dari skala kecil.

"Keberhasilan dari OVO adalah untuk tidak mengulangi lagi dari kegagalan MatahariMall.com," kata Mochtar di acara Indonesia Digital Conference di Jakarta, Kamis (28/11).

Mochtar mengatakan kegagalan MatahariMall.com bersumber dari melanggar hukum alam. E-commerce itu dimulai dengan sesuatu yang besar di antaranya merekrut tenaga teknisi besar-besaran. Padahal, kata Mochtar, berlaku hukum alam segala sesuatunya harus dimulai dari skala yang kecil, baru kemudian bisa menjadi besar.

MatahariMall.com adalah Matahari Departement Store yang diadopsi ke toko online. Lippo menutup e-commerce tersebut pada akhir tahun lalu.

(Baca: Lippo Dikabarkan Jual Ovo kepada Emtek, Akan Dimerger dengan DANA?)

Saat pertama kali mengembangkan MatahariMall.com, Lippo merekrut sekitar 300 orang teknisi. "Apakah mereka (MatahariMall.com) membuka toko di internet atau membangun pasar di internet. Ini mesti jelas. Baik dalam pembukaan toko maupun membangun pasar intinya adalah barang dagangan, bukan teknisinya," ujarnya.

Berkaca dari pengalaman tersebut, Mochtar mengatakan bahwa pelaku bisnis perlu lebih berhati-hati dalam mengembangkan bisnisnya melalui perangkat digital. Sebab, ia mengatakan bahwa teknologi hanya salah satu instrumen untuk menyampaikan informasi. Barang yang diperjualbelikan tetap hal paling utama.

"Ini adalah kegagalannya dari MatahariMall.com. Sehingga, pelajarannya adalah usaha itu selalu harus mulai dari kecil, pelan-pelan itu akan menjadi besar. Tidak bisa langsung jadi besar, terkecuali perusahaan-perusahaan pemerintah itu lain soal," ujarnya.

(Baca: Tak Kuat ‘Bakar Uang’, Bos Lippo Akui Jual Dua Pertiga Saham OVO)

Dari kegagalan MatahariMall.com itu, Lippo mengembangkan OVO dengan strategi yang berbeda. Lippo memulai dengan menentukan segmentasi bisnis yang jelas yakni menyasar kelas menengah ke atas (middle class to up). Kemudian Lippo memanfaatkan infrastruktur milik Lippo yang memiliki 74 pusat perbelanjaan, 200 gerai Matahari, 170 lebih gerai Hypermart, serta rumah sakit.

Ia mencontohkan, cara menggaet konsumen menggunakan platform OVO dengan memberikan tawaran yang menarik seperti membayar parkir mal harga hanya Rp 1. Selain itu, perusahaan juga menggaet para mitra penjual maupun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk bergabung di ekosistemnya.

Strategi pendekatan ini, menurutnya, 'ampuh' untuk merangkul para mitra penjual maupun konsumen. "Sehingga,  masyarakat pun tertarik untuk menjadi nasabah OVO," kata Mochtar.

Hal itulah yang kini membuat platfrom pembayaran tersebut menyandang status unicorn dengan valuasi mencapai US$ 2,9 miliar dolar berdasarkan CB Insights.

(Baca: Bos Lippo Mochtar Riady Sebut Teknologi Digital Bukan Hal Baru)

Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...