Hoaks Virus Corona, Istana Imbau Masyarakat Tak Mudah Percaya Medsos
Berita bohong atau hoaks tentang virus corona telah membuat masyarakat resah. Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden atau KSP Ali Mochtar Ngabalin mengimbau masyarakat tidak mudah percaya informasi yang beredar di media sosial atau medsos.
"Ketika semua informasi kita dapat dari media sosial, apalagi yang tidak bersumber dari media mainstream, maka itu akan mendatangkan malapetaka yang luar biasa,” kata Ngabalin dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (8/3).
Masyarakat bisa mencari informasi dari media sosial pemerintah atau akun resmi media-media arus utama. Pasalnya, pemerintah terus berkoordinasi dengan perusahaan media tersebut.
"Pemerintah sudah membentuk protokol informasi, protokol kesehatan, dan protokol pencegahan. Ini supaya informasi keluar dari satu sumber, lalu bisa disalurkan oleh media mainstream hingga ke pelosok," ucap dia.
Untuk protokol komunikasi, pemerintah telah menyiapkan satu juru bicara saja. Saat ini, Achmad Yurianto telah ditunjuk sebagai juru bicara untuk perkembangan virus bernama Covid-19 itu. "Sehingga informasinya terjamin 100%," ujarnya.
(Baca: Achmad Yurianto, Dokter Militer yang Jadi Jubir Penanganan Corona)
Kemudian, protokol kesehatan bertugas menyiapkan rumah sakit, obat, alat medis, serta kebutuhan lainnya guna menangani pasien penderita corona. Sementara protokol pencegahan bertugas mensosialisasi masyarakat aga terhindar dari virus ini.
Pasca-pengumuman dua warga Indonesia di Depok terinfeksi virus corona, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat jumlah hoaks bertambah. Setidaknya, ada 147 kabar bohong terkait wabah tersebut hingga hari ini.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Biro Humas Kominfo Ferdinandus Setu mengimbau masyarakat bijak menggunakan internet dengan tidak meneruskan hoaks. "Sebelum (informasi) dilanjutkan ke pihak lain, sebaiknya klarifikasi dulu validitasnya,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin malam lalu.
(Baca: Dampak Corona Meluas, Moody’s Revisi Ekonomi Indonesia Turun Jadi 4,8%)