Israel Akui Berniat Bunuh Pemimpin Iran Ayatollah Khamenei dalam Perang 12 Hari


Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengungkap bahwa negaranya sempat merencanakan pembunuhan terhadap pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei dalam Perang 12 Hari.
Dalam wawancara dengan Saluran 13 Israel pada Kamis (26/6), Katz mengatakan Israel tidak membutuhkan izin dari Amerika Serikat untuk melancarkan serangan terhadap Khamenei. Pernyataan ini membantah laporan media sebelumnya yang menyebut Washington memveto rencana pembunuhan tersebut.
“Kami ingin menghilangkan Khamenei, tetapi tidak ada peluang operasional,” kata Katz, dikutip dari Al-jazeera, Jumat (27/6).
Katz juga mengklaim Khamenei sadar menjadi target dan memilih bersembunyi di lokasi bawah tanah yang dalam. Khamenei juga disebutnya memutus kontak dengan para komandan militer Iran.
Selama konflik, Khamenei tetap merilis pesan video, dan tidak ada bukti yang menunjukkan ia kehilangan kendali atas militer Iran.
Pernyataan Katz muncul di tengah laporan yang bertentangan mengenai dampak serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Sejumlah lokasi seperti Fordow, Natanz, dan Isfahan dibombardir oleh Amerika Serikat. Khamenei menyatakan pada Kamis bahwa AS telah “melebih-lebihkan” dampak serangan tersebut.
Katz mengatakan bahwa Israel memiliki “lampu hijau” dari Presiden AS Donald Trump untuk melancarkan serangan tambahan jika Iran kembali memajukan program nuklirnya.
“Saya tidak melihat situasi di mana Iran akan memulihkan fasilitas nuklir setelah serangan itu,” ujarnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang terbaru ini menciptakan peluang untuk memperluas hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab.
Dalam pidato video, ia menyebut kemenangan atas Iran membuka jalan bagi penguatan perjanjian damai seperti Abraham Accords.
Sementara itu, Iran juga menyatakan kemenangan. Pemerintah Iran menyebut tujuan utama Israel, yaitu menghentikan program rudal dan nuklir Iran, gagal tercapai.
Iran juga mengklaim berhasil memaksa Israel menyetujui gencatan senjata setelah meluncurkan serangan rudal balasan ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, yang menampung pasukan AS. Sedangkan gencatan senjata antara kedua negara difasilitasi oleh Amerika Serikat.