Temuan Baru Gejala Covid-19, Muncul Lesi Keunguan Pada Pasien Anak
Gejala orang yang terinfeksi virus corona umumnya batuk, demam, sakit tenggorokan, dan sulit bernafas. Seiring bertambahnya jumlah kasus, para peneliti menemukan indikasi baru virus tersebut.
Yang paling anyar, para peneliti di Spanyol menemukan lesi (jaringan abnormal) keunguan sebagai gejala Covid-19. Mengutip dari FOX News, sekelompok ilmuwan dari Sekolah Tinggi Podiatris Spanyol mengatakan gejala ini lebih banyak ditemukan pada pasien berusia anak-anak sampai remaja ketimbang dewasa.
“Ini adalah lesi berwarna ungu (sangat mirip dengan cacar air, campak atau chilblains) yang biasanya muncul di sekitar jari kaki dan sembuh tanpa meninggalkan bekas pada kulit,” demikian keterangan hasil penelitian itu, pada Jumat (18/4) lalu.
Gejala serupa juga ditemukan pada sebagian pasien virus corona di Italia, Prancis, dan Spanyol. Karena itu, mereka megingatkan agar indikasi adanya lesi tersebut bisa menjadi pertimbangan untuk mengidentifikasi infeksi Covid-19.
(Baca: Mengapa Tenaga Kesehatan Rentan Terpapar Corona?)
Mengutip Healthline, lesi merupakan kondisi area kulit tertentu mengalami pertumbuhan secara abnormal, dan membuat penampilan kulit yang berbeda dari kulit di sekitarnya. Lesi dapat tercipta secara alami dari lahir maupun karena penyakit dan iritasi.
Temuan ini sekaligus mempertegas makalah yang pernah dipublikasikan oleh International Federation of Podiatrists. Di dalamnya secara khusus menyinggung tentang kasus pasien virus corona berusia 13 tahun yang tidak memiliki gejala umum apapun selain lesi keunguan.
Di samping itu, 400 dokter dari Persatuan Dokter Dermatologis dan Venereologis (SNDV) asal Prancis juga menemukan gejala gatal-gatal dan ruam kemerahan pada kulit yang tidak dapat dijelaskan pada sejumlah pasien positif virus corona.
SNDV menjelaskan bahwa gejala gatal dan ruam pada pasien positif Covid-19 cenderung bersifat persisten atau terus-menerus, dan kadang menimbulkan rasa sakit. “Analisis dari banyak kasus yang dilaporkan ke SNDV menunjukkan bahwa manifestasi ini dapat dikaitkan dengan virus corona,” demikian keterangan tertulis mereka, dilansir dari Express.
(Baca: Puncak Corona Mungkin setelah Lebaran, Tergantung Orang Mudik)
Gejala Covid-19, Hilang Indra Penciuman
Sebelumnya, kehilangan kemampuan mendeteksi bau yang dikenal dengan anosmia dan hyposmia juga diidentifikasi sebagai gejala baru dari infeksi virus corona. Temuan tersebut ini berdasarkan penelitian para ilmuwan di Inggris terhadap para pasien Covid-19 yang tersebar di Korea Selatan, Tiongkok, dan Italia.
“Di Korea Selatan, pengujian dilakukan sangat luas, 30% pasien yang dites positif dengan kasus ringan mengalami anosmia sebagai gejala utama,” tulis Presiden Masyarakat Peneliti Rhinologi Inggris, Clare Hopkins dan Presiden Asosiasi Otorhinolaringologi Inggris, Nirmal Kumar, bulan lalu.
Sebagian pasien di Amerika Serikat, Iran, dan Prancis yang telah dikonfirmasi positif Covid-19, juga dilaporkan tidak mengidap gejala umum apapun selain sulit mendeteksi bau. “Semakin banyak pasien yang melaporkan mengalami anosmia, tanpa adanya gejala lain,” kata para peneliti dalam laporannya.
(Baca: Bahaya Pandemi Corona di Balik “Tembok” Korea Utara)
Pandemi corona terus menyebar secara global. Menurut data perkembangan terakhir milik John Hopkins Coronavirus Center, hingga Rabu (22/4), Covid-19 telah menginfeksi 2.564.515 orang di dunia, dengan total 177.466 kasus kematian.
Posisi pertama masih diduduki oleh Amerika Serikat dengan 825.041 kasus infeksi, disusul oleh Spanyol dengan 204.178 kasus infeksi, kemudian Italia dengan 183.957 kasus infeksi.
Penulis: Nobertus Mario Baskoro (Magang)