Potensi Impor Minyak dari Rusia, ESDM Timbang Harga dan Kecocokan Kilang

Muhamad Fajar Riyandanu
26 Juni 2025, 17:41
Presiden Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dalam kunjungan resmi di Istana Konstantine Novsky, St. Petersburg, Rusia, Kamis (19/6/2025).
ANTARA FOTO/Genta Tenri Mawangi/app/nz
Presiden Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dalam kunjungan resmi di Istana Konstantine Novsky, St. Petersburg, Rusia, Kamis (19/6/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah melakukan kajian terhadap potensi impor minyak mentah dari Rusia. Kajian ini merupakan tindak lanjut atas tawaran Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang bersedia menawarkan pengiriman minyak mentah dan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) ke Indonesia.

Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menyatakan bahwa impor minyak dari Rusia bertujuan untuk mendiversifikasi sumber pasokan minyak nantinya. Langkah ini diambil guna memperkuat ketahanan energi nasional.

Yuliot menjelaskan ada tiga faktor yang menjadi fokus kajian pemerintah sebelum membeli minyak dari Rusia. Aspek pertama berkaitan dengan harga minyak Rusia yang disebut-sebut lebih kompetitif dibanding negara lain.

Faktor kedua yakni kesesuaian karakteristik minyak Rusia dengan kilang dalam negeri. Yuliot mengatakan pihaknya sedang mempelajari apakah jenis minyak mentah dari Rusia cocok dengan teknologi kilang yang ada saat ini. Hal ini karena tidak semua kilang bisa mengolah semua jenis minyak mentah. 

"Karena setiap lapangan itu berbeda spesifikasinya (minyak)," kata Yuliot saat ditemui di sela peresmian proyek Banyu Urip Infill Clastic di Lapangan Banyu Urip yang dioperasikan oleh ExxonMobil Cepu Limited, Bojonegoro, Jawa Timur pada Kamis (26/6).

Aspek selanjutnya yakni memerhatikan ketersediaan minyak Rusia secara berkesinambungan, sehingga Rusia bisa secara konsisten dapat memasok minyak ke Indonesia nantinya.

Yuliot menambahkan, kajian yang tengah berjalan saat ini melibatkan PT Pertamina sebagai pihak yang akan menangani teknis impor, distribusi, atau pengolahan minyak asal Rusia nantinya. "Semua ini sedang dibicarakan oleh tim. Mereka melakukan pembahasan termasuk dengan Pertamina," ujarnya.

Di sisi lain, Yuliot menilai bahwa impor LNG dari Rusia saat ini belum mendesak. Dia menekankan pasokan LNG dalam negeri masih cukup untuk memenuhi kebutuhan industri domestik saat ini. "Untuk LNG kami upayakan optimalisasi produksi di dalam negeri," kata Yuliot.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan negaranya bersedia memperdalam hubungan dagang di sektor energi dalam bentuk pengiriman minyak mentah dan LNG ke Indonesia.

"Kami bersedia menambah pasokan minyak dan gas alam cair ke pasar Indonesia," kata Putin setelah pertemuan bilateral dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Konstantinovsky, Saint Petersburg pada Kamis (19/6), sebagaimana disiarkan oleh kanal Youtube Sekretariat Presiden.

Pada kesempatan serupa, Presiden Prabowo Subianto mengatakan hubungan Indonesia dengan Rusia semakin erat setelah pertemuan bilateral kali ini. Ia menyampaikan pertemuan diplomatik yang terjadi kali ini cenderung produktif dan progresif.

"Di semua bidang baik ekonomi, kerja sama teknis, perdagangan, investasi hingga pertanian. Semua telah mengalami peningkatan yang berarti," kata Prabowo.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...