Operasional Merugi, Pan Orient Putuskan Keluar dari Blok East Jabung
Perusahaan minyak dan gas (migas) asal Kanada, Pan Orient Corp. memutuskan untuk menghentikan operasionalnya di Indonesia, setelah aktivitas pengeboran tidak mendatangkan hasil sama sekali.
Melalui kanal pengumuman di bursa efek Toronto atau Toronto Stock Exchange (TSX), Kamis (12/3), Pan Orient memutuskan untuk keluar dari Blok East Jabung, setelah pengeboran sumur Anggun-1X, yang dilakukan Repsol, tidak membuahkan hasil.
Padahal, untuk kegiatan pengeboran ini, Pan Orient telah mengeluarkan dana yang terbilang besar. Untuk mengebor sumur Anggun-1X, Pan Orient telah mengeluarkan dana sebesar 15,1 juta dollar Kanada (CA$), dengan rincian CA$ 3,3 juta pada tahun 2018 dan CA$ 11,8 juta pada tahun 2019.
(Baca: Indo Energy Tetap Mengebor Blok Kruh meski Harga Minyak Rendah)
Besarnya pengeluaran Pan Orient ini juga terlihat pada laporan keuangan perusahaan, di mana pada tahun 2019 Pan Orient telah mengeluarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk Blok East Jabung, tercatat sebesar CA$ 12,22 juta, naik 264% dibanding realisasi capex 2018.
Di saat yang sama, operasi Pan Orient di Thailand justru membuahkan hasil, dengan kegiatan pengeboran di sumur L53-DD6ST2 pada 15 Februari hingga 6 Maret 2020 menghasilkan produksi sebesar 409 barrel oil per day (bopd), dengan biaya yang mampu ditekan hingga 55% menjadi US$ 6,16 per barel.
Atas hasil yang positif pada aktivitasnya di Thailand, Pan Orient berencana menggelontorkan dana sebesar CA$ 10 juta, dengan potensi penambahan CA$ 2 juta.
Sebelumnya, optimisme terhadap potensi Blok East Jabung tergolong tinggi. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bahkan sempat menyatakan, bahwa potensi cadangan minyak Blok East Jabung bisa mencapai 100 juta barel.
Di Blok East Jabung, Pan Orient memegang hak partisipasi sebesar 49%, sementara sisanya 51% dimiliki oleh Repsol. Atas rencana keluar dari Blok East Jabung ini, Pan Orient menyatakan telah mengirimkan pemberitahuan kepada pemerintah Indonesia.
(Baca: Meleset dari Target Luhut, Pertamina: 1 Juta BOPD Tercapai pada 2026)