Potensi Turunkan Harga, Petani Tolak Ide Jokowi Olah Kopra Jadi Avtur
Perhimpunan Petani Kelapa Indonesia (Perpekindo) menolak ide Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menutup ekspor kopra guna diolah menjadi bahan bakar avtur untuk pesawat. Mereka khawatir harga jual kopra untuk bahan bakar tak akan menguntungkan petani.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Petani Indonesia (Perpekindo) Muhammad Idrawis mengatakan mereka bisa menjual minyak kopra dengan harga Rp 19 hingga Rp 30 ribu per liter. Angka ini jauh di atas harga avtur yang rata-rata hanya Rp 8.500 per liter.
Tak hanya itu, pengolahan kopra menjadi avtur diperkirakan memakan waktu lama sehingga sulit untuk menyerap produksi kelapa dalam negeri. “Saya tidak mau jadikan avtur, tidak menarik,” kata Idrawis kepada Katadata.co.id, Selasa (14/1).
(Baca: Bakal Diolah Jadi Avtur, Jokowi Ingin Tutup Ekspor Kopra)
Menurutnya, Indonesia merupakan penghasil kelapa terbesar di dunia. Berdasarkan data Perpekindo, produksi kelapa bulat Indonesia mencapai 15,4 miliar buah per tahun dengan luas lahan 3,8 juta hektare. Dari jumlah tersebut, kelapa yang diserap di dalam negeri sebanyak 13 miliar, sedangkan selebihnya diekspor.
Idrawis mengatakan ekspor kelapa memiliki nilai jual lebih menguntungkan dibandingkan penjualan kelapa di dalam negeri. Harga kelapa petani di dalam negeri dijual seharga Rp 1.500 per kilogram. Sedangkan, harga jual kelapa saat diekspor berkisar Rp 2.500-2.700 per kilogram.
Dia juga khawatir penutupan ekspor untuk menyerap produksi kelapa di dalam negeri akan merugikan petani karena mereka hanya bisa menjual dengan harga rendah. Dampaknya, para petani kelapa bisa kesulitan memanen karena tidak mampu menutup biaya produksi.
Oleh karena itu, ia menilai pengolahan kopra menjadi avtur sebaiknya hanya menjadi salah satu alternatif untuk menyerap kelebihan pasokan kelapa. "Pengolahan avtur hanya bagian diversifikasi produk," ujar dia.
Sementara, Ketua Bidang Pemasaran Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo) Galih Batara Muda menilai pengolahan kopra menjadi avtur memiliki peluang yang baik. Namun terkait rencana penutupan ekspor kopra, ia berharap ada kajian yang lebih mendalam. Sebab, petani kelapa menginginkan harga jual kopra di domestik lebih tinggi dibandingkan ekspor.
Adapun, harga jual kopra dapat berkisar Rp 2 ribu-5 ribu per kilogram, bergantung pada jenis kopra tersebut. Sedangkan, harga jual kopra di luar negeri lebih tinggi 10-15% dibandingkan harga jual domestik.
Galih pun berharap, pemerintah juga melakukan perbaikan untuk mengembangkan industri kelapa Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan program peremajaan kelapa. "Karena kelapa saat ini sudah tua sehingga produktivitasnya menurun," ujar dia.
Sebelumnya, Jokowi ingin menutup ekspor beberapa komoditas, salah satunya kopra. Sebab, kopra dapat diolah menjadi pengganti bahan bakar avtur.
“Kopra minyak kelapa yang bisa menjadi avtur. Ini sudah hampir selesai (risetnya),” kata Jokowi.
Jika hasil riset itu sudah keluar, maka Jokowi ingin mengganti seluruh bahan bakar pesawat dengan kopra milik petani di Tanah Air. Langkah ini bertujuan mewujudkan Indonesia yang berdikari di bidang ekonomi, seperti pesan Presiden RI pertama Soekarno.