India dan Pakistan Gencatan Senjata, Saling Klaim Menang Perang

Agustiyanti
13 Mei 2025, 21:11
india, pakistan, perang india paksitan
REUTERS/Priyanshu Singh
Orang-orang mengibarkan bendera India untuk mendukung Angkatan Bersenjata India, menyusul pengumuman gencatan senjata antara India dan Pakistan, di Delhi, India, 13 Mei 2025.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

India dan Pakistan sama-sama mengklaim kemenangan dalam konfrontasi singkat dan tajam yang membawa kedua negara tetangga bersenjata nuklir ini ke ambang perang. Namun, analis mengatakan intervensi AS yang menjadi pendorong gencatan senjata antara kedua negara, memberikan Pakistan keunggulan diplomatik.

Pejabat India mengatakan mereka berhasil mencegah keterlibatan Islamabad dalam terorisme lintas batas dengan menyerang pangkalan udara menggunakan rudal ke lokasi di dalam Paksitan yang disebut sebagai infrastruktur teroris.

Di sisi lain, Pakistan, yang mengklaim telah menembak jatuh lima jet tempur India pekan lalu, bersikeras bahwa mereka telah meraih "kemenangan bersejarah" atas rival mereka itu. Untuk pertama kalinya, kedua belah pihak saling mengirimkan pesawat nirawak ke dalam kota masing-masing.

"India akan merasa terbela atas keyakinannya bahwa ada lebih banyak ruang daripada yang diperkirakan sebelumnya untuk saling mengejek di bawah bayang-bayang nuklir," kata Ankit Panda, seorang peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace di Washington seperti dikutip dari Financial Times, Selasa (13/5). 

Menurut dia, militer Pakistan akan puas dengan pembalasannya dan akan pergi dengan perasaan bahwa pencegahan telah dibangun kembali."

India mengatakan, sedikitnya 16 warga sipil dan lima tentaranya tewas. Sedangkan militer Pakistan mengatakan 11 tentara dan 40 warga sipil, termasuk 15 anak-anak, telah tewas sejak 6 Mei. India telah mengklaim bahwa sebanyak 40 personel militer Pakistan tewas.

Namun, para analis mengatakan bahwa meski kedua negara telah memberikan pukulan berat, intervensi diplomatik Washington untuk mencegah perang skala penuh telah membuat India kesal. Mereka pun mengkategorikan AS sebagai negara jahat yang mendukung terorisme

Presiden AS Donald Trump, yang menghormati kedua belah pihak atas meminta keduanya  menghentikan pertempuran. Ia juga menegaskan bahwa "solusi dapat dicapai terkait Kashmir", wilayah mayoritas Muslim yang disengketakan di jantung konflik.

Kedua negara mengklaim wilayah tersebut, yang telah mereka perebutkan tiga kali, secara keseluruhan. Namun, New Delhi menentang mediasi internasional apa pun. Kementerian luar negeri India membantah memiliki rencana untuk melakukan perundingan.

Di sisi lain, para diplomat Pakistan merayakan kesediaan Trump untuk mendukung berbagai upaya yang ditujukan pada penyelesaian atas Jammu dan Kashmir, wilayah yang dikuasai India.

Shyam Saran, mantan menteri luar negeri India, mengatakan bahwa episode tersebut merupakan kemunduran bagi upaya New Delhi untuk mencegah negara-negara lain memperlakukan mereka dan Pakistan sebagai setara.

"Selama beberapa tahun terakhir, kami telah berhasil menghilangkan tanda hubung antara India dan Pakistan dan tidak lagi dianggap sebagai saudara kembar yang jahat yang terus-menerus bertengkar satu sama lain," kata Saran. 

Kongres Nasional India, partai oposisi terbesar di negara itu, juga menuntut Perdana Menteri Narendra Modi menjelaskan mengapa Trump menjadi orang pertama yang mengumumkan gencatan senjata dan mengungkapkan rincian ketentuannya.

New Delhi saat ini sedang menghadapi pembicaraan dengan Washington yang diharapkan dapat mencegah tarif 26% atas barang-barang India yang masuk ke AS. Trump mengklaim pada Senin (12/5) telah menggunakan perdagangan untuk menekan India dan Pakistan agar mundur dari perang.

“Saya berkata, kami akan melakukan banyak perdagangan dengan kalian, mari kita hentikan. Jika kalian tidak menghentikannya, kami tidak akan melakukan perdagangan apa pun,’” kata Trump.

Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri India yang menolak disebutkan namanya menegaskan bahwa tidak ada rujukan ke perdagangan dalam diskusi tentang konflik selama akhir pekan antara New Delhi dan Washington.

Dalam pidato kemenangan di televisi pada Senin (12/5), Modi justru menekankan apa yang disebutnya sebagai keberhasilan militer India.

Keberhasilan mencakup serangan, termasuk menggunakan rudal untuk menyerang pangkalan udara dan apa yang India katakan sebagai “infrastruktur teroris” yang jauh melampaui wilayah perang tradisional Kashmir. Sasarannya termasuk pangkalan udara Noor Khan, dekat pusat persenjataan nuklir Pakistan.

Modi mengatakan, India hanya menangguhkan operasi dan akan menyerang secara tepat dan tegas tempat persembunyian teroris. Ia juga menegaskan bahwa serangan teror global besar selama ini berasal dari apa yang disebutnya “universitas terorisme global” di Pakistan.

Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif juga mengklaim "kemenangan bersejarah". Dalam pernyataan di Islamabad, mereka telah menghalangi India yang agresif dan menewaskan puluhan warga sipilnya dengan meneror kota-kotanya dengan rudal dan pesawat nirawak. 

Penduduk  mereka kemudian merayakan gencatan senjata dalam konflik yang tidak dapat ditanggung oleh negara yang sedang kekurangan uang tersebut.

Islamabad juga mengklaim telah berhasil menggunakan pesawat buatan Cina untuk menembak jatuh lima jet tempur India, termasuk sedikitnya satu Rafale buatan Prancis pada pekan lalu.

Negara itu juga mengatakan telah menembakkan rudal balistik ke India yang menargetkan dua lusin instalasi militer pada akhir pekan. Marsekal Udara India Awadhesh Kumar Bharti pada hari Minggu menolak untuk mengonfirmasi bahwa jet-jet tempur itu ditembak jatuh, tetapi mengatakan kerugian adalah bagian dari pertempuran dan semua pilot India sudah kembali ke rumah.

Analis mengatakan pertempuran itu menciptakan paradigma baru untuk eskalasi cepat antara kedua rival. Namun, mereka juga mengatakan bahwa New Delhi telah gagal untuk menonjolkan isu terorisme yang merupakan prioritasnya, karena perhatian internasional malah terfokus pada ancaman nuklir.

India mengklaim serangan udara awalnya adalah pembalasan atas pembantaian turis bulan lalu oleh orang-orang bersenjata yang didukung Pakistan di Kashmir yang dikelola India. Pakistan membantah telah mendukung terorisme dan mengatakan tidak bertanggung jawab atas insiden itu.

Mereka juga menyerukan "investigasi netral" atas insiden itu, yang ditolak India.D Di sisi lain, India juga dituduh mendukung separatis di wilayah barat Balochistan yang bergolak.

"Perhatian dunia kembali tertuju pada fakta bahwa wilayah ini merupakan titik api nuklir," kata Pratap Bhanu Mehta, peneliti senior di Pusat Penelitian Kebijakan di New Delhi.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...