Gelombang Pertama Pemulangan WNI dari Iran, 11 Orang Tiba di Jakarta


Pemerintah telah memulangkan sebelas warga negara Indonesia (WNI) yang menetap di Iran pada Selasa (24/6). Mereka tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang menggunakan maskapai Turkish Airlines yang mendarat sekitar pukul 17.35 WIB dan keluar dari bandara sekitar pukul 19.40 WIB.
Sebelas WNI yang telah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta hari ini merupakan bagian dari 97 WNI yang telah diungsikan di Baku, Azerbaijan. Puluhan WNI itu dievakuasi dari Iran menuju Azerbaijan melalui jalur darat.
Pemulangan WNI dari Iran ke Tanah Air rencananya dilakukan bertahap selama tiga hari hingga Kamis (26/6). Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri Andy Rachmianto mengatakan, sebelas WNI tersebut berasal dari Provinsi Jawa Timur dan Kalimantan Timur.
Andy menjelaskan, pemerintah semula merencanakan 29 WNI sudah kembali ke Tanah Air hari ini. Namun, 18 WNI yang menggunakan maskapai penerbangan Qatar Airways saat ini masih tertahan di Doha, Qatar.
Keterlambatan tersebut disebabkan oleh gangguan layanan penerbangan di Qatar, menyusul serangan rudal Iran yang menghantam Pangkalan Udara Al Udeid milik Amerika Serikat pada Senin (23/7) waktu setempat.
“18 WNI lainnya saat ini masih menunggu penerbangan Qatar Airways dari Doha ke Jakarta secepatnya,” kata Andy dalam konferensi pers di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada Selasa (24/5), malam.
Sementara itu, menurut dia, masih ada 68 WNI yang tertahan di Baku, Azerbaijan untuk menunggu jadwal penerbangan ke Jakarta. Pemerintah kini tengah merencanakan pembukaan gelombang kedua pemulangan WNI yang menetap di Iran ke Tanah Air.
“Ada kurang lebih 380-an WNI tercatat ada di Iran. KBRI Teheran sudah menerima data tambahan warga yang ingin dievakuasi. Namun kepastian jumlahnya masih dipantau karena terus bertambah,” ujar Andy.
Satu dari sebelas WNI yang telah dipulangkan dari Iran adalah Ali Murtadho. Laki-Laki berusia 20 tahun asal Gresik, Jawa Timur, itu mengaku sempat menginap dua malam di Baku sebelum diterbangkan ke Jakarta.
Ali tinggal di Qom, sebuah kota yang terletak sekitar 156 kilometer barat daya Ibu Kota Teheran, selama 1 tahun delapan bulan. Mahasiswa Jurusan Ushul Fiqh di Jamiatul Mustafa International University itu menjelaskan, proses evakuasi awal dilakukan melalui jalur darat selama 16 jam dari Teheran ke Baku.
Mereka kemudian melanjutkan penerbangan udara dari Baku menuju Istanbul, Tukri untuk kemudian langsung menuju Jakarta. “Saya sempat menginap di Gedung KBRI Teheran. Kondisi di sana mencekam karena ada serangan dari Israel,” ujar Ali pada kesempatan serupa.
Ali menceritakan, banyak warga negara asing yang juga berkumpul di Baku, Azerbaijan, sebagai negara transit untuk pergi dari Iran. Proses evakuasi melalui perbatasan Iran–Azerbaijan juga berlangsung lama karena antrean warga asing yang juga ingin keluar dari Iran.
Saat masih di Iran, menurut dia, akses internet terbatas sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan keluarga. Ia baru bisa memberi kabar setelah tiba di Azerbaijan. “Saya baru bisa memberi informasi kepada keluarga setelah berada di Azerbaijan. Alhamdulillah sekarang saya sampai Jakarta dengan selamat,” ujarnya.