Kampanye Dinilai Tak Efektif, Jokowi Kalah di Jawa Barat dan Banten

Michael Reily
17 April 2019, 19:45
Pilpres 2019, Jokowi, Prabowo, Indikator Politik Indonesia
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Petugas KPPS melakukan penghitungan suara Pemilu serentak 2019 hingga malam hari di TPS 92, Depok, Jawa Barat, Rabu (17/4/2019). KPU Kota Depok menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu serentak 2019 di wilayah itu berjumlah 1.309.338 pemilih atau bertambah 1,8 persen dari DPT sebelumnya sebanyak 1.286.160.

Indikator Politik Indonesia menyatakan langkah pendekatan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf) pada Pilpres 2019 tidak efektif di wilayah Jawa Barat dan Banten. Sebab sang lawan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Prabowo-Sandiaga) unggul di kedua wilayah tersebut karena memiliki basis pendukung yang kuat.

Hasil hitung cepat atau quick count Indikator Politik Indonesia mencatat Jokowi-Ma'ruf tertinggal jauh dibanding Prabowo-Sandiaga di Jawa Barat dan Banten. Quick count Indikator Politik Indonesia pukul 17.15, Rabu 17 April 2019 mencatat Prabowo-Sandi tercatat mampu meraih 59,89% suara, sedangkan Jokowi-Amin meraih 40,11% di Jawa Barat. Sementara, di Banten, Prabowo-Sandi mampu mendulang suara sebanyak 63,96%, jauh melebihi Jokowi-Ma'ruf yang hanya mendapat 35,14%.

(Baca: Selisih Suara 8%, Indikator Politik Indonesia Sebut Jokowi Bisa Menang)

Peneliti Senior Indikator Politik Indonesia Akhmad Khairul Umam menyatakan berdasarkan survei yang dilakukan selama masa kampanye, Jawa Barat dan Banten memang lumbung suara bagi Prabowo-Sandi. Pada dua daerah ini, Akhmad menilai pendekatan door-to-door Jokowi-Amin tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Menurutnya, basis politik pemilih loyal masih sangat tinggi untuk kedua wilayah. Alhasil, upaya mempengaruhi tingkat preferensi politik pemilih yang sudah kuat dukungannya tidak memiliki dampak yang hebat. Namun, kampanye memiliki pengaruh untuk pemilih mengambang atau belum punya pilihan.

Ia menjelaskan, penyampaian kampanye Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres 2019 di kedua wilayah ini tidak efektif karena basis pilihan tidak berubah banyak daripada hasil lima tahun lalu. Tahun 2014, Jokowi mendapatkan porsi sekitar 53% dan Prabowo kisaran 46%. "Perbandingan sekarang kurang lebih perubahan 2%, itu tidak signifikan," ujar Akhmad.

Menurutnya, fenomena pemilih yang solid merupakan fenomena unik. Sebab, hasil survei menunjukkan tingkat kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi sejak 2014 sangat tinggi. Alhasil, tingginya tingkat kepuasan publik tak selalu linier dengan tingkat elektabilitas. Sebelumnya, Jokowi optimis bakal meraup suara lebih dari 60% di Jawa Barat pada Pilpres 2019. Menurut Jokowi, hal itu bisa tercapai jika melihat antusiasme warga Jawa Barat.

(Baca: Hasil Hitung Cepat 6 Lembaga dengan Data 80-90%, Jokowi Masih Unggul)

Dia yakin perolehan target suara bakal tercapai di Pilpres 2019. "Tahun ini setelah melihat antusias, saya yakin di atas 60%," kata Jokowi di Gedung Budaya Sabilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/4) lalu.

Februari lalu, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi membantah klaim dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin menyebut elektabilitas pasangan petahana itu unggul di Jawa Barat. "Kami punya survei sendiri yang memperlihatkan di Jawa Barat masih dikuasai oleh Prabowo-Sandi," kata Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Pipin Sopian di Media Center Prabowo-Sandiaga, Jakarta, Senin (25/2).

Reporter: Michael Reily

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...