Pengguna yang Suka Unggahan Hoaks Bakal ‘Dipajang’ di Facebook
Facebook memperingatkan penggunanya agar tidak memberikan tanggapan ataupun suka (like) terhadapa konten hoaks. Pengguna yang ketahuan menyukai unggahan yang memuat kabar bohong akan ditampilkan di fitur umpan berita atau news feed.
Hal itu merupakan bagian dari upaya Facebook meminimalkan penyebaran hoaks selama pandemi corona. “Kembali ke kebijakan kami untuk menjaga keamanan informasi,” kata Country Director Facebook Indonesia Peter Lydian saat video conference, Selasa (21/4).
Setelah organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai darurat kesehatan global pada Januari lalu, Facebook mulai aktif menghapus hoaks tentang virus corona.
(Baca: 10 Tagar Viral di Instagram Saat Ramadan, Facebook: UMKM Bisa Promosi)
Pekan lalu, Facebook menambahkan fitur peringatan terkait hoaks pandemi corona di platform. Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini juga berencana memperingatkan penggunanya agar tidak menyukai unggahan hoaks.
"Kami akan mulai menampilkan pesan dalam news feed kepada orang-orang yang menyukai, bereaksi, atau mengomentari informasi yang salah tentang Covid-19," ujar Vice President of Integrity Facebook Guy Rosen dikutip dari blog resmi perusahaan.
Ketika menyukai konten hoaks, akun pengguna akan muncul di news feed. Sedangkan kontennya akan terhubung pada unggahan WHO terkait bantahannya. "Kami ingin menghubungkan orang-orang yang mungkin telah berinteraksi dengan informasi yang salah yang berbahaya tentang virus dengan kebenaran dari sumber-sumber resmi," kata Rosen.
(Baca: Temukan 40 Juta Hoaks Corona Bulan Lalu, Facebook Peringatkan Pengguna)
Perusahaan mencatat, sudah ada 40 juta informasi salah seputar virus corona selama bulan lalu. Konten hoaks tersebut berasal dari 4 ribu artikel yang ditemukan oleh mitra pemeriksa fakta independen.
Facebook kemudian memblokir ratusan ribu hoaks yang tersebar di platformnya itu. Salah satu hoaks yang diblokir yakni memuat informasi bahwa meminum pemutih dapat menyembuhkan Covid-19.
(Baca: Google Temukan 18 Juta Malware dan Penipuan soal Virus Corona per Hari)