Raup Rp 18 T dari Permata, Astra Buat Strategi Baru di Sektor Keuangan

Ihya Ulum Aldin
14 Desember 2019, 10:30
astra international, bank permata, bangkok bank akuisisi bank permata,
Arief Kamaludin | Katadata
Astra International berencana memperkuat bisnisnya di sektor jasa keuangan setelah melepas Bank Permata ke Bangkok Bank.

PT Astra International Tbk (ASII) telah sepakat melepas seluruh kepemilikan sahamnya di PT Bank Permata Tbk (BNLI) kepada Bangkok Bank. Pasca melepas Bank Permata, Astra menyatakan akan memperkuat bisnis lainnya di sektor jasa keuangan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Astra  Suparno Djasmin ketika dihubungi oleh Katadata.co.id. "Strateginya kami akan memperkuat financial retail kami," ujar Suparno, Jumat (13/12).

Astra diketahui memiliki sejumlah anak perusahaan di sektor keuangan seperti perusahaan pembiayaan, asuransi, serta fintech. Pada bidang pembiayaan Astra memiliki Astra Credit Companies (ACC) dan Toyota Astra Financial Services (TAFS) untuk pembiayaan kendaraan roda empat, serta Federal International Finance (FIF) untuk pembiayaan sepeda motor.

Kemudian di bidang asuransi ada Asuransi Astra Buana (AAB) yang berbisnis asuransi umum/kerugian, dan asuransi jiwa melalui Astra Life. Selain itu juga ada perusahaan fintech melalui Astra WeLab Digital Arta (AWDA), yang merupakan perusahaan patungan Astra (60%) dengan fintech asal Tiongkok WeLab (40%).

(Baca: Rencana Besar Bangkok Bank Akuisisi Permata hingga Rp 42 Triliun)

Perusahaan fintech ini bergerak pada bidang pembiayaan konsumen. AWDA menawarkan produk pinjaman melalui aplikasi mobile kepada konsumen ritel. Suparno menjelaskan bahwa semua anak perusahaan Astra tersebut melayani segmen ritel.

Sedangkan layanan jasa keuangan untuk segmen korporasi, Astra memiliki perusahaan pembiayaan alat beratmelalui Surya Artha Nusantara Finance (SANF) dan Komatsu Astra Finance (KAF).

Dari penjualan Bank Permata Astra diketahui mendapatkan dana segar sebesar Rp 18,7 triliun. Namun Suparno enggan mengungkapkan rencana Astra terkait penggunaan dana tersebut. Ketika ditanya apakah Astra bakal mengakusisi bank lagi, Suparno hanya mengatakan perusahaan selalu me-review strategi bisnis setiap waktu.

"Kami selalu me-review strategi bisnis kami dari waktu ke waktu dan mengambil keputusan yang terbaik untuk semua shareholders," katanya.

(Baca: Profil Bangkok Bank, Calon Pembeli Permata dari Stanchard dan Astra)

Tumbuh Paling Kencang, Sektor Keuangan Penopang Laba Bersih Utama Astra

Seperti diketahui, hingga triwulan III 2019 lalu, sektor jasa keuangan Astra menjadi salah satu penopang laba bersih konsolidasian perusahaan. Dari total laba bersih Astra yang senilai Rp 15,86 triliun, jasa keuangan berkontribusi senilai Rp 4,3 triliun, di belakang sektor otomotif senilai Rp 6,06 triliun dan sektor tambang, konstruksi, dan energi Rp 5,14 triliun.

Meski hanya menempati peringkat ketiga soal sumbangan laba bersih, namun sektor jasa keuangan tumbuh paling pesat. Laba bersih dari sektor ini tumbuh 25% secara tahunan pada triwulan III 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara, sektor otomotif labanya turun 14%, sedangkan  tambang, konstruksi, dan energi labanya turun 4%.

Pertumbuhan bisnis Astra di sektor jasa keuangan didorong oleh pertumbuhan pembiayaan yang dibarengi dengan pemulihan kredit bermasalah. Kontribusi laba bersih dari Astra Credit Companies (ACC) dan Toyota Astra Financial Services (TAFS), misalnya, pada triwulan III tahun ini naik 31% menjadi Rp 1,1 triliun berkat turunnya pembiayaan bermasalah.

Kemudian, kontribusi laba bersih dari FIF juga naik 8% menjadi Rp 1,9 triliun. Kenaikan tersebut didorong oleh pertumbuhan penyaluran pembiayaan sepeda motor.

(Baca: Bangkok Bank dan Sumitomo Bersaing Akuisisi 90% Saham Bank Permata)

Kemudian laba bersih yang disumbang oleh unit usaha pembiayaan alat berat, melalui Surya Artha Nusantara Finance (SANF) dan Komatsu Astra Finance (KAF), naik 27% menjadi Rp 76 miliar. Hal ini seiring dengan penurunan biaya provisi.

Sedangkan dari bisnis asuransinya, Asuransi Astra Buana berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 6% menjadi Rp 809 miliar. Kenaikan laba ini terutama ditopang oleh peningkatan hasil investasi.

Namun, Bank Permata lah yang berhasil menunjukkan pertumbuhan laba bersih tertinggi, meski bukan penyokong utama laba bersih bisnis jasa keuangan Astra. Laba bersih Bank Permata pada triwulan III 2019 melejit 121,1% menjadi Rp 1,1 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 494,15 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan yang diunggah dalam keterbukaan informasi, salah satu penopang kenaikan laba bersih perusahaan yaitu naiknya pendapatan bunga bersih menjadi Rp 4,28 triliun, naik 2,78% secara tahunan dari Rp 4,17 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Walaupun beberapa tahun sebelumnya Bank Permata sempat terbelit kredit bermasalah atau non performing loan yang sangat tinggi hingga perusahaan merugi hingga Rp 6,5 triliun pada 2016. Perkembangan kinerja Bank Permata dapat dilihat melalui databoks berikut ini.

Seperti diketahui, Bangkok Bank Public Limited Company bakal mengambil alih 89,12% saham Bank Permata. Nilai akuisisi tersebut diperkirakan mencapai sekitar Rp 37,43 triliun. Bangkok Bank saat ini telah menandatangani perjanjian pembelian saham bersyarat dengan Standard Chartered Bank dan Astra yang masing-masing memegang saham Bank Permata sebesar 44,56%.

(Baca: Kredivo Gandeng Bank Permata Salurkan Lini Kredit Rp 1 Triliun)

Reporter: Ihya Ulum Aldin

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...