Kementan Buat Riset Pangan untuk Antisipasi Konsumsi Milenial
Kementerian Pertanian akan menggelar riset untuk mengantisipasi permintaan pangan milenial yang semakin beragam. Hasil penelitian akan menjadi basis pemerintah dalam memproduksi pangan.
Kepala Bidang Ketersediaan Pangan, Badan Ketahanan Pangan Rachmi Widiriani mengatakan selera konsumen akan menjadi acuan utama permintaan pangan di masa depan. Dia mencontohkan, saat ini tidak semua orang mengkonsumsi beras sebagai sumber pangan utama.
Rachmi menjelaskan tahun ini konsumsi beras masyarakat Indonesia diperkirakan hanya 111 kilogram per kapita per tahun, turun dari 139 kilogram per kapita pada tahun 2014. “Yang akan naik dari kelompok hewan, susu, telur, daging, ikan, sayur, dan buah,” kata Rachmi di Jakarta hari Senin (21/10).
(Baca: Ketahanan Pangan Rentan, Masyarakat Diminta Beralih Konsumsi Jagung)
Rachmi mengatakan ukuran ketahanan pangan tak bisa dinilai dari komoditas beras saja. Kebutuhan sumber gizi lain juga harus menjadi sasaran pemerintah dalam penyediaan sumber makanan. “Jadi ketika beras cukup, tetap harus diversifikasi sumber lain,” ujar dia.
Selain itu usaha meningkatkan ketahanan pangan merupakan sasaran periode kedua pemeruntahan Presiden Joko Widodo. Makanya dalam lima tahun, Kementan akan bekeja keras mewujudkan hal ini. “Karena endingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM),” kata Rachmi.
Sementara, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Demokrat Herman Khaeron berharap Kementan punya kepastian data dengan satu acuan. Ini penting untuk mencapai kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan. "Capaian terhadap peningkatan masing-masing komoditas harus jelas dan pasti," kata Herman.
(Baca: Akademisi dan DPR Sebut Infrastruktur Gerus Lahan Pertanian)
Selain itu Herman menginginkan Kementan fokus pada ekstensifikasi lahan karena kondisi ini menghambat produksi pangan. "Harus ada keputusan politik yang tegas terhadap cara meningkatkan luas lahan pertanian," ujar dia.