Gunakan Data Tunggal, Mendag Janji Bakal Selektif Impor Pangan
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto bertemu dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di kantornya. Keduanya membahas sejumlah hal, seperti penggunaan data tunggal pangan hingga kebijakan ekspor-impor.
Mendag menyatakan sepakat menggunakan single data yang diusung Badan Pusat Statistik (BPS), Kementan dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Dengan data tunggal pangan, dia berharap ke depan kebijakan pangan dapat diputuskan dengan lebih mudah dan akurat lantaran terjadi terjadi sinkronisasi antar kementerian.
Namun, dia juga menjelaskan akan lebih selektif dalam menentukan impor, kendati zin impor produk ditentukan dalam rapat terbatas (Ratas). "Kita akan bersinergi dengan kementerian pertanian yang berkaitan dengan pangan. Tapi sekali lagi, kami juga akan selektif untuk masalah impor tadi," kata Agus di Jakarta, Kamis (9/1).
(Baca: Dorong Produksi, Kementan Bidik Ekspor Hasil Kebun Naik 3 Kali Lipat)
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga mengungkapkan hal senada. Menurutnya, data pangan dinilai penting karena akan digunakam sebagai referensi presiden dan menteri lain dalam perencanaan masalah pangan, termasuk impor.
"Perbedaan data akan menyesatkan arah kebijakan. Oleh karena itu, single data diperbaiki dan akan menjadi pegangan bersama Menteri Perdagangan," kata Syahrul.
Selain mengenai data, Syahrul juga meminta dukungan dan arahan Mendag. Hal ini terkait rencana Mentan meningkatkan ekspor komoditas pertanian hingga tiga kali lipat pada 2024. Dengan meningkatnya kontribusi ekspor pertanian, dia berharap bisa menekan defisit neraca perdagangan.
Untuk mencapai target ekspor, selain menajajaki pasar, pihaknya juga akan menggenjot produksi di sektor hulu dan hilir pertanian.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono sebelumnya menjelaskan beberapa komoditas perkebunan unggulan yang produksinya akan digenjot yaitu karet, cokelat, kopi, kelapa, lada, dan pala.
"Ini adalah frame bagaimana caranya agar produksi naik 7% per tahun, sehingga selama lima tahun bisa menjadi 35%," kata dia di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (8/1).
(Baca: Impor Konsumsi Melonjak, Neraca Dagang November Defisit US$ 1,3 Miliar)
Ia menambahkan, pihaknya telah bertemu dan meminta komitmen dari sederet pimpinan perusahaan dan eksportir, serta Dewan Komoditas Perkebunan dan Asosiasi Pengusaha/ Eksportir perkebunan.
Beberapa perusahaan yang telah diajak bertemu antara lain 26 perusahaan sawit, 13 perusahaan kopi, 10 perusahaan kakao, 12 perusahaan kelapa, 18 perusahaan karet, 18 perusahaan rempah, 7 perusahaan minyak atsiri, 2 perusahaan mete dan perusahaan komoditas perkebunan lainnya.
Adapun bisnis di sektor perkebunan disebut berkontribusi besar bagi perekonomian. Data BPS tahun 2018, komoditas perkebunan berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar Rp 489,25 Triliun, dengan nilai ekspor mencapai US$ 27,9 miliar atau Rp 402,6 Triliun.
Reporter : Amelia Yesidora (Magang)