Pembangunan LRT Jabodebek Capai 68 Persen, Uji Coba Kereta Diperluas
Direktur Operasional PT Adhi Karya Tbk Punjung Setya Brata menyatakan perkembangan pembangunan Light Rapid Transit (LRT) Jakarta - Bogor- Depok - Bekasi (Jabodebek) telah mencapai 68 persen. Pada tahap akhir ini, Adhi akan uji coba perluasan rute kereta ke jalur-jalur yang bervariasi.
Adapun perluasan uji coba akan meliputi rute Cililitan, Halim Perdana Kusuma hingga ke Kampung Rambutan yang memiliki medan berupa belokan tajam dan tanjakan. Dengan begitu, uji coba dapat mengetahui performa kereta.
Uji coba juga akan dilaksanakan secara komprehensif pada semua rute yang menjadi jalur perlintasan. "Uji cobanya akan terus dilakukan, urgensinya itu kan yang sekarang hanya 5,5 kilometer jalurnya lurus, belum ada tikungan, tanjakan, atau turunan yang signifikan," kata Punjung di Jakarta, Jumat (13/12).
Selain itu, pihaknya menyatakan ada beberapa rute yang belum tersambung seperti di wilayah Setiabudi dan kawasan Mampang. Kedua rute tersebut ditargetkan dapat tersambung pada Januari 2020.
Punjung juga mengatakan pembebasan lahan pada depo LRT di Bekasi Timur telah selesai. "Alhamdulilah (pembebasan lahan) sudah 99,8 persen," kata dia.
(Baca: Beroperasi Komersial, LRT Jakarta Optimistis Capai 14 Ribu Penumpang)
Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo menyebutkan perluasan uji coba akan mengukur standar kenyamanan, keselamatan dan tingkat kecepatan kereta. Untuk uji coba publik diperkirakan dapat dilaksanakan pada tahun depan."Sejauh ini masih baik-baik saja," kata Kartiko.
Sebelumnya, Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto menyebut pembangunan LRT Jabodebek tahap I telah mencapai 67,3 persen. Pada fase I, total longspan yang dimiliki LRT Jabodebek yaitu longspan Kali Bekasi, Dukuh Atas, Halim, Cikoko, Kuningan, Cawang, Ciliwung, JORR, serta Cililitan.
"Cawang-Cibubur progresnya telah mencapai 86,2 persen, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas 50,3 persen, Cawang-Bekasi Timur 60,5 persen," kata Harto beberapa waktu lalu.
(Baca: Adhi Karya Siap Bangun LRT Cibubur - Bogor, Butuh Dana Rp 12 Triliun)