Impor BBM Terancam Melonjak, Alarm Bagi Pemerintah Benahi Transportasi

Image title
22 Januari 2019, 20:50
Jalan macet
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.
ilustrasi.

Impor Bahan Bakar Minyak (BBM) terancam melonjak dalam beberapa tahun mendatang akibat peningkatan konsumsi. Ini menjadi alarm pemerintah segera membenahi sistem transportasi di Indonesia.

Berdasarkan riset yang dilakukan Akmilatul Magfirah dari Pusat Studi Teknik Universitas Gadjah Mada, tahun 2020 konsumsi BBM bisa mencapai 15 miliar liter per tahun dan akan melonjak setiap tahun. Bahkan, pada 2032, konsumsi BBM bisa mencapai 45 miliar per tahun.

Riset itu menyebutkan salah satu penyebab konsumsi BBM melonjak adalah pembelian kendaraan pribadi. Pada 2018 yang penjualan kendaraan mobil mencapai 1,4 juta. Ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yaitu 1,2 juta mobil. Sedangkan tahun 2032 diprediksi meningkat hampir lima kali lipat menjadi 5,8 juta kendaraan.

Peningkatan kendaraan ini dipengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia yang menganggap mobil sebagai sebagai simbol status, dan gaya hidup.  "Lingkaran setan sistem transportasi di negara berkembang karena dorongan status, sehingga meningkatkan kepemilikan mobil pribadi," kata Akmilatul, di Jakarta, Selasa (22/1).

Di sisi lain, banyaknya jumlah kendaraan juga tidak sesuai dengan luas jalan, sehingga menimbulkan kemacetan. Kemacetan ini melipatgandakan konsumsi BBM.

Berdasarkan start stop index pada 2014, Jakarta memegang rekor kemacetan tertinggi di dunia, sedangkan Surabaya menempati peringkat empat. Adapun, berdasarkan data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan kemacetan ini telah menimbulkan kerugian akibat bahan bakar dan waktu yang terbuang sebesar Rp 67,5 triliun per tahun.

Itu tentu bisa berdampak pada impor BBM. Tahun lalu, impor BBM beroktan 92  mencapai 8,5 juta kiloliter (KL). Jumlah itu meningkat dibandingkan  yang sama tahun lalu hanya 6,6 juta KL. Sebaliknya, impor BBM beroktan 88 atau setara Premium selama 11 bulan terakhir turun 12% menjadi 8,2 juta KL dari sebelumnya  9,4 juta KL.

Berdasarkan dari hal itu, Akmilatul meminta pemerintah memperbaiki transportasi umum, supaya menjadi lebih nyaman. Selain itu, pemerintah harus membuat kebijakan yang bisa mendorong masyarakat beralih ke transportasi umum.

(Baca: Integrasi Tiket Transportasi Antarmoda Diterapkan Akhir 2018)

Indonesia bisa berkaca dari negara Eropa, dimana pemerintahnya bekerja sama dengan perusahaan rintisan (start up) untuk menarik masyarakat dalam menggunakan transportasi umum. Salah satunya dengan memberikan makanan atau minuman gratis kepada penumpang.

Sementara itu, untuk mengurangi konsumsi BBM, menurut Akmilatul, pemerintah harus memberikan insentif bagi pembelian mobil listrik. Bercermin dari Singapura pemberlakukan pajak yang tinggi, dan peryaratan yang sulit untuk memiliki kendaraan pribadi bisa menjadi salah satu alternatif yang tepat untuk mengurangi jumlah kendaraan. 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...