Garuda Akan Pangkas Enam Anak Usaha, termasuk Garuda Tauberes
PT Garuda Indonesia Tbk dalam waktu dekat akan merasionalisasi enam anak usahanya, sesuai dengan arahan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Direktur Utama Garuda indonesia Irfan Setiaputra mendukung keinginan pemegang saham untuk konsolidasi anak dan cucu perusahaan. Rencana konsolidasi ini sudah memasuki tahap awal untuk pengkajian yang lebih mendalam.
"Kita lakukan rasionalisasi, salah satunya Garuda Tauberes,” ujar Irfan, dalam video conference, Jumat (3/4).
Irfan mengatakan, Garuda Tauberes merupakan salah satu cucu usaha, yang bisa dilebur dengan unit kargo Garuda Indonesia. Menurutnya, cucu usaha dengan lini usaha yang mirip, justru membuat birokrasi semakin panjang, apalagi jika kontribusi pendapatan tidak terlalu sgnifikan.
“Ini (Garuda Tauberes) kan aplikasi kargo. Kita anggap ini bisa dikargo kita. Ini prinsip Good Corporate Governance ,” ujarnya.
Sekadar informasi, Garuda Tauberes adalah cucu usaha Garuda Indonesia yang bergerak di bidang layanan pengiriman barang. Perusahaan tersebut memiliki aplikasi bernama Tauberes yang menawarkan layanan kirim paket, kargo udara dan belanja online.
Ia pun memastikan, jika anak atau cucu usaha yang akan dirasionalisasi memiliki kerjasama komersial dengan pihak swasta, maka Garuda memastikan proses itu akan tetap berjalan dengan entitas yang berbeda. Artinya, klien tetap bisa melanjutkan hubungan bisnis dengan entitas yang menyerap atau entitas hasil merger.
(Baca: Tekan Beban Usaha selama 2019, Garuda Akhirnya Cetak Untung Rp 98 M)
Irfan menambahkan, keuntungan dengan adanya konsolidasi ini, Garuda Indonesia bisa fokus kepada portofolio bisnis inti yang ada.
Ia juga mengungkapkan, anak usaha yang termasuk bisnis inti perusahaan, seperti Garuda Maintenance Facility (GMF) dan Citilink tidak akan demerger atau digabung dengan induk.
“GMF tidak akan dilepas. Ini core business dan kebanggan Garuda. Seperti Citilink juga core business perusahaan,” kata Irfan.
Menteri BUMN Erick Tohir menyampaikan, pemerintah menginginkan agar proyek strategis nasional, seperti restrukturisasi BUMN agar tetap berjalan, meskipun di tengah kondisi pandemi corona.
“Walau keadaan sulit hari ini. Tapi kita tidak boleh terlena pasrah dan harus terus bergerak. Apalagi ini terkait soal good corporate governance dan efisiensi,” ujar Erick.
Sebelumnya, Kementerian BUMN memang berencana untuk merampingkan jumlah BUMN yang mencapai 142 perusahaan, termasuk anak dan cucu usaha. Bulan Februari 2020 lalu, Erick menyampaikan, bahwa untuk perampingan BUMN ada dua opsi, yakni merger atau likuidasi.
Dua opsi tersebut, akan diterapkan terhadap perusahaan BUMN yang tidak memberikan nilai tambah ataupun menjalankan fungsi public service obligation (PSO).
(Baca: Erick Likuidasi Lima Anak Usaha Garuda, Salah Satunya Garuda Tauberes)