Direksi Asabri akan Dirombak, Luhut: Profesional dan Bisa dari non-TNI
PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) (Persero) mendapat sorotan karena anjloknya nilai investasi portofolio saham.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan dia mendapatkan informasi mengenai dugaan penyimpangan dalam investasi Asabri dan memandang pentingnya perusahaan pelat merah dikelola kalangan profesional.
"Memag kelihatan ada permainan, itu pasti dibenahi. Saya lihat mereka (BUMN) sudah punya konsep untuk membenahi, mungkin bulan ini akan segera diserahkan," kata Luhut di kantor Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi di Jakarta, Jumat (17/1).
(Baca: Mahfud dan Erick Thohir Dukung Polisi Usut Dugaan Korupsi Asabri)
Luhut mendorong agar Asabri dikelola kalangan profesional yang memahami soal keuangan dan investasi. "Nanti Asabri mesti dikelola profesional, tidak boleh hanya TNI atau TNI yang profesional yang mengerti keuangan," kata Luhut.
Saat ini Direktur Utama Asabri yakni Sonny Wijaya, purnawirawan TNI lulusan akademi militer 1982. Sonny sebelum di Asabri pernah menjabat sebagai Panglima Kodam III Siliwangi dan Komandan Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia atau (Sesko TNI).
Luhut mengatakan dari data transaksi investasi Asabri terlihat ada permainan saham. Dia menyebut para pemain saham tersebut akan dimintai tanggung jawab. "Bisa kelihatan kok, mereka sudah punya data kapan saham itu dimainkan dengan aset-aset yang tidak benar. Jadi saya pikir enggak bisa lari," kata Luhut.
(Baca: Bos Asabri Bantah Pernyataan Mahfud MD soal Dugaan Korupsi Rp 10 T)
Sebelumnya Kementerian BUMN menyatakan akan merombak jajaran direksi Asabri. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan, kementeriannya sudah beberapa kali memanggil Direktur Keuangan Asabri guna membahas permasalahan investasi.
Perusahaan itu memiliki investasi di beberapa saham yang pernah dipegang PT Asuransi Jiwasraya, dan harganya anjlok. Seperti halnya PT Asuransi Jiwasraya, Asabri memiliki masalah anjloknya portofolio investasi saham. Misalnya saja, Asabri memiliki 5,04% saham di PT Trada Alam Minera (TRAM). Harga sahamnya turun 65,75% sejak dibeli pada 18 Desember 2017 hingga 8 Januari 2020.
(Baca: Menelusuri Investasi Asabri yang Terpuruk di Saham Gorengan)
Selain itu, Asabri memiliki saham di PT Alfa Energi Investama (FIRE). Harga sahamnya juga anjlok 94,97% sejak dibeli pada 27 Juli 2018 hingga 8 Januari 2020. Lalu, harga saham PT Hartadinata Abadi (HRTA) merosot 27,4% sejak 30 Oktober 2017 hingga 8 Januari.
Sejauh ini, seberapa besar dampak jatuhnya harga saham-saham tersebut terhadap keuangan Asabri belum diketahui. Perusahaan belum mempublikasikan laporan keuangan terkini. Namun, berdasarkan ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara yang dilansir Kementerian BUMN, laba bersih Asabri turun signifikan pada 2018.
Perusahaan membukukan laba tahun berjalan—sebelum diaudit—Rp 110,47 miliar. Nilai ini turun 86,87% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 943,811 miliar, sudah diaudit. Namun, belum ada penjelasan terkait penyebab penurunan laba, lantaran ringkasnya data.
Di sisi lain, likuiditas perusahaan masih dalam kondisi baik. Aset lancar tebal, yaitu Rp 36,29 triliun, sedangkan liabilitas jangka pendek Rp 4,17 triliun. Secara keseluruhan, aset perusahaan Rp 48,29 triliun, dengan total liabilitas Rp 46,7 triliun dan ekuitas Rp 1,59 triliun.
Namun, rasio kecukupan modal (RBC) pada 2018 belum diketahui. Pada tahun sebelumnya, RBC Asabri berada di zona merah lantaran jauh di bawah batas minimal yang ditetapkan otoritas yakni 120%. RBC Asabri pada 2016 dan 2017 hanya 54,73% dan 62,35%.
(Baca: Setoran TNI dan Polri Lancar, Erick Thohir Anggap ASABRI Masih Aman)