Kinerja Jeblok Imbas Covid-19, Garuda Negosiasi Pelunasan Utang

Ihya Ulum Aldin
22 April 2020, 08:35
Ilustrasi, pesawat yang dioperasikan PT Garuda Indonesia Tbk. Sepanjang kuartal I 2020 pendapatan Garuda Indonesia turun 33% akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, pesawat yang dioperasikan PT Garuda Indonesia Tbk. Sepanjang kuartal I 2020 pendapatan Garuda Indonesia turun 33% akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Pandemi virus corona (Covid-19) yang memukul industri penerbangan, membuat kinerja PT Garuda Indonesia Tbk sepanjang kuartal I 2020 jeblok.

Dalam keterbukaan informasi, Selasa (21/4), Garuda Indonesia melaporkan, pendapatan sepanjang kuartal I 2020 turun 33% dibanding periode yang sama tahun lalu. Anjloknya pendapatan penumpang yang berkontribusi 80% terhadap kinerja, menjadi penyebab pendapatan Garuda Indonesia turun.

"Penurunan pendapatan penumpang kuartal I-2020 terutama karena menurunnya jumlah penumpang diangkut dan harga tiket per penumpang yang menurun dari kuartal I-2019," ujar manajemen Garuda Indonesia, dalam keterbukaan infromasi, Selasa (21/4).

Penurunan jumlah penumpang yang diangkut sangat terpengaruh oleh pandemi Covid-19. Apalagi, sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan di beberapa daerah, terutama DKI Jakarta, masyarakat memilih mengikuti peraturan pemerintah.

Menurunnya kondisi perekonomian, juga dinilai mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Sehingga, masyarakat memilih mengurangi pengeluaran untuk melakukan perjalanan alias travelling.

(Baca: Tangkal Corona, Anak Garuda Diversifikasi Bisnis Demi Jaga Kinerja)

"Kondisi market penumpang ini tentunya menekan perusahaan untuk memangkas kapasitas produksi yang dimiliki, tercermin dari frekuensi penerbangan dan available seat kilometer (ASK) yang menurun," kata manajemen Garuda Indonesia.

Sejak munculnya wabah Covid-19 di Tiongkok sampai akhirnya masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020, Garuda Indonesia mengaku sudah melakukan upaya untuk meminimalisasi penyebarannya. Contohnya, pengurangan frekuensi penerbangan ke Tiongkok sejak akhir Januari 2020.

Untuk kinerja ke depan, dalam jangka pendek Garuda Indonesia masih akan dihadapkan pada tantangan penurunan jumlah penumpang yang signifikan. Pasalnya, Idul Fitri dan momen liburan sekolah tidak bisa lagi menjadi andalan, karena ada larangan mudik dari pemerintah.

Selain itu, Garuda Indonesia juga dihadapkan dengan kemungkinan tidak adanya penerbangan haji di tahun 2020. Hal ini jelas akan memukul kinerja perusahaan semakin dalam.

Grafik:

Untuk menjaga kelangsungan usaha dalam beberapa bulan ke depan, saat ini manajemen sudah melakukan beberapa inisiasi strategi dari aspek keuangan maupun aspek operasional.

Pertama, melakukan negosiasi dengan lessor untuk penundaan pembayaran sewa pesawat (lease holiday). Kedua, Memperpanjang masa sewa pesawat untuk mengurangi biaya sewa per bulan.

Kemudian, Garuda Indonesia tengah mengusahakan refinancing dari perbankan dalam negeri dan luar negeri, serta pinjaman dalam bentuk lainnya. Termasuk, menegosiasikan kewajiban yang akan jatuh tempo dengan pihak ketiga.

Strategi lainnya di aspek keuangan adalah, melakukan program efisiensi biaya kurang lebih 15%-20% dari total biaya operasional, dengan tetap memprioritas keselamatan dan keamanan penerbangan dan pegawai. Terakhir, mengajukan permohonan dukungan kepada pemerintah selaku pemegang saham.

Sementara, dari aspek operasional Garuda Indonesia akan mengoptimalkan frekuensi dan kapasitas penerbangan, baik penerbangan domestik maupun internasional.

(Baca: Garuda Akan Pangkas Enam Anak Usaha, termasuk Garuda Tauberes)

Kemudian, mengoptimalkan layanan kargo dan aktif mendukung upaya-upaya pemerintah khususnya yang terkait dengan penanganan Covid-19. Dukungan itu melalui pengangkutan bantuan kemanusiaan, alat pelindung diri (APD), obat-obatan, dan alat kesehatan.

Garuda Indonesia juga mengoptimalkan penerbangan sewa (charter) untuk evakuasi warga negara Indonesia (WNI), yang berada di luar negeri dan membantu proses pemulangan warga negara asing (WNA). Selain itu, mengoptimalkan layanan charter untuk pengangkutan kargo.

Garuda Indonesia juga telah menutup rute-rute yang tidak menghasilkan profit, serta menunda kedatangan 4 pesawat Airbus A330-900 tahun ini.

Terakhir, Garuda mengembangkan internasional hub (Amsterdam dan Jepang), agar layanannya menjangkau seluruh dunia dengan mengoptimalkan layanan interline.

(Baca: Turbulensi Bisnis Penerbangan di Pusaran Pandemi Corona)

Reporter: Ihya Ulum Aldin

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...