Pesawat Ukraina Airlines Jatuh di Iran, 176 Penumpang dan Awak Tewas
Seluruh penumpang dan awak Pesawat Ukraina Airlines yang jatuh usai lepas landas dari Bandara Internasional Iman Khomeini, Iran dilaporkan tewas. Pesawat Boeing 737-800 itu mengangkut 167 penumpang dan 9 awak.
Pesawat jatuh dekat bandara dan meledak tak lama kemudian. Presiden Ukraina Volodymir Zelenskit mengatakan tak ada yang selamat dalam kecelakaan tersebut.
“Duka cita yang mendalam bagi keluarga dan kerabat seluruh penumpang dan awak pesawat,” ujar Zelensky dikutip dari Reuters, Rabu (8/1).
Stasiun TV Iran dan Perdana Menteri Ukraina menyebut terdapat 167 penumpang dan 9 awak dalam pesawat tersebut. Belum ada pernyataan resmi dari Ukraina International Airlines.
“Api begitu besar, kami tak bisa menyelematkan penumpang dan kru. Ada 22 ambulans, empat bus ambulans, dan helikopter di lokasi,” ujar Pirhossein Koulivand, kepala penanganan kondisi darurat tersebut.
(Baca: Pesawat Boeing 737 Milik Ukraina Airlines Jatuh di Iran)
Tayangan televisi Iran menunjukkan puing-puing dan bagian mesin yang terbakar di sebuah lapangan tempat jatuhnya pesawat. Para petugas menggunakan masker terlihat mengangkut mayat para korban.
Ukraina Airlines belum memberikan pernyataan resmi. Sementara Juru bicara Boeing, mengatakan perusahaan telah mengetahui laporan media tentang kecelakaan pesawat di Iran dan sedang mengumpulkan lebih banyak informasi.
Situs Flightradar 24 menunjukkan bahwa pesawat tersebut meninggalkan Iran pukul 02.42 waktu setempat menuju Bandara Internasional Kyiv's Boryspil di Ukraina.
Boeing 737-800 merupakan varian pendahulu dari Boeing 737 Max yang dilarang terbang setelah insiden jatuhnya pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines. Sekitar 5 ribu unit pesawat Boeing 737-800 telah diproduksi sejak 1997 dengan catatan keselamatan yang baik.
Pesawat milik Ukraine International Airlines diketahui baru berumur sekitar 4 tahun. Boeing belum memberikan tanggapan dan belum ada informasi lebih lanjut terkait kecelakaan tersebut.
(Baca: FAA Keluarkan Larangan Terbang di Langit Iran dan Irak)
Pada bulan lalu, Boeing memutuskan untuk menyetop sementara produksi 737 Max 8 mulai Januari 2020. Keputusan ini diambil usai Administrasi Penerbangan Federal atau FAA menghentikan sertifikasi izin pesawat tersebut.
"Sebagai hasil dari evaluasi, kami telah memutuskan untuk memprioritaskan pengiriman pesawat yang disimpan dan untuk sementara menangguhkan produksi 737 mulai bulan depan," tulis manajemen Boeing dalam keterangan resmi, Selasa (17/12).
Boeing merupakan perusahaan kedirgantaraan terbesar di dunia yang memproduksi pesawat terbang komersial maupun militer serta satelit. Sebelum insiden kecelakaan pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines, produsen pesawat AS ini selalu mendapatkan pesanan pesawat dari berbagai maskapai di dunia. Berikut data pesanan pesawat Boeing seperti yang digambarkan dalam databoks.
Boeing tengah terperosok dalam krisis keuangan usai kecelakaan jatuhnya pesawat 737 Max 8 yang dioperasikan Lion Air dan Ethiopian Airlines pada Oktober 2018 dan Maret 2019. Kedua kecelakaan tersebut menewaskan hampir 350 orang dan membuat Boeing harus mendaratkan pesawat jenis 737 Max Jet selama 10 bulan.