Investor Institusi Tak Inginkan Milenial Jadi Menteri Ekonomi Jokowi
Berdasarkan hasil survei Katadata Investor Confidence Index (KICI) yang dirilis oleh Katadata Insight Center (KIC) pada Rabu (16/10), mengungkapkan bahwa investor tidak menginginkan generasi milenial menjadi menteri Kabinet Indonesia Kerja Jilid II.
Hal ini seiring dengan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) yang ingin mengangkat anak muda di bawah usia 35 tahun, bahkan di bawah 30 tahun menjadi salah satu menteri dalam kabinetnya. “Meski muda, mereka memiliki kekuatan manajerial,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, pertengahan Agustus lalu.
Jokowi memang berulang kali menyatakan untuk merekrut menteri dari kalangan muda. Menurutnya, menteri berusia belia bisa memunculkan ide, gagasan kreatif dan keinginan kuat untuk mengeksekusi solusi terhadap berbagai permasalahan bangsa.
Namun, investor memiliki pandangan lain terkait kriteria ideal menteri Jokowi nantinya, terutama untuk tim ekonomi. Berdasarkan usia, dari 272 investor yang menjadi responden dalam survei yang digelar KIC, hanya 2% responden yang menginginkan menteri diisi anak muda berusia 21-30 tahun atau generasi milenial.
(Baca: Banyak Bocoran Nama Menteri, Jokowi: Susunan Kabinet Sudah Rampung)
Kemudian, hanya 12% responden investor yang menginginkan tim ekonomi Jokowi nantinya diisi oleh orang berusia 31-40 tahun. Sebaliknya, mayoritas investor menginginkan tim ekonomi diisi oleh orang-orang yang telah berusia 41-50 tahun.
Namun, investor juga tidak menginginkan kabinet diisi oleh orang-orang yang berusia di atas 50 tahun atau di atas 60 tahun. Hanya 3% responden yang menginginkan jabatan menteri diisi oleh orang berusia 51-60 tahun, dan tidak ada investor yang menginginkan usia menteri di atas 60 tahun.
Hanya saja hasil survei ini tidak mengungkapkan alasan mengapa investor tidak menginginkan anak muda dan generasi milenial untuk menduduki posisi menteri, terutama untuk tim ekonomi Kabinet Jokowi-Ma’ruf.
Sementara itu jika berdasarkan gender, sebagian besar investor menginginkan adanya keseimbangan gender dalam kabinet menteri Jokowi. Namun, secara umum gender tidak menjadi isu bagi investor.
(Baca: Survei KICI: Investor Ingin Menteri Ekonomi Jokowi dari Profesional)
Prioritas Kerja Tim Ekonomi Jokowi Menurut Investor
Investor institusi menilai pengangguran menjadi salah satu masalah yang harus menjadi prioritas untuk diselesaikan oleh tim ekonomi yang baru pemerintahan periode kedua Joko Widodo (Jokowi) bersama Ma’ruf Amin.
Berdasarkan hasil survei setidaknya ada 10 masalah ekonomi yang harus menjadi prioritas tim ekonomi Jokowi-Ma’ruf. Masalah pengangguran, defisit transaksi berjalan, dan pertumbuhan ekonomi, menjadi tiga teratas yang dinilai investor harus menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Sebanyak 83% investor menilai masalah pengangguran jadi prioritas, kemudian 79% responden menilai defisit transaksi berjalan harus jadi prioritas, dan 74% responden menilai pertumbuhan ekonomi yang rendah harus jadi prioritas.
Tiga masalah ini memang menjadi sorotan berbagai stakeholder selama masa pemerintahan periode pertama Presiden Jokowi. Selain tiga masalah tersebut, beberapa pekerjaan rumah tim ekonomi Jokowi-Ma’ruf lainnya yaitu stabilitas harga barang dan jasa (72%), hambatan investasi di sektor riil (71%), kesenjangan ekonomi antar daerah (70%), serta perbaikan sistem perpajakan (67%).
(Baca: Usai Pemilu, Kepercayaan Investor Merosot Akibat Lesunya Ekonomi Dunia)
Kemudian revitalisasi industri (65%), manajemen utang pemerintah yang lebih baik (63%), dan di urutan kesepuluh yaitu masalah undang-undang ketenagakerjaan mendapat prioritas paling rendah dibandingkan isu lainnya dengan hanya 53% responden yang menyatakan ini sebagai prioritas.
Kondisi perekonomian Indonesia memang menjadi salah satu isu yang paling dikhawatirkan investor setelah isu kondisi perekonomian global. Kekhawatiran investor pun beralasan lantaran Bank Dunia telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 5% dari sebelumnya 5,1%.
Sedangkan Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi 2019 hanya 5,08%, di bawah target APBN sebesar 5,3%. Angka tersebut juga jauh di bawah target yang ditetapkan Jokowi yang menyatakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 8% pada akhir periode pertamanya.
(Baca: Kepercayaan Investor Institusi Terhadap Kinerja Pemerintah Merosot)
Databoks berikut ini adalah target dan realisasi pertumbuhan ekonomi Jokowi pada periode pertamanya memimpin Indonesia.