Hipmi: Mahalnya Tiket Pesawat Tidak Baik untuk Dunia Usaha

Image title
5 April 2019, 05:00
Pesawat Citilink di Hangar GMF,  Tanggerang,  Banten (2/3). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasi 24 pesawat berbadan lebar Aibus A330 sementara unit biaya rendahnya Citilink mengoperasikan 51 unit A320. 
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Pesawat Citilink di Hangar GMF,  Tanggerang,  Banten (2/3). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasi 24 pesawat berbadan lebar Aibus A330 sementara unit biaya rendahnya Citilink mengoperasikan 51 unit A320. 

Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Tax Center Ajib Hamdani menilai harga tiket pesawat yang mahal tidak baik bagi bisnis dan pemasukan daerah. Sebab, ongkos yang ditanggung pengusaha meningkat lantaran mereka kerap melakukan dinas luar kota.

Apabila biaya perjalanan ke daerah meningkat, kunjungan wisatawan domestik dapat menurun. "Jadi impact-nya bukan hanya pada kami, tapi juga daerah," kata dia di Jakarta, Kamis (4/4).

Ajib pun kerap melakukan perjalanan ke Sulawesi Utara sebanyak satu kali selama seminggu. Namun, seiring kenaikan harga tiket pesawat, ia hanya mengunjungi provinsi itu satu kali dalam sebulan.

(Baca: Inflasi Maret 2019 Sebesar 0,11%, Salah Satunya Karena Tiket Pesawat)

Kenaikan tiket pesawat berdampak pada tingkat hunian hotel dan kunjungan pariwisata di daerah. Karena itu, ia mendukung pemerintah untuk menurunkan harga tiket pesawat. Harapannya, kesejahteraan masyarakat di daerah dapat meningkat.

Mengenai kenaikan batas tarif bawah pesawat, ia mengaku belum diajak berdiskusi dengan Kementerian Perhubungan. Hal ini mengakibatkan penyusunan aturan menjadi tidak ideal. "Karena seharusnya batas bawah itu tidak usah dinaikkan, tapi batas atas disesuaikan," ujarnya.

Sebagai informasi, tarif batas bawah tiket pesawat ditetapkan menjadi 35% dari tarif batas atas. Tarif batas bawah tersebut naik 5% dibandingkan ketentuan Peraturan Menhub Nomor 14 Tahun 2016.

(Baca: Aturan Terbaru, Pemerintah Naikkan 5% Tarif Batas Bawah Tiket Pesawat)

Ajib melihat sejumlah penerbangan mulai menurunkan harga tiket pesawat. Misalnya, harga tiket rute Jakarta-Balikpapan telah turun sebesar Rp 500 ribu menjadi Rp 1,4 juta. "Beberapa hari terakhir harga tiket pesawat sudah masuk akal," ujarnya.

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penumpang angkutan udara tujuan domestik turun 15,5% dari 6,6 juta pada Januari menjadi 5,6 juta orang di Februari 2019. Secara tahunan, jumlah penumpang pesawat tujuan domestik pun turun 15,4% dari 14,5 juta pada Januari-Februari 2018 menjadi 12,2 juta orang di periode yang sama tahun ini.

(Baca: Menpar: Harga Tiket Pesawat Mahal, Wisatawan Batalkan Perjalanan)

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, ada dua faktor penyebab turunnya jumlah penumpang pesawat pada Februari 2019. Pertama, karena jumlah hari pada Februari jauh lebih sedikit dibanding Januari. Kedua, mahalnya harga tiket pesawat dalam beberapa waktu terakhir.

"Persoalan harga tiket pesawat yang menjadi keluhan masyarakat terlihat di berbagai bandara, khususnya penerbangan domestik," kata dia

Reporter: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...