Ubah Bahan Bakar Pembangkit di 52 Titik, PLN Diprediksi Hemat Rp 1,9 T
Perusahaan Listrik Negara (PLN) tengah memproses penggantian bahan bakar sejumlah pembangkit listrik dari minyak menjadi gas. Perusahaan Gas Negara (PGN) memperkirakan penggantian ini akan menghemat keuangan PLN sebesar Rp 1,92 triliun per tahun.
PGN mendapatkan penugasan untuk membangun infrastruktur serta memasok gas alam cair (LNG) untuk pembangkit listrik PLN di 52 titik. “Targetnya rampung 2 tahun," kata Direktur Utama PGN Gigih Prakoso dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (10/2).
Ia menjelaskan, penugasan tersebut dilakukan dalam empat tahap. Tahap pertama, penyaluran gas sebesar 0,66 bbtud melalui ISO Tank untuk pembangkit berkapasitas 15 MW di Tanjung Selor. Tahap kedua, penyaluran gas sebesar 96 bbtud untuk pembangkit di Krueng, Nias, cluster Nusa Tenggara, cluster Kalimantan Barat, cluster Papua Utara dengan total kapasitas mencapai 1.164 MW.
(Baca: Kementerian ESDM Sebut Megaproyek 35 Ribu MW Baru Selesai 2029)
Tahap ketiga yakni penyaluran gas 33 bbtud untuk cluster Sulawesi dan cluster Maluku dengan kapasitas pembangkit sebesar 278 MW. Terakhir, penyaluran gas sebesar 19 bbtud untuk cluster Maluku Utara dan cluster Papua Selatan untuk dengan total kapasitas pembangkit 240 MW.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan gasifikasi bertujuan mengurangi biaya operasi pembangkit, serta mendukung upaya pemerintah mengurangi impor BBM guna memperbaiki defisit neraca perdagangan.
(Baca: Sokong Ibu Kota Baru, PLN Siap Tambahkan 864 MW di Rencana Kelistrikan)
"Sebagai bentuk implementasi Kepmen ESDM no 13/2020 mengenai gasifikasi, PLN telah lakukan identifikasi untuk perencanaan konstruksi pembangkit," ujar Zulkifli, beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan bahwa konsumsi BBM untuk pembangkit listrik pada 2019 mencapai 2,6 juta kiloliter (KL). Kebijakan gasifikasi pembangkit listrik akan menghemat konsumsi BBM menjadi 1,6 juta KL.