Satria Kumbara jadi Tentara Bayaran di Rusia, Berapa Perkiraan Gajinya?


Nama Satria Arta Kumbara, seorang mantan anggota Marinir TNI Angkatan Laut yang menjadi tentara relawan di Rusia belakangan menjadi sorotan. Hal ini usai beredarnya video dirinya menyampaikan keinginan untuk kembali menjadi warga negara Indonesia (WNI).
Dalam video yang beredar itu, ia meminta kepada Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan Menteri Luar Negeri Sugiono untuk menerimanya kembali sebagai WNI.
Satria juga mengaku tidak tahu bahwa penandatanganan kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia mengakibatkan status kewarganegaraannya dicabut.
Di sisi lain, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Tunggul mengatakan Satria bukan lagi bagian TNI. Ia juga menyatakan Satria melakukan tindak pidana desersi.
Tunggul juga mengatakan Satria Kumbara divonis hukuman satu tahun penjara dan dipecat dari TNI. Hal tersebut berdasarkan Putusan Perkara Nomor 56-K/PM.II-08/AL/IV/2023.
"Akta Putusan Telah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap (AMKHT) ditetapkan pada 17 April 2023, menandakan bahwa keputusan tersebut sah dan tidak dapat diganggu gugat," kata Tunggul
Berapa perkiraan gaji tentara bayaran seperti Satria?
Satria tak pernah mempublikasikan berapa bayaran yang diterimanya dari Negeri Beruang Merah. Namun, ada contoh penghasilan seorang warga negara Sri Lanka yang bergabung dengan tentara Rusia.
Mengutip laporan Deutsche Welle dari seorang pria yang berasal dari Walasmulla, Sri Lanka, ia menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia untuk bergabung dengan tentara Rusia.
Ia mendapatkan informasi perekurtan angkatan bersenjata Rusia itu dari seorang warga Sri Lanka lainnya. Kabar semula menyebutkan jika ia bertugas selama satu tahun, dirinya beserta orang tuanya akan menerima kewarganegaraan Rusia.
Ia pun mendaftar pada Februari 2024 dan langsung menerima pembayaran setara dengan US$ 2.000 setara Rp 32 juta, dan dijanjikan akan mendapat gaji bulanan sebesar US$ 2.300, ditambah potensi bonus. Dia juga dijanjikan tak ditugaskan di garis depan pertempuran.
Pemuda Sri Lanka ini pun menceritakan setelah penempatan dua bulan di pedalaman, ia dikirim ke pinggiran kota Donetsk, Ukraina, yang diduduki Rusia. Dia lantas memberi tahu atasannya bahwa ingin pulang ke kampung halamannya.
"Tetapi dia mengatakan hal itu tidak mungkin. Menurut kontrak, saya akan menghadapi hukuman 15 tahun penjara di Rusia jika saya melarikan diri," katanya, dikutip dari DW.
Warga Sri Lanka ini juga mengungkapkan, di unitnya terdapat warga negara Nepal, India, Kirgistan, dan Tajikistan. Ia mengaku hanya ditugaskan ke garis depan satu kali, selama lima hari, di mana ia terluka dan ditawan.