Ditawari Nasdem Ikut Pilgub DKI, Risma: Biar Tuhan yang Gariskan

Ameidyo Daud
31 Juli 2019, 16:26
Chief Executive Officer, Metta Dharmasaputra (kiri) , Teguh Dartanto selaku Head of Departement of Economics FEB UI, Tri Rismaharini selaku Walikota Surabaya, dan moderator Desi Dwi Jayanti dalam acara Knowledge sector Intiative Katadata forum dengan tem
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Chief Executive Officer, Metta Dharmasaputra (kiri) , Teguh Dartanto selaku Head of Departement of Economics FEB UI, Tri Rismaharini selaku Walikota Surabaya, dan moderator Desi Dwi Jayanti dalam acara Knowledge sector Intiative Katadata forum dengan tema \"Mencari model Pengelolaan Dana dan Pengorganisasian Riset untuk Indonesia\" di The Energy Building, Jakarta Pusat (31/7). \

Walikota Surabaya Tri Rismaharini enggan berkomentar banyak soal tawaran Partai Nasdem untuk maju sebagai calon gubernur dalam Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2022 mendatang. Masa jabatan Risma sebagai Walikota Surabaya akan habis pada 2020.

"Biar Tuhan yang gariskan saya mau seperti apa," kata Risma di sela acara Mencari Model Pengelolaan Dana & Pengorganisasian Riset Untuk Indonesia yang digelar Katadata.co.id bersama Knowledge Sector Initiative dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Jakarta, Kamis (31/7).

Risma ditawari untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI dari Fraksi Nasdem Bestari Barus saat meninjau fasilitas pengolahan sampah di Surabaya, kemarin.

Risma menyatakan, jabatan sebagai kepala daerah punya implikasi besar, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi rakyat yang dipimpinnya. Oleh sebab itu ia enggan berharap banyak. "Saya tidak mau berandai-andai, karena berat jadi kepala daerah," ujarnya.

(Baca: Jokowi Kawal Pembangunan Pembangkit Listrik Sampah di Empat Daerah)

Untuk sementara, Risma berkomitmen untuk melanjutkan tugasnya sebagai Walikota hingga berakhirnya masa jabatan. Perempuan kelahiran Kediri, Jawa Timur ini misalnya, memastikan kontrol sehingga sampah di Surabaya bisa terangkut setiap waktu.

Anggaran pengelolaan sampah di Surabaya, menurutnya sebesar Rp 30 miliar per tahun. Dari dana itu, Surabaya memiliki 28 rumah kompos yang berkontribusi terhadap berkurangnya sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kompos itu kemudian digunakan untuk merawat tanaman di 450 taman kota Surabaya. "Karena kalau dirawat dengan (pupuk) kimia, mahal sekali," katanya.

Menurutnya, keberadaan pepohonan di taman maupun jalan sangat penting untuk mengurangi polusi di Surabaya. "Jadi (karbondioksida) tidak lari ke perumahan dan restoran tapi di jalanan saja," kata Risma.

Sebelumnya, politisi Nasdem Bestari Barus menyulut polemik saat melakukan studi banding mengenai pengelolaan sampah ke Surabaya. Menurutnya, Risma terlihat kaget ketika mengetahui anggaran kebersihan DKI Jakarta melebihi Rp 3 triliun. "Masalah sampah bisa diselesaikan kalau ibu Risma pindah ke Jakarta pada Pilkada akan datang," kata Bestari.

(Baca: Kalla Sebut Gerindra Sulit Gabung Jokowi Bila Tak Didukung Koalisi)

Merasa dikritik, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kemudian menyatakan bahwa masalah sampah Jakarta sudah ada dari dulu. "Maksudnya menyerang gubernur sekarang, tapi malah menyerang gubernur-gubernur sebelumnya," kata Anies.

Reporter: Ameidyo Daud
Editor: Pingit Aria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...