Bisnis Penerbangan Terpuruk, Malaysia Air & AirAsia Berpeluang Merger

Image title
17 April 2020, 20:45
malaysia airlines, airasia, merger, virus corona, pandemi corona
ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng/hp/cf
Pesawat AirAsia terparkir di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2. Pemerintah Malaysia berencana menggabungkan Malaysia Airlines dengan AirAsia untuk menyelamatkan kedua maskapai tersebut dari krisis corona.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Pemerintah Malaysia berencana menggabungkan maskapai pelat merah miliknya, Malaysia Airlines Berhad, dengan AirAsia Group Berhad, untuk menyelamatkan kedua maskapai tersebut dari krisis virus corona yang menghantam industri penerbangan.

Menteri Perdagangan dan Industri Malaysia, Mohamed Azmin Ali, menyatakan bahkan sebelum terjadi pandemi corona di dunia, industri penerbangan Malaysia sudah penuh dengan tantangan. Sehingga wacana untuk mencari mitra bagi Malaysia Airlines sudah muncul sejak tahun lalu.

“Bahkan sebelum pandemi corona ini terjadi. Diskusi akan berlanjut, kami harus mencari jalan terbaik untuk menyelamatkan dua maskapai itu. Kondisinya saat ini sangat buruk karena pesawat tidak terbang,” ujarnya seperti dikutip Reuters, Jumat (17/4).

(Baca: Dampak Corona dan Pembatasan Terbang, Maskapai Dunia Merugi Rp 4.903 T)

Azmin menambahkan bahwa jalan keluar untuk menyelamatkan industri penerbangan Malaysia, dan kedua maskapai tersebut  tidak akan mudah. “Sekarang kondisinya menjadi lebih rumit karena pandemi ini. Kami akan melihat semua opsi yang ada,” ujar dia.

Terkait dengan kemitraan, dia mengungkapkan bahwa sebenarnya pemerintah Malaysia sebelumnya sudah mendapatkan proposal kemitraan dari maskapai internasional untuk Malaysia Airlines, meski tidak menyebutkan secara spesifik nama maskapainya.

Pemerintah Malaysia memang sejak lama telah mencari mitra bagi Malaysia Airlines yang sulit bangkit dari dua tragedi besar pada 2014. Tragedi yang pertama yaitu misteri hilangnya pesawat MH370 di Samudera India pada 8 Maret 2014. Pesawat tersebut membawa 227 penumpang dan 12 awak.

Tragedi berikutnya yaitu penembakan pesawat dengan nomor penerbangan MH17 di Ukraina Timur, hanya empat bulan berselang dari tragedi MH370, yakni pada 17 Juli 2014. Tragedi ini  menewaskan seluruh 283 penumpang dan 15 awak pesawat.

(Baca: 96% Pesawatnya Tak Beroperasi, AirAsia Potong Gaji Seluruh Karyawan)

Sumber Reuters menyebutkan bahwa AirAsia dan Japan Airlines Co. Ltd. telah menunjukkan minat untuk membeli saham Malaysia Airlines.

Kemudian pada 2019  Golden Skies Ventures, sebuah perusahaan swasta yang didirikan oleh mantan pegawai Malaysia Airlines dan sejumlah individu lainnya, telah menawarkan US$ 2,5 miliar untuk mengambil alih sepenuhnya kepemilikan dan operasional Malaysia Airlines.

Bahkan Golden Skies berjanji akan segera membalikkan keadaan Malaysia Airlines dan meraih keuntungan dalam waktu dua setengah hingga tiga tahun.

Sementara itu AirAsia pekan lalu mengumumkan bahwa mereka tidak memiliki pendapatan operasional dengan 96% armadanya tidak terbang setelah adanya larangan terbang untuk mencegah penularan virus corona yang lebih luas sejak awal Maret 2020.

(Baca: Bisnis Tertekan Pandemi Corona, Garuda Potong Gaji Staf hingga Direksi)

Namun perusahaan menargetkan untuk kembali terbang secara domestik pada 29 April, kemudian penerbangan internasional ke Thailand dan Filipina pada 1 Mei, India pada 4 Mei, dan Indonesia pada 7 Mei. Walaupun sebagian target tersebut harus mendapat persetujuan pemerintah terlebih dahulu.

Hingga hari ini, menurut data Worldometers, terdapat 5.251 kasus positif corona di Malaysia, dengan total kematian 86 orang, dan sembuh 2.967 orang. Sejak 18 April, pemerintah Malaysia telah menerapkan karantina atau lockdown sebagian wilayahnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...