Siasat Google dan Nadiem Minimalkan Dampak Negatif Internet untuk Anak

Image title
10 Februari 2020, 18:21
google, internet, nadiem makarim
Arief Kamaludin (Katadata)
Ilustrasi. Google menggandeng Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim untuk meluncurkan program literasi #TangkasBerinternet.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Google Indonesia mencatat satu dari tiga orang pengguna internet merupakan anak-anak. Google pun menggandeng Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim untuk meluncurkan program literasi #TangkasBerinternet.

Program #TangkasBerinternet berisi materi literasi berinternet dengan aman pada anak. Materi juga dibagikan pada orang tua yang mendidik anaknya dan guru di sekolah. Program tersebut akan diluncurkan beriringan dengan hari aman berinternet sedunia yang jatuh pada 11 Februari besok.

Google membuat sebuah website Interland berisi materi ajar literasi berinternet yang bersifat gratis. Selain itu, ada juga aplikasi yang berisi permainan, dan kuis bagi anak. Program tersebut akan disosialisasikan ke tiap sekolah di berbagai kota. 

"Mereka dapat belajar banyak di website itu. Harapan kami anak-anak dapat eksplorasi dan waspada dengan dampak negatif internet," kata Head of Public Policy Google Indonesia Putri Alam di Jakarta pada Senin (10/2).

(Baca: Perusahaan AS Peringatkan Corona Ancam Bisnis Huawei hingga Samsung)

Adapun lima topik bahan ajar yang diberikan di Interland, yaitu cerdas, cermat, tangguh, bijak dan berani. Harapannya, topik-topik tersebut dapat meminimalisasi dampak negatif, seperti konten pornografi, kecanduan, dan bullying.  

Berdasarkan riset dari Google yang dilakukan dengan lembaga riset Fluent, satu dari tiga pengguna internet merupakan anak-anak. Dari riset itu juga disebutkan 83% orang tua di Indonesia khawatir anaknya terpapar konten yang tidak pantas, seperti pornografi saat menggunakan teknologi digital.

Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) 2018 juga menyebutkan, lebih dari 66% pengguna internet di Indonesia berusia 13 sampai 34 tahun.

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Harris Iskandar mengatakan, akselerasi internet meningkat tajam. dalam beberapa tahun terakhir. Dampaknya berpengaruh pada berbagai lini mulai dari bisnis, ekonomi, politik, sampai budaya.

(Baca: Virus Corona Tekan Ekonomi Tiongkok, Dunia Waspadai Perlambatan Global)

Selain memberikan manfaat, terdapat pula dampak internet kepada anak yang harus diantisipasi. Anak juga dapat terganggu psikisnya karena perundung kini dapat dilakukan melalui  internet.

"Contoh kasus, ada anak remaja siksa ibunya dengan gunting, karena ibunya melarang anak gunakan internet. Itu karena saking kecanduannya," kata Haris. 

Saat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerapkan kebijakan merdeka belajar. Menurut Haris, Merdeka Belajar tidak hanya bentuk kebijakan penyediaan fasilitas pendidikan yang sifatnya fisik saja, tapi juga yang bersifat non fisik. 

"Kami kan ingin anak aman dalam belajar. Tidak hanya tangani kelas yang rusak, tapi yang nonfisik, kami inginkan sekolah aman nyaman yang bebas dari perundungan dan zero kekerasan, termasuk kekerasan siber," kata dia. 

Haris mengatakan, program #TangkasBerinternet memang tidak dimasukan secara langsung dalam kurikulum sekolah. Namun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memasukkan literasi digital dalam kurikulum di tiap jenjang pendidikan walaupun tidak begitu detail. Program yang dibantu Google itu dipandang akan membantu kurikulum yang sudah diterapkan Kemendikbud sebelumnya.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...